Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Studi: Arus Laut di Atlantik yang Atur Iklim Bumi Melemah Lebih Cepat

Penelitian sejarah iklim bumi mengindikasikan AMOC di Atlantik pernah berhenti. Semua studi juga sepakat, perubahan iklim dapat membuatnya terulang.

1 Desember 2024 | 17.42 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Es gletser yang mencair terlihat di pantai barat dekat Nuuk, Greenland, 4 September 2021. Lapisan Es Greenland mengalami dua kali pencairan intens pada Juli 2021 lalu. REUTERS/Hannibal Hanschke

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH studi terbaru menyebut arus laut di Samudera Atlantik yang berperan mengatur iklim di planet bumi ini, Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC), melemah lebih parah daripada yang diprediksi para ahli sebelumnya. Faktor penting di balik fenomena ini adalah peningkatan aliran air tawar yang masuk dan merusak arus, akibat mencairnya es di kutub utara. Fenomena ini berdampak signifikan bagi perubahan iklim, terlebih jika AMOC berhenti total.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AMOC adalah sistem air laut yang membantu menstabilkan iklim di belahan bumi utara dan wilayah lainnya. Sistem ini seperti sabuk konveyor planet yang mengalirkan nutrisi, oksigen, dan panas dari perairan tropis ke utara. Sembari itu, membawa air yang lebih dingin ke selatan. Mekanisme ini yang mempertahankan dua ujung-ujung Samudera Atlantik selama ini memiliki suhu 5 derajat Celsius lebih hangat dibandingkan tanpa ada arus tersebut.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut proyeksi penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience pada 18 November 2024, AMOC bisa melemah hingga 33 persen dalam 15 tahun mendatang. Salah satu faktor kunci melemahnya arus tersebut adalah aliran air tawar akibat mencairnya gletser di Greenland dan Arktik Kanada ke Samudera Atlantik yang meningkat.

Paleoklimatolog Pusat Riset erubahan Iklim di University of New South Wales, Australia, Laurie Menviel, yang juga peneliti dalam studi tersebut, mengungkap, topik ini memicu perdebatan di kalangan ilmuwan. Ia dan beberapa ahli menganggap risiko pelemahan ini telah diremehkan dan mendesak tindakan segera. 

"Selain itu, ada anggapan bahwa aliran air tawar ini terlalu kecil untuk mempengaruhi sistem serta sulitnya memperkirakan jumlah tambahan air tawar dari pencairan es," katanya seperti dilansir Live Science pada Senin, 25 November 2025.

Sebagai ilustrasi, AMOC lazimnya membawa air dengan salinitas tinggi dari selatan ke utara. Dalam perjalanannya, air asin ini mendingin, menjadi lebih padat dan tenggelam, melepaskan panas ke atmosfer sebelum air kembali ke selatan. 

Ilustrasi Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC), arus laut di Samudera Atlantik yang mengatur keseimbangan iklim di Bumi. cdn.jwplayer.com

Pada penelitian Menviel, bertambahnya air tawar dengan tingkat densitas yang lebih rendah dari gletser yang mencair itu menggantikan sebagian air asin di perairan setempat, mengurangi kemampuan air itu untuk tenggelam lebih dalam, sehingga memperlambat AMOC. Dalam pemodelan-pemodelan sebelumnya, mencairnya gletser itu tak dijadikan faktor.

Sistem pemodelan baru oleh Menviel dan koleganya, Gabriel Pontes, dari Universitas yang sama, menunjukkan kalau AMOC telah melambat dengan kecepatan 0,46 sverdrup setiap dekade sejak 1950 (1 sverdrup setara dengan 1 juta meter kubik air per detik). Apabila pemanasan global melampaui dua derajat Celsius (sesuai proyeksi saat ini), AMOC bisa melemah hingga 33 persen pada 2040. 

Ahli oseanografi dari Potsdam Institute for Climate Impact Research, Stefan Rahmstorf, menilai hasil studi itu telah memberi konfirmasi atas apa yang banyak dicurigai tetapi belum ditunjukkan secara eksplisit sebelumnya. "Hasilnya menunjukkan bahwa kita harus bersiap menghadapi penurunan AMOC yang lebih cepat daripada yang diprediksi IPCC," kata dia merujuk kepada panel para ahli di dunia tentang perubahan iklim. 

IPCC sebelumnya memperkirakan kemungkinan AMOC untuk mencapai titik kritis pada abad ini kurang dari 10 persen. Begitu juga dengan banyak model iklim lainnya, memprediksi AMOC melemah secara bertahap, sebelum 2100. 

Terlepas dari berbagai prediksi tersebut, penelitian sejarah iklim Bumi mengindikasikan AMOC pernah berhenti. Semua studi juga sepakat, perubahan iklim dapat membuatnya terulang: menyebabkan AMOC melambat, yang dalam skenario terburuk, arus ini dapat runtuh sepenuhnya. 

Jika AMOC berhenti total, dampaknya akan sangat besar. Suhu di Eropa disebutkan akan turun drastis, badai akan semakin sering terjadi di sekitar ekuator. 

Bayu Mentari berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus