Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Senin, 16 Desember 2024, memantau dua bibit siklon tropis di dekat Indonesia, yaitu bibit Siklon Tropis 91B di Teluk Benggala sebelah barat laut Aceh dan bibit Siklon Tropis 96W di Samudra Pasifik Barat sebelah utara Papua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bibit Siklon Tropis 91B tepatnya di sekitar 6.0°LU dan 92.6°BT dengan kecepatan angin maksimum 15 knot (28 km/jam) dan tekanan udara minimum 990 hPa. “Secara umum potensi bibit Siklon Tropis 91B menjadi siklon tropis dalam 24-72 jam ke depan adalah rendah, dan bergerak perlahan ke arah barat-barat laut,” ujar prakirawan BMKG Eriska Febriati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara bibit Siklon Tropis 96W tepatnya di sekitar 6.7°LS dan 137.7°BT dengan kecepatan angin maksimum 15 knot (28 km/jam) dan tekanan udara minimum 1003.5 hPa. “Secara umum potensi bibit Siklon Tropis 96W menjadi siklon tropis dalam 24-72 jam ke depan adalah rendah dan bergerak perlahan ke arah barat - barat laut,” ujar Eriska.
Dampak tidak langsung bibit Siklon Tropis 918 adalah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai angin kencang di Aceh dan Sumatera Utara. Selain itu juga berdampak pada gelombang laut tinggi 1.25-2.5 m (moderate) di Selat Malaka bagian utara, perairan utara Pulau Sabang, perairan barat Aceh, Samudra Hindia barat Aceh, Kepulauan Anambas hingga Kepulauan Natuna. Sementara gelombang tinggi 2.5-4.0 m (rough sea) berpeluang terjadi di Laut Natuna Utara
Adapun dampak tidak langsung bibit Siklon Tropis 96W adalah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai angin kencang di Papua Barat Daya, Papua Barat, Maluku Utara. Selain itu juga berdampak gelombang laut tinggi 1.25-2.5 m (moderate) di Laut Maluku, perairan Kepulauan Sangihe-Kepulauan Talaud, perairan Kepulauan Halmahera, Laut Halmahera, perairan utara Papua Barat Daya hingga Papua, dan Samudra Pasifik utara Maluku hingga Papua.
Sementara itu sirkulasi siklonik terpantau di Laut Natuna yang membentuk daerah konvergensi memanjang di Selat Karimata dan di pesisir timur Riau. Serta sirkulasi siklonik juga terpantau di Laut Natuna dan daerah lainnya di Laut Arafuru sebelah selatan Papua Selatan yang membentuk daerah konvergensi memanjang di Laut Arafuru.
Daerah konvergensi lainnya terpantau memanjang di perairan barat Bengkulu, di perairan utara Jawa Tengah hingga Lampung, kemudian selatan Jawa Barat, Selat Makassar, Maluku Utara hingga Papua Barat Daya dan di Laut Banda. Pertemuan angin atau konfluensi terpantau di Sumatera bagian selatan dan di Nusa Tenggara.
Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertemuan awan hujan dan ketinggian gelombang laut di sekitar wilayah bibit siklon tropis, di sekitar pembentukan sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi atau konfluensi tersebut.
Angin pada ketindian 3.000 kaki di wilayah Indonesia umumnya didominasi oleh angin yang bertiup dari arah baratan dengan kecepatan berkisar 15-60 km per jam. Suhu udara umumnya berkisar 16-33 derajat Celcius dengan kelembapan berkisar 59-99 persen.
“Waspadai juga untuk potensi banjir rob pada esok hari di pesisir Kepulauan Riau, pesisir Lampung, pesisir Banten, pesisir Jakarta, pesisir Jawa Tengah, pesisir Kalimantan Barat, dan pesisir Sulawesi Utara,” ujar Eriska.