Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Menyasar ke Hulu

Riset mendapati produk lima perusahaan besar yang paling sering teronggok. Pentingnya sektor hulu dalam penanganan plastik.

24 Februari 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Mahasiswa, pelajar dan warga sebanyak 45 orang melakukan Brand Audit & Clean Up di Pesisir Pantai Utara Tambakrejo, Tanjung Emas, Kec. Semarang Utara, Semarang, Jawa Tengah, 21 Februari 2023. walhijateng.org

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Sisa kemasan produk Wings Group, Unilever, dan Indofood paling banyak ditemukan saat brand audit yang digelar Walhi Jawa Tengah.

  • Sulit menangani permasalahan jika hanya terpaku pada konsumen.

  • Aktivis lingkungan menyatakan produsen wajib ikut bertanggung jawab.

Ada banyak cara memperingati Hari Peduli Sampah Nasional setiap 21 Februari. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Tengah merayakannya dengan menggelar brand audit sampah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mereka memungut sampah, lalu mengelompokkannya berdasarkan jenis, ukuran, dan pembuatnya. Tujuannya adalah mengetahui produsen yang kemasannya banyak menyumbang sampah di suatu lokasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selasa, 21 Februari 2023, Walhi mengambil sampel di sepanjang pesisir Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayam Sari, Semarang. Walhi dibantu mahasiswa dan warga setempat dengan total 45 peserta. Mereka berjalan dengan radius 300 meter persegi serta mengumpulkan 14 karung dan 4 kantong besar sampah anorganik.

Nur Colis, Manajer Program Walhi Jawa Tengah, mengatakan hasil observasi itu menunjukkan bahwa sampah didominasi plastik sekali pakai dari sepuluh perusahaan. Beberapa di antaranya adalah Wings Group, PT Santos Jaya Abadi, dan Unilever Indonesia. "Diharapkan perusahaan mengurangi kemasan plastik untuk mengurangi timbulan sampah," kata dia.

Mahasiswa, pelajar dan warga sebanyak 45 orang melakukan Brand Audit & Clean Up di Pesisir Pantai Utara Tambakrejo, Tanjung Emas, Kec. Semarang Utara, Semarang, Jawa Tengah, 21 Februari 2023. walhijateng.org

Walhi Jawa Barat melakukan hal serupa pada 19 Februari lalu. "Ini dilakukan oleh Walhi se-Jawa. Nanti Walhi Yogyakarta, Jawa Timur, dan Jakarta juga melakukan hal yang sama," ujarnya.

Brand audit populer di kalangan aktivis lingkungan di Indonesia ataupun dunia. Sebelumnya, gerakan Breakfree From Plastic memaparkan laporan audit mereka sejak 2018 hingga 2022 dan mendapati lima perusahaan besar yang paling mencemari lingkungan.  

Para peneliti dari Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) melakukan penelitian serupa di 72 lokasi di 11 kota, di antaranya di Bandung, Jakarta, Padang, Aceh, dan Surabaya. 

Penelitian dilakukan sejak Agustus 2022 hingga Februari 2023. Dari belasan ribu sampah plastik yang dikumpulkan, Ecoton mendapati lima perusahaan yang produknya paling banyak terserak, yaitu Wings Group, Unilever, Indofood, Forisa Nusapersada, dan Danone.

Peneliti dari Ecoton, Alex Rahmatullah, mengatakan pertanggungjawaban produsen belum maksimal dalam mengendalikan penyebaran sampah. "Terutama dari kemasan saset," kata dia. Penelitian juga menemukan plastik tidak bermerek, seperti kantong kresek dan sedotan.

Pemangkasan sampah perlu dilakukan dari tingkat produsen. Muharram Atha Rasyadi, juru kampanye urban Greenpeace Indonesia, menuturkan kampanye pengurangan sampah baru menyasar masyarakat. "Kita selalu bicara soal mencari teknologi pengolahan sampah, tapi supply-nya tidak dikendalikan."

Narasi daur ulang, Atha melanjutkan, gencar didorong oleh industri dan pemerintah. Masalahnya, recycle tak sesederhana yang dibayangkan. Tidak semua plastik bisa didaur ulang. "Sehingga kami juga menuntut pengurangan di hulu," ujarnya.

Menurut Atha, banyak kemasan dipilih perusahaan semata-mata untuk menekan biaya produksi meski menghasilkan banyak sampah, misalnya kemasan saset. "Ini juga cukup problematik karena sulit didaur ulang," kata dia. Salah satu indikasinya, dia melanjutkan, pemulung tak tertarik mengumpulkan saset, tidak seperti botol air kemasan.

Botol minuman, kata Atha, juga bermasalah karena kerap tak dipaparkan jenis plastiknya, misalnya HDPE atau PET. Padahal pengumuman seperti itu sangat memudahkan pemilahan sampah.

Pemilahan itu bisa dimulai dari level rumah tangga. Namun, Atha melanjutkan, porsi produsen dalam menangani sampah plastik perlu ditingkatkan. "Sederhananya, bicara supply-demand, masyarakat tetap akan bergantung pada model apa saja yang ditawarkan industri."

Guna menekan sampah di hulu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) menerbitkan Peraturan Menteri LHK Nomor 75 pada 2019. Peraturan ini menuntut perusahaan manufaktur dan retail membuat peta jalan pengurangan sampah. 

Perseroan diminta membatasi timbulan sampah, mendaur ulang, hingga memanfaatkannya kembali. Produsen yang dimaksudkan adalah industri manufaktur, jasa makanan dan minuman, serta retail. Dalam peraturan Menteri LHK ini disebutkan bahwa targetnya adalah semua produsen berhasil mengurangi 30 persen timbulan sampah pada 2029. 

Puluhan perusahaan berkomitmen menyusun road map pengelolaan sampah dan melaporkannya ke Kementerian LHK. "Walaupun lebih lambat dari target, hingga saat ini ada 62 perusahaan yang sedang dalam proses penyusunan dokumen," kata Rosa, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) Kementerian LHK, kepada Tempo.

Menurut Rosa, mengatasi permasalahan sampah perlu melibatkan pemerintah pusat, daerah, produsen, dan masyarakat.

Sampah dalam Angka

Wings Group mengkonfirmasi temuan Walhi dan Ecoton lewat Sheila Kansil, pengurus Yayasan Wings Peduli. Dia mengatakan perusahaan bersama yayasan telah memetakan rancangan pengelolaan sampah plastik seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri LHK Nomor 75 Tahun 2019.

"Kami juga melanjutkan program reguler untuk memelihara lingkungan," kata Sheila. Untuk menguatkan klaimnya, Sheila mengatakan pihaknya sempat menggelar beberapa aksi bersih-bersih kawasan. "Kami juga membuat fasilitas Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Kali Cakung Drain, Jakarta Utara."

Sementara itu, Kepala Divisi Lingkungan dan Keberlanjutan Yayasan Unilever Indonesia, Maya Tamimi, mengatakan perseroan masih berkontribusi dalam pengurangan sampah. "Kami mendesain produk yang lebih bijak dalam penggunaan plastik, baik dalam jumlah maupun jenis plastiknya," kata Maya kepada Tempo, kemarin.

Perusahaan mendorong penggunaan plastik yang menghasilkan lebih rendah emisi dibanding plastik baru (virgin plastic). Mereka memilih penggunaan plastik post-consumer recycled (PCR) yang menghasilkan emisi gas rumah kaca hingga 60 persen lebih rendah dibanding plastik baru. "Langkah ini secara jelas tertera pada label kemasan untuk memudahkan konsumen lebih bijak memilah produk." ujar Maya.

ILONA ESTHERINA PIRI

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus