Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Berita Tempo Plus

Tetap kampungan di rumah susun

Rumah susun di bangunrejo, surabaya, telah dihuni 178 jiwa. terdiri 2 bangunan, masing-masing berlantai 3 di atas tanah seluas 1.900 m2. disana dilestarikan gaya hidup khas "bangunrejo", komunal dan guyup.

2 September 1989 | 00.00 WIB

Tetap kampungan di rumah susun
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
KAMPUNG Bangunrejo, yang semula dikenal sebagai daerah permukiman kumuh dan rawan -- diapit dua daerah hitam Bangunsari dan Kremil kini bak disulap. Kampung padat di Kecamatan Krembangan, Surabaya, itu kini menjulang rumah-rumah susun yang rapi dan bersih, setelah rumah-rumah rombeng tergusur. Ke mana penduduk terusur? Di situlah hebatnya. Si penghuni lama itu jua yang kini menjadi tuan rumah di bangunan kekar bersusun tiga itu. Yang lebih istimewa lagi, di bangunan baru itu dilestarikan pula gaya hidup Bangunrejo lama yang "kampungan", komunal, dan guyup. Artinya, kendati tinggal "bak orang kota", di rumah susun itu juga tersedia tempat bagi penduduk untuk bergerombol atau bergunjing. Kedua bangunan yang diresmikan April silam itu kini telah dihuni 178 jiwa. Kedua flat itu -- masing-masing terdiri dari 25 petak kamar seluas 18 m2 (3 x 6 m) didirikan di atas tanah seluas 1.900 m2. dengan biaya Rp 320 juta. "Dananya dari APBN," ujar Kepala Bappem (Badan Pelaksana Program Perbaikan Kampung) Kodya Surabaya, Bambang Soegeng. Mungkin karena sukses dengan kedua bangunan itu, kini pemda tengah membangun empat unit lainnya, di atas tanah 2.700 m2. Keempat bangunan itu bakal menyediakan 100 petak kamar dan bisa menampung 88 kk atau 366 jiwa. Seluruhnya memakan ongkos Rp 650 juta. Dana proyek ini, "Fifty-fifty dari APBN dan APBD," tambah Bambang. Jika pembangunan itu nanti selesai, penduduk yang semula terbiasa bediam di rumah rombeng pengap dan berdesak-desakan akan merasakan susana lingkungan yang asri. Air PAM yang mengucur 24 jam, dan listrik mengalir 400 Watt ke setiap petak kamar. Kamar mandi/WC berderet di setiap lantai, berhadapan dengan tempat cuci umum yang berukuran 1,25 x 5 m. Selain itu, di setiap lantai tersedia fasilitas umum lainnya, berupa dapur umum seluas 18 m2 dan sebuah musala seluas 3 x 3 meter. Flat ini tentu saja memberikan "kawasan pribadi" untuk para penghuninya. Untuk setiap petak kamar pribadi, tersedia pula teras 2 x 3 meter yang menghadap ke udara bebas. Di antara petak-petak kamar itu terdapat koridor lebar. Yang mengagumkan, itu tadi, terpeliharanya suasana asli Bangunrejo. Koridor lebar di setiap lantai menjadi ajang bagi para warga, laki maupun perempuan, duduk santai dan mengobrol. Anak-anak pun leluasa bermain di situ. "Kalau mau, para warga bisa bermain tenis meja di koridor," ujar Kepala Laboratorium Permukiman ITS, Ir. Johan Silas, yang mengetuai tim perancang flat susun tiga itu. Dalam membuat rancangan, tim ITS yang dipimpin Johan memang bercermin pada pola hubungan sosial Bangunrejo. Maka, pembagian ruang untuk fasilitas pribadi dan fasilitas umum diperhitungkan secermat mungkin. Hasilnya, 37% digunakan untuk ruang pribadi dan 67% untuk ruangan umum. Rumah-rumah susun Bangunrejo itu berdiri di atas tanah negara. Dulunya kawasan itu berupa tanah berawa. Lalu akhir 1950an para pendatang menyerbu daerah itu. Ketika itu, "Kami datang, menguruk rawa, dan mendirikan gubuk di atasnya," ujar Paimin, 75 tahun, yang bermukim di Bangunrejo sejak 1960. Bertahun-tahun kawasan itu tetap tertinggal dalam suasana yang kumuh, berdesak-desakan, dan tak sehat. Penghuni kawasan itu memang kelompok ekonomi lemah: tukang becak, bakul (pedagang kecil), sopir, penjual jamu, buruh pelabuhan, atau pegawai negeri rendahan. Empat tahun silam, tim dari Laboratorium Permukiman ITS terjun meneliti permukim kumuh itu. Hasilnya sejumlah konsep perbaikan kampung, yang kemudian dkirim ke Pemda Kodya Surabaya. Pemda, memberi sambutan baik. Maka, lewat program KIP (Kampung Improvemet Project), yang sudah dilaksanakan sejak 1976, Pemda Surabaya bekerja sama dengan ITS memilih rumah susun sebagai jalan keluar untuk membenahi Bangunrejo. "Perbaikan bukan berarti melakukan penggusuran," kata Bambang Soegeng, bersemangat. Penduduk tetap dibiarkan mendiami kawasan itu. "Sebab, pada prinsipnya kami tak ingin menjauhkan mereka dari lahan ekonominya," tutur Kepala Bappem Kodya Surabaya itu. Karena para warganya pekerja sektor informal, lahan ekonominya memang tak jauh dari kampung itu. Tenaga mereka banyak terserap di Pelabuhan Tanjungperak, yang berjarak 4 km dari kampung itu. Pembagian kapling di rumah susun itu diupyakan seadil mungkin, disesuaikan dengan luas rumah penduduk sebelumnya. Kakek Paimin, yang rumahnya dulu 86 m2 mendapat jatah tiga petak. Lantas, Tarmin, yang dulu punya rumah sewaan seluas 244 m2, mendapat ganti 8 petak. Tentu tak gratis. Penghuni dikenai uang sewa Rp 2.500 per bulan untuk tiap petak yang ditempati, plus Rp 3.000 untuk retribusi kebersihan. Puaskah para penghuni rumah susun itu? "Bagaimanapun, lebih enak yang dulu, sebab saya masih punya pekarangan," ujar Paimin. Namun, dia mengakui bahwa rumahnya yang sekarang lebih bersih, teratur, dan dia tak perlu harus beli air pikulan saban hari. Soal, hubungan bertetangga? masalah, kami tetap kompak," Tapi, Sarimin, tetangga Paimin, punya keluhan serius. Dapur kolektif dalam flat itu diraskan buruh pelabuhan ini tak bisa melindungi rahasia dapur rumah tangganya. "Kami jadi sungkan kalau masak tempe terus-terusan," ujarnya. Tapi, "kalau keseringan daging, wah bangkrut, rek." Keluhan dapur itu pun telah sampai ke telinga pemda. "Untuk berikutnya, kami akan akan bikin penyekat buat dapur," kata Bambang Soegeng. Lantas tentang tempat cuci kolektif itu? "Tak ada keluhan, dari duit mereka sudah begitu, nyuci sambil ngobrol.." Putut Tri Husodo dan Herry M. Mohammad

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus