Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Kupang - Dokter yang juga ahli toksikologi dari Rumah Sakit Daha Husada Kediri, Jawa Timur, Tri Maharani, mengatakan jenis ular langka Daboia ruselli siamensis, banyak hidup di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). "Jenis ular ini memang langka karena di Indonesia hanya ada di beberapa tempat, termasuk di Pulau Flores," katanya saat ditemui di Kupang, Rabu 22 Januari 2020.
Tri ditemui setelah sukses menyelamatkan korban gigitan ular jenis itu yang dikenal sangat berbisa. Korban selamat itu adalah Martinus, bocah pengembala di Lembata. Kisah penyelamatan Martinus dari bisa ular jenis itu tercatat yang pertama di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia menyebutkan jenis ular itu langka dan hanya pernah ditemukan di beberapa tempat di Indonesia. Pernah ada kasus gigitannya di Tulungagung, Jawa Timur, pada tahun lalu dan di Semarang, Jawa Tengah, dua tahun lalu namun tak terkonfirmasi karena kedua korban meninggal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tri menerangkan, Daboia ruseli siamensis adalah ular golongan viperia ruselli. Sifat toksinnya hematotoxin myotoxin renal toxicity, dan ada yang neurotoxin, menurut riset dari dr Tan Malaysia, katanya menjelaskan. "Dengan adanya kasus gigitan di Lembata, maka pemerintah perlu memiliki antibisa ular langka ini karena jenis ular ini sangat ganas toxinnya," kata Tri menambahkan.
Tri Maharani adalah ahli toksikologi satu satunya di Indonesia dan menangani korban gigitan ular sangat berbisa di Lembata itu. Martinus dilaporkan digigit ular pada kakinya saat sedang menggembalakan ternak sapi pada 14 Januari 2020.
"Saya di Bangkok hanya beberapa jam. Setelah membeli obat, saya kembali ke Jakarta dan keesokan harinya terbang ke Kupang dan selanjutnya ke Lembata," katanya.
Saat ini, Tri ikut bersyukur karena bocah Martinus sudah berhasil diselamatkan.