Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peneliti di Prancis menemukan coronavirus disease 2019 (Covid-19) dengan varian baru B.1.640.2 yang viral dengan sebutan varian IHU. Varian ini ditemukan di tengah merebaknya Omicron.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam nawala ini pula, Tempo telah memeriksa sejumlah klaim dan menayangkan hasil pemeriksaan terhadap klaim tadi di kanal Cek Fakta Tempo. Salah satu klaim yang diperiksa adalah berbagai narasi terkait vaksin Covid-19.
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
______________________________________________________________________
Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo MediaLab
Varian Baru Covid-19 Ditemukan di Prancis
Peneliti di Méditerranée Infection University Hospital Institute (IHU), Prancis, menemukan Covid-19 dengan varian baru B.1.640.2 yang populer di masyarakat Indonesia dengan varian IHU. Varian ini ditemukan kala varian Omicron merebak. Sedikitnya, ada 12 kasus di Prancis yang sudah dilaporkan terkait dengan varian IHU.
Semua kasus itu memiliki riwayat perjalanan ke Kamerun di Afrika. Namun, belum diketahui apakah infeksi IHU juga terjadi di lokasi lain atau negara lain. Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020, Tjandra Yoga Aditama mengaku sudah mendengar adanya varian itu, tapi menurut dia, semuanya masih berdasarkan pernyataan pakar dari Prancis yang melaporkan beberapa kasus yang mereka curigai tertular virus Covid-19 strain B.1640.2.
Guru Besar di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Tjandra Yoga Aditama, yang juga Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020 . ISTIMEWA
“Sebaiknya kita tunggu data ilmiah yang lebih jelas, tapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,” ujar dia melalui pesan WhatsApp, Kamis, 6 Januari 2022. Tjandra menambahkan, hingga saat ini, tidak ada nomenklatur ‘varian IHU’ dalam Covid-19 karena IHU adalah nama institusi yang salah satu stafnya melaporkan kasus itu, bukan abjad Yunani yang biasa dijadikan patokan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO untuk memberi nama varian baru SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.
Menurut aturan International Health Regulation (IHR), jika ada kecurigaan sesuatu penyakit menular yang penting, maka yang dapat secara resmi melaporkan ke WHO adalah ‘IHR focal point’ di negara itu. “Tentu sesudah di dalam negeri di analisa mendalam berdasar kemungkinan berbagai laporan pakar di negara itu,” tutur Tjandra.
Jika hanya satu pendapat, Tjandra melanjutkan, maka tentu masih perlu analisa mendalam sebelum nantinya jadi atau tidak sebagai laporan IHR focal point negara itu ke dunia. “Saya kebetulan pernah menjadi IHR focal point Indonesia selama 5 tahun sejak 2009-2014, sebelum saya bergabung dan menjadi Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara.
Selain itu, karena varian ini memiliki kode B.1640.2, maka sebenarnya sejak 22 November 2021 WHO sudah menggolongkan B.1640 (tanpa pembagian “.1” atau “.2”) sebagai Variant under Monitoring (VuM), bersama dengan B.1.1.318 dan C.1.2. Disebutkan juga bahwa B.1640 sudah dilaporkan dari beberapa negara sejak September 2021.
Saat ini, kata Tjandra, ada tiga varian yang sekarang masuk sebagai VuM. Dan untuk memberikan penamaannya, ini masih dimonitor untuk tahu bagaimana situasinya. “Bisa saja sesudah dimonitor lalu dianggap tidak bermasalah dan dimasukkan ke dalam formerly monitored variants, bahkan jika memang benar-benar bermasalah akan dijadikan Variant of Interest (VoI), dan lainnya,” kata Tjandra menjelaskan.
Menanggapi isu varian IHU, Kementerian Kesehatan RI memastikan bahwa varian IHU tersebut belum terdeteksi di Indonesia. Berdasarkan hasil tes Whole Genome Sequences (WGS), juga menunjukkan varian tersebut belum terdeteksi. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, varian IHU tersebut kini ditetapkan sebagai Variant under Monitoring (VuM) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Artinya, varian tersebut kini masih terus diteliti dan diawasi.
Varian IHU juga disebut kenal terhadap vaksin. Terkait hal itu, dr Nadia meminta agar masyarakat tetap menunggu hasil kajian dan analisis dari beragam kasus global dan WHO. “Semua vaksin memiliki efikasi untuk tetap melawan virus COVID-19 termasuk variannya ya,” kata Siti Nadia Tarmizi, Jumat, 7 Januari 2022. Ia pun mengingatkan agar masyarakat tidak mudah percaya dengan informasi yang belum bisa dipertanggungjawabkan.
Waktunya Trivia!
Berikut beberapa kabar tentang misinformasi dan disinformasi, keamanan siber, serta privasi data pekan ini yang mungkin luput dari perhatian. Kami mengumpulkannya untuk Anda.
Ada Bug di Perangkat Lunak, Kyoto University Kehilangan 77 TB Data Penelitian. Pekerja pemeliharaan komputer di Kyoto University menemukan bug di dalam perangkat lunak yang digunakan untuk mencadangkan data. Bug itu membuat 77 TB data penelitian hilang. Perangkat lunak tersebut adalah sistem komputasi University Hewlett-Packard Cray, yang disebut Lustre. Tim mengunggah halaman Failure Information yang merinci apa yang diketahui sejauh ini tentang hilangnya data itu. Mereka melaporkan bahwa file di /LARGEO (pada sistem penyimpanan DataDirect ExaScaler) hilang selama prosedur pencadangan sistem.
Aplikasi WhatsApp Aero baru-baru ini diperbincangkan karena memiliki fitur-fitur yang tidak ada di WhatsApp biasa. WhatsApp Aero merupakan modifikasi dari aplikasi percakapan yang dibuat oleh Meta, dulu bernama Facebook. WhatsApp Aero memiliki fitur seperti menghilangkan status sedang online. WhatsApp Aero saat ini hanya bisa diunduh di toko aplikasi pihak ketiga, di luar tempat resmi seperti Google Play Store dan Apple App Store. Ini membuat jaminan keamanannya tak sebesar jika didapat dari tempat resmi.
Ilustrasi WhatsApp. shutterstock.com
Jutaan Data Pasien RS di Indonesia Dijual di Forum Gelap. Jutaan data pasien dari berbagai rumah sakit diduga bocor dan dijual di forum gelap. Peretas mengklaim data berasal dari “server terpusat Kementerian Kesehatan Indonesia” pada 28 Desember 2021. Berdasarkan tautan yang beredar, dokumen sebesar 720 GB berisi informasi medis pasien dari berbagai rumah sakit. Pengunggah di forum tersebut melampirkan sampel 6 juta data berisi, antara lain, nama lengkap pasien, rumah sakit, foto pasien, hasil tes Covid-19 dan hasil pindai X-Ray.
Whistleblowers Mengklaim Layanan Pesan Teks Swiss Diam-diam Membantu Pemerintah Mengawasi Pengguna Ponsel. Sebuah perusahaan Swiss yang melakukan kontrak dengan beberapa nama besar dunia dituduh menjual akses ke pemerintah untuk tujuan pengawasan. Mitto AG, penyedia layanan pesan teks terkemuka ke banyak nama paling terkenal di dunia di bidang teknologi, menjual akses pintu belakang ke jaringannya menurut mantan karyawan dan klien. Skema tersebut diduga dijalankan oleh salah satu pendiri dan Chief Operating Officer Ilja Gorelik dan hanya diketahui oleh sekelompok kecil karyawan tingkat tinggi.
Periksa Fakta Sepekan Ini
Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial lebih beragam dari pekan sebelumnya. Di antara klaim-klaim tersebut, klaim keliru seputar vaksin Covid-19 lebih mendominasi. Salah satunya, Klaim Vaksin Bisa Mengubah Warna Darah. Buka tautannya ke kanal CekFakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:
- Keliru, Pernyataan Robert Malone soal Vaksin mRNA untuk Covid-19 belum Diuji secara Memadai dan Vaksinasi Anak Tidak Bermanfaat.
- Keliru, Foto dengan Klaim Vaksin Bisa Mengubah Warna Darah
- Sesat, BI Keluarkan Koin Baru Pecahan Rp 100 ribu Terbitan 2021
- Keliru, Video dengan Narasi PBB dan WHO Menghentikan Vaksin di Seluruh Dunia
- Sebagian Benar, Narasi yang Mengaitkan 79 ribu Orang di Australia Mendapat Efek Samping Serius Vaksin dan Pemerintah Memberikan Kompensasi lebih 6 ribu Dollar
- Keliru, Video Ratusan WN Timor Leste Ingin Kembali Bergabung dengan Indonesia
- Sesat, Guru di Eropa dan Amerika Mengajarkan Bahaya Vaksin kepada Anak-anak SD
- Keliru, Video Timnas Thailand Didiskualifikasi karena Doping Saat Lawan Indonesia di Piala AFF 2020
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini.
Ikuti kami di media sosial: