Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Tak ada harapan baru di globe 90

Konperensi lingkungan hidup globe 90 di vancouver trade and convention centre, vancouver. hadir peserta dari 62 negara. pertemuan ini belum berhasil memadukan industrialis dengan pencinta lingkungan.

31 Maret 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEREKA berangkat dari dunia yang berbeda -- ada yang berbaju birokrat, ilmuwan, industrialis, lembaga konsumen, ekonom, politikus, atau pencinta alam. Jumlahnya tak kurang dari 3.500 orang, dari 62 negera. Mereka mengaku hadir dengan keprihatinan pada soal yang sama, tentang lingkungan hidup yang makin sakit- sakitan -- karena, antara lain, dibanjiri 300-400 juta ton sampah kimia setiap tahunnya. Di bangunan megah Vancouver Trade and Convention Centre (VTCC), yang menghadap ke Teluk Burrad di Kota Vancouver, Kanada, mereka berkumpul dan membahas 500 makalah, 19-23 Maret lalu, dalam forum besar yang disebut Globe 90. "Mari kita bersekutu membangun hari depan yang berwawasan lingkungan," kata Harlem Brundtland, pemimpin Partai Sosialis Norwegia yang menjadi ketua sidang, dalam pidato pembukaan. Tak syak lagi, Globe 90 merupakan pertemuan yang pertama kali diadakan untuk menampung suara dari banyak kalangan yang biasa berseteru. Dan seperti dikatakan Brundtland, forum tadi bermaksud menyiapkan "konsep persekutuan", yang kelak akan dimatangkan dalam "Konperensi Lingkungan dan Pembangunan" yang akan diadakan PBB di Brasil 1992. Dalam penyiapan konsep persekutuan itu, Globe 90 menampilkan topik utama tentang pembangunan berkesinambungan, isu lama yang tak kunjung terlaksana. Isu itu menyangkut soal eksploitasi sumber daya alam yang tak terpulihkan, dan tak habis-habis menjadi sumber pertentangan antara kaum industri dan pencinta alam. Masih dalam konteks yang sama, forum itu juga membahas pembangunan dari berbagai segi, penanganan daerah perkotaan, misalnya aplikasi industri, atau pariwisata. Bahkan soal teknis -- seperti tragedi Bhopal, India 1985, dan kebocoran tanker Exxon Valdez yang mencemari pantai Alaska tahun lalu -- dibahas pula. Tragedi oleh perkakas canggih itu, apa boleh buat, membuat para peserta diajak menoleh kembali kepada teknologi madia. Lantas mereka pun tergiring untuk mengatakan pentingnya pengkajian kembali peran serta teknologi madia dalam pembangunan dan pelestarian lingkungan. Sebagai tuan rumah, Kanada ternyata tak luput dari gunjingan di forum itu. Direktur Eksekutif PBB untuk program lingkungan hidup Mustapha Tolba, misalnya, menyebut Kanada sebagai penyumbang terbesar bagi gejala global warming, yakni kenaikan suhu udara global akibat penebangan hutan. "Dari sepuluh orang Kanada, satu di antaranya bekerja di industri perkayuan atau di pabrik kertas," ujar orang Mesir ini. Namun, Mustapha mengakui, penebangan hutan di Kanada atau Amerika tetap lebih baik dibanding negeri-negeri Afrika. Di Kanada dan Amerika, dari empat batang pohon yang ditebang, sebatang pohon baru ditanam. Sedangkan di Afrika, menurut Mustapha, hanya satu pohon ditanam dari 29 pohon yang tumbang. Masalah tebang-menebang hutan ini dipersoalkan pula oleh salah seorang wakil lembaga swadaya masyarakat (LSM) asal Indonesia, E.S. Widjanarko. Dia mengeluhkan stok hutan Indonesia yang makin cepat menipis. Pada tahun 1970-an, kata Widjanarko menyebut sumber Bank Dunia, kerusakan hutan baru 300 ribu ha per tahun. Tapi pada akhir 1980-an, "Kerusakannya mencapai 1 juta ha/tahun, dengan 537 buah perusahaan perkayuan," ujarnya. Dalam hal penanganan sampah industri, kembali Kanada terkena sodokan. Negeri ini, oleh E. Strong, calon pimpinan konperensi lingkungan di Brasil 1992 itu, dikatakan sebagai negara paling boros dalam pemakaian kertas dan kaleng minuman. "Kalau mau jadi kampiun lingkungan, Kanada harus berbenah diri," ujar Strong, yang orang Kanada itu. Program daur-ulang kertas, plastik, dan kaleng di Kanada, tutur Strong, belum berjalan sebagaimana diharapkan, kendati kampanyenya digencarkan dua tahun belakangan. Upaya recycling di negeri itu dikatakan masih kalah dibanding negeri berkembang macam Indonesia kendati dilakukan tanpa jaringan manajemen modern ala negeri Barat. Sebagai salah satu pembicara dari sejumlah kecil pemrasaran asal negara berkembang, Dr. Suryani dari Pusat Studi Lingkungan Universitas Indonesia (UI) mengajukan "hipotesa gaia". Hipotesa itu menekankan betapa pentingnya membina harmoni antara aktivitas-perilaku manusia terhadap lingkungannya. Suryani tak memberikan resep mujarab untuk membangun harmoni itu. Dia hanya mengajukan gambaran, betapa rumitnya jalan untuk mencapai tujuan mulia itu. Di Indonesia, misalnya, upaya membangun harmoni alam terbentur oleh kemiskinan, kebodohan, dan jumlah penduduk yang meruah. Dia cuma bisa mengajak peserta konperensi untuk menghayati sebuah pepatah Cina: "Semua itu sulit, tapi harus dicoba dilakukan dengan sikap optimistis". Globe 90 itu dimanfaatkan pula oleh penyelengggaranya untuk memamerkan berbagai produk yang dianggap berwawasan lingkungan. Tak kurang dan 600 perusahaan ikut nimbrung untuk memamerkan komoditinya. Raksasa mobil Nissan, misalnya, memamerkan mesin mobil bahan bakar gas yang diklaim anti-polusi udara. Ada pula bermacam plastik yang dijanjikan mudah lapuk atau mesin-mesin anti-polusi suara. Menurut delegasi LSM, produk itu tak beda jauh dengan barang lain yang banyak makan sumber daya alam. "Mereka hanya mencari untung dari isu kerusakan lingkungan," tuding seorang wakil LSM. Kecurigaan pun muncul. Delegasi LSM menuding penyelenggara hanya ingin menampilkan produk-produk baru yang berkedok melindungi lingkungan hidup. Alhasil, konperensi lima hari itu makin hari kian sepi karena ditinggalkan pesertanya. "Globe 90 belum memberikan harapan baru," ujar seorang wakil LSM Indonesia. Toeti Kakiailatu (Vancouver)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus