Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Sapuan Badai Siklon

Sebagian daerah Indonesia Timur diserang badai siklon. Akibatnya, curah hujan menjadi sangat tinggi.

18 Februari 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Badai siklon menyapu Mataram. Akibatnya, ibu kota Nusatenggara Barat itu sempat kacau, mirip keporak-porandaan dalam film Twister, yang menceritakan kerusakan akibat keganasan badai tornado. Selama enam hari, sejak Sabtu dua pekan lalu, angin berkecepatan 80 kilometer per jam menyapu daerah itu. Akibatnya, pohon bertumbangan menghalangi jalan utama kota. Listrik pun mati tiga hari tiga malam.

Tak hanya itu. Tiga orang penduduk Kelurahan Sayang-Sayang, Mataram, dan di Kabupaten Lombok Barat, tewas karena tertimpa pohon. Sekitar 46 rumah rusak, sehingga sekitar 165 jiwa harus mengungsi. Kerugian akibat bencana itu, menurut Pemerintah Daerah Mataram, mencapai lebih Rp 1,5 miliar. Badai yang melebar hingga ke Bali itu diperkirakan masih akan mengharu-biru pada sepekan mendatang.

Apa gerangan siklon? Menurut Dr. Handoko, ahli meteorologi dari Institut Pertanian Bogor, badai itu terjadi karena ada perbedaan tekanan udara yang cukup besar antara lapisan udara bertekanan tinggi dan rendah. Perbedaan itu menyebabkan angin mengalir ke udara yang bertekanan lebih rendah. Karena bumi berotasi, aliran udara tadi membentuk putaran. Lalu angin yang berputar tadi naik sampai sekitar 1 kilometer di atas permukaan laut sambil membawa uap air. Semakin ke atas, suhu semakin dingin. Lalu uap air itu mengembun menjadi awan. Bila diteropong dengan satelit, badai siklon ditandai dengan pusaran-pusaran awan.

Salah satu dampak badai siklon adalah curah hujan yang sangat tinggi. Kenaikan curah hujan di Indonesia belum bisa diprediksi. Namun, tren menunjukkan bahwa udara di permukaan wilayah Indonesia semakin panas. Artinya, badai masih akan mengalir ke wilayah Indonesia hingga Maret mendatang. Angkanya bervariasi di tiap daerah. Di Bogor, misalnya, rata-rata curah hujan 4 ribu mili per tahun.

Badai siklon memiliki radius perputaran angin mencapai 5 kilometer atau lebih. Kecepatan pusaran angin bisa mencapai 60 kilometer per jam. Bahkan, di Mataram bisa mencapai 80 kilometer. Biasanya, badai siklon menyerang wilayah-wilayah di luar 5 derajat Lintang Utara dan 5 derajat Lintang Selatan. Filipina adalah negeri yang terletak dalam posisi rawan badai siklon.

Indonesia bukan wilayah yang homogen. Tekanan udara di tiap daerah berbeda. Tetapi, yang sering kedatangan tamu siklon adalah wilayah Nusatenggara Timur. Diperkirakan, karena daerah itu bertekanan udara jauh lebih rendah dari daerah lain. Biasanya, siklon tersebut diikuti oleh gulungan ombak yang besar dan menghantam pantai. Udara yang naik itu juga mengangkat permukaan laut dan menciptakan ombak. Karena itu, sepekan belakangan ini nelayan di Gresik dan Tanjungperak, Surabaya, banyak yang tak berani melaut akibat kondisi tersebut.

Negara-negara di Eropa mempunyai sistem peringatan dini untuk mengantisipasi bencana siklon. Sejumlah ahli meteorologi setingkat profesor dari berbagai negara tergabung dalam lembaga Medium Range Forecast, yang berkantor di Inggris. Mereka mengembangkan ramalan cuaca di berbagai belahan Eropa. Selain memakai satelit untuk memantau, pekerjaan mereka difasilitasi peranti komputer yang sangat canggih.

Biasanya, begitu ramalan badai terprediksi, penduduk segera dievakuasi dari wilayah bencana. Sektor lain yang disentuh, jadwal penerbangan di atas wilayah bencana diubah. Sebuah cerita ironis menyangkut peringatan dini terjadi di Bangladesh. Pernah suatu waktu, karena ada prediksi badai, penduduk dievakuasi dari wilayah bencana. Ternyata, prediksi itu meleset. Tak ada bencana yang terjadi. Ketika peringatan berikutnya diumumkan, penduduk tak lagi mempercayai ramalan cuaca itu. Namun, nahas, prediksi itu justru benar-benar terjadi. Akibatnya, penduduk tersapu bencana badai. Bagaimana sistem peringatan dini di Indonesia? ”Kita belum mengembangkannya sampai ke sana,” kata Handoko.

Soal sistem peringatan dini tampaknya harus dipikirkan pemerintah. Pasalnya, selama Januari-Februari ini, banjir melanda beberapa daerah di Indonesia, antara lain Gorontalo (Sulawesi Utara), Rembang (Jawa Tengah), Kota Kandangan (Kalimantan Selatan), Sawang (Aceh Utara), Bojonegoro (Jawa Timur), dan Lebak, Banten (lihat tabel: Luapan Banjir di Mana-Mana). Korban harta benda tak terhitung, sedangkan korban jiwa tercatat 96 orang tewas. Walau banjir itu tak semata disebabkan badai siklon, faktor curah hujan yang sangat tinggi bisa jadi memperparah risiko banjir itu. Kesiagaan masyarakat dan pemerintah memang sedang diuji saat ini.

K.M.N., Gita W.L., Supriyanto Khafid (Mataram)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Luapan Banjir di Mana-Mana
1. Sawang, Aceh Utara 2 orang tewas, 678 bangunan rusak. 200 meter tanggul berantakan, 3 jembatan rusak, 250 hektare sawah rusak dan ratusan ternak mati.
2. Kota Kandangan, Kalimantan Selatan Ketinggian air 2 meter. Sekitar 1.500 hektare tanaman padi rusak.
3. Lebak, Banten 94 orang tewas, 5.000 lebih rumah tergenang. Sebuah jembatan penting ambruk.
4. Palangkaraya 1 orang tewas, sejumlah rumah dan sekolah rusak.
5. Gorontalo, Sulawesi Utara Ketinggian air: 4 meter, 250 rumah penduduk tenggelam. Sekitar 300 orang mengungsi.
6. Balikpapan Ratusan rumah terendam 170 hektare lahan tergenang.
7. Rembang, Jawa Tengah 173 rumah rusak dan 200 hektare tambak terendam. Total kerugian hampir Rp 6 miliar.
8. Bojonegoro, Jawa Timur Kerugian materi Rp 18 miliar lebih. Hampir 36 ribu rumah tergenang 83 rumah rusak.