Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Sebabkan Pendarahan, Ini Jenis Ular yang Gigit Bocah di Lembata

Dokternya langsung terbang ke Bangkok, satu-satunya lokasi yang menjual antivenom bisa ular itu, demi bisa menyelamatkan nyawa Martinus.

22 Januari 2020 | 16.44 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ular Daboia Siamensis. wikipedia.org

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Kupang - Dokter yang juga ahli toksikologi dari Rumah Sakit Daha Husada Kediri, Jawa Timur, Tri Maharani, mengatakan jenis ular langka Daboia ruselli siamensis, banyak hidup di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). "Jenis ular ini memang langka karena di Indonesia hanya ada di beberapa tempat, termasuk di Pulau Flores," katanya saat ditemui di Kupang, Rabu 22 Januari 2020.

Tri ditemui setelah sukses menyelamatkan korban gigitan ular jenis itu yang dikenal sangat berbisa. Korban selamat itu adalah Martinus, bocah pengembala di Lembata. Kisah penyelamatan Martinus dari bisa ular jenis itu tercatat yang pertama di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia menyebutkan jenis ular itu langka dan hanya pernah ditemukan di beberapa tempat di Indonesia. Pernah ada kasus gigitannya di Tulungagung, Jawa Timur, pada tahun lalu dan di Semarang, Jawa Tengah, dua tahun lalu namun tak terkonfirmasi karena kedua korban meninggal.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tri menerangkan, Daboia ruseli siamensis adalah ular golongan viperia ruselli. Sifat toksinnya hematotoxin myotoxin renal toxicity, dan ada yang neurotoxin, menurut riset dari dr Tan Malaysia, katanya menjelaskan. "Dengan adanya kasus gigitan di Lembata, maka pemerintah perlu memiliki antibisa ular langka ini karena jenis ular ini sangat ganas toxinnya," kata Tri menambahkan.

Tri Maharani adalah ahli toksikologi satu satunya di Indonesia dan menangani korban gigitan ular sangat berbisa di Lembata itu. Martinus dilaporkan digigit ular pada kakinya saat sedang menggembalakan ternak sapi pada 14 Januari 2020.

Akibat gigitan itu, Martinus mengalami kesadaran yang sangat jelek. Dia terus mengalami pendarahan dari mulut, hidung, dan mengalami kegagalan nafas. "Sebagai ahli toxinologi satu satunya di Indonesia, saya tahu jenis ular Daboia ruselli simanensis sangat berbisa," kata Tri.
 
Dokter Tri Maharani (kiri) bersama pasien gigitan ular sangat berbisa Daboia ruselli simanensis saat mendapat perawatan di RS Lembata. (ANTARA/Istimewa)
 
Dia mengatakan setelah mendapat telepon dari dokter PTT di Lembata soal adanya gigitan ular, dirinya memutuskan untuk terbang ke Bangkok, Thailand, untuk membeli antivenom monovalen daboia ruseli siamensis. Obat itu disebutnya hanya diproduksi di negeri gajah putih itu. 

"Saya di Bangkok hanya beberapa jam. Setelah membeli obat, saya kembali ke Jakarta dan keesokan harinya terbang ke Kupang dan selanjutnya ke Lembata," katanya.

Saat ini, Tri ikut bersyukur karena bocah Martinus sudah berhasil diselamatkan.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus