Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Udara sakit kota jakarta

Udara di jakarta paling kotor di dunia. hasil penelitian bapedal menunjukkan kandungan karbon monoksida dari kendaraan bermotor masih di ambang batas. perlu ada pembatasan emisi gas buang.

11 Desember 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UDARA di Jakarta termasuk yang paling kotor di dunia. Itu kata Bank Dunia. Dalam udara yang dihirup oleh 8,5 juta jiwa itu, terkandung gas beracun dan debu yang mengancam kesehatan saluran pernapasan dan paru-paru orang. Sebagian besar gas beracun itu disemprotkan oleh 1,7 juta kendaraan bermotor. Tingkat keracunan yang diakibatkannya juga terpantau dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Pengendali Dampak Lingkungan (Bapedal) dan Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan sebuah lembaga di bawah Pemda DKI. Penelitian berlangsung pada Desember 1991 hingga Februari 1992, di empat jalan utama: Gatot Subroto, Sudirman, S. Parman, Kramat Raya. Sebagai pembanding, diteliti pula keadaan udara di Jalan Casablanca sebuah jalan yang baru dibuka di kawasan segi tiga emas dan udaranya diperkirakan belum banyak tercemar. Penelitian itu menunjukkan bahwa kandungan karbon monoksida, gas yang keluar akibat pembakaran bahan bakar minyak (BBM) oleh kendaraan bermotor, masih berada di bawah ambang batas. Batasnya 20 ppm (bagian per sejuta), sementara kandungan karbon monoksida tertinggi ada di Jalan Sudirman, yakni 11,943 ppm. Terendah di Jalan Gatot Subroto, 8,061 ppm. Tapi jumlah nitrogen oksida dan debu, keduanya berbahaya bagi saluran pernapasan hampir semua melampaui ambang batas. Jalan Casablanca ''terbersih'' dari nitrogen oksida, yaitu 0,053 ppm jauh lebih rendah ketimbang angka di Jalan Sudirman yang 0,125. Toh, angka Casablanca melampaui batas yang 0,05 ppm. Perihal kandungan debu, Jalan Casablanca sedikit di bawah ambang batas (260 ppm), yakni 259,07. Terparah adalah Jalan Kramat Raya, yang kandungan debunya 951,06 empat kali lebih tinggi. Menurut Nabiel Makarim, Deputi I Bapedal, penelitian itu menunjukkan bahwa udara Jakarta sudah tercemar secara merata. ''Jalan Casablanca yang baru saja dibuka juga sudah dipenuhi debu dan gas beracun lain,'' katanya. Ia mengusulkan agar segera dilakukan pengendalian untuk mengerem laju pencemaran, misalnya dengan membatasi emisi gas buang kendaraan bermotor. Bila tidak? ''Udara Jakarta akan makin sakit,'' kata Nabiel.IQH

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus