Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Prediksi Cuaca Jabodetabek Hari Ini Menurut BMKG, Hujan yang Mungkin Turun Ringan Saja

Prediksi cuaca Jabodetabek yang harus diwaspadai adalah awal dan akhir April nanti kalau menurut peneliti di BRIN.

17 Maret 2025 | 06.57 WIB

Ilustrasi Ramalan Cuaca. fishershypnosis.com
Perbesar
Ilustrasi Ramalan Cuaca. fishershypnosis.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Prediksi cuaca hari ini, Senin 17 Maret 2025, wilayah Jakarta dan sekitarnya berpotensi turun hujan intensitas ringan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut potensi hujan itu merata di seluruh wilayah Jabodetabek, kecuali wilayah Kabupaten dan Kota Bogor di mana hujan dapat disertai petir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk wilayah Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu, potensi hujan itu terdapat pada rentang pukul 13.00 hingga 22.00 WIB. Begitu juga di wilayah Jawa Barat, yaitu Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten Bekasi, dan Kota Bekasi, hujan kemungkinan turun selepas tengah hari hingga tengah malam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Tak ada peringatan dini cuaca pagi ini untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya. Berdasarkan pantauan cuaca harian BMKG periode Sabtu pagi sampai Minggu pagi kemarin, 15-16 Maret, hujan yang turun di wilayah Jabodetabek tertinggi sebesar 58 mm di daerah Bogor. Sebagiaan besar alat BMKG mencatat hujan yang tak sampai 10 mm.

Kondisi cuaca dengan potensi hujan intensitas ringan selama beberapa hari terakhir ini sejalan dengan keterangan peneliti di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin bahwa sepanjang dasarian (10 harian) 2 dan 3 Maret ini tak terjadi peningkatan hujan.

Erma memperingatkan potensi hujan intensitas tinggi di Jabodetabek, juga Jawa bagian barat, kembali hadir pada awal dan akhir April nanti. Adapun pada hari-hari ini, Kalau pun banyak awan mengepung, mereka lebih banyak tumbuh di laut. "Jadi hujannya turun di laut, bukan darat, maka itu intensitas hujan tidak tinggi lagi (di darat)," katanya pada akhir pekan lalu.

M. Faiz Zaki

Menjadi wartawan di Tempo sejak 2022. Lulus dari Program Studi Antropologi Universitas Airlangga Surabaya. Biasa meliput isu hukum dan kriminal.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus