Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Newsletter

CekFakta #262 Hati-hati, Hoaks Penipuan Berkedok Artis Bagi-bagi Duit Hasil Editan

Penipuan online yang mencatut atau memanipulasi tokoh-tokoh publik semakin banyak serta meresahkan.

31 Mei 2024 | 21.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi penipuan investasi. Pexels/Tima Miroshnichenko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penipuan online yang mencatut atau memanipulasi tokoh-tokoh publik semakin banyak serta meresahkan. Tidak hanya di Indonesia, penjahat di jagat maya juga menggunakan trik ini untuk meyakinkan warganet.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Modusnya beragam. Mulai yang seolah-olah bagi uang, gebyar hadiah secara cuma-cuma, bantuan sosial langsung (BLT), sampai menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) mempromosikan judi online. Lalu, bagaimana kita bisa mendeteksinya dan mencegah orang-orang sekitar tidak terperangkap?

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo

Hati-hati, Hoaks Penipuan Berkedok Artis Bagi-bagi Duit Hasil Editan

Kita tentu tak mau menjadi korban informasi bohong yang mengincar keuntungan finansial. Sayangnya, hoaks berupa penipuan masih marak. Antara Agustus 2018 hingga 16 Februari 2023 saja, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat 1.730 kasus penipuan online. Total kerugian akibat penipuan di dunia mata ini juga tak main-main, mencapai Rp 18,7 triliun selama 2017 hingga 2021.

Yang makin pelik, banyak dari kita yang belum bisa membedakan mana hoaks dan mana informasi yang benar. Dilansir Katadata, berdasarkan studi dari Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada (UGM), sekitar 66,6% responden pernah menjadi korban penipuan online. Modus penipuan melibatkan berbagai taktik, seperti berkedok hadiah, mengirim tautan (link), penipuan jual beli di platform seperti Instagram, serta melalui situs web atau aplikasi palsu. SMS atau panggilan telepon menjadi sarana paling banyak digunakan penipu untuk menjaring korban-korbannya, mencapai 64% dibandingkan di media sosial sekitar 12,3%.

Namun, bukan berarti kita boleh lengah. Di era internet, menipu juga semakin dimudahkan. Dalam beberapa bulan terakhir, organisasi pemeriksa fakta Spanyol, Maldita.es mengungkapkan X (sebelumnya Twitter) dibanjiri iklan bergambar tokoh masyarakat maupun penyanyi dan media terkenal. Modusnya, warganet diarahkan ke halaman web yang menawarkan investasi palsu dalam mata uang kripto. Dari halaman abal-abal itu, mereka mencuri data pribadi atau mendorong untuk melakukan “investasi pertama” yang tidak pernah bisa ditarik kembali. 

Maldita.es mengumpulkan contoh-contoh promosi berkedok seperti itu, bahkan sudah melaporkannya ke X sebanyak 165 unggahan dalam waktu kurang dari tiga bulan. Ditemui beberapa pola, seperti:

  • Akun yang mencuit tweet yang dipromosikan baru berumur beberapa bulan dan semuanya memiliki centang biru pada layanan pembayaran X Premium.
  • Akun-akun ini berhasil meningkatkan visibilitas publikasi dengan membayar iklan melalui X Ads dan sengaja menargetkan pengguna di Spanyol yang berusia di atas 25 tahun. 
  • Gambar penyanyi Lola Índigo paling banyak dimunculkan berulang kali dalam iklan, sedangkan media massa yang paling banyak dipalsukan adalah El País. Empat dari setiap lima wawancara palsu yang dianalisis diarahkan ke situs web ‘Quantum A’, yang muncul dalam daftar peringatan Comisión Nacional del Mercado de Valores dari pemerintah Spanyol dan ditetapkan sebagai “penipuan finansial”.

Di Indonesia, jenis situs yang kini banyak digunakan untuk menipu adalah judi online. Si pembuat hoaks memanipulasi suara tokoh-tokoh publik seperti Dennis Lim dan Sule sehingga keduanya seolah-olah berbicara mempromosikan situs judi. Sedangkan modus bagi-bagi uang kini juga mencatut presiden RI terpilih, Prabowo Subianto setelah sebelumnya pernah mencatut Presiden Jokowi membagikan Rp 50 juta secara cuma-cuma.

Untuk itu, jangan pernah lelah mengajak orang-orang di sekitar kita agar jangan mudah tergiur ‘hadiah’, ‘bagi-bagi uang’, atau ‘bantuan uang’ gratis dari internet. Ingatkan mereka agar selalu memverifikasi sumber informasi, selalu skeptis, dan segera merujuk pada media atau situs kredibel. Gunakan pula Google Reverse Image atau Google Lens di gawai jika masih penasaran, agar tahu asal-usul gambar/keluku yang digunakan.

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab

Cek Fakta Pilihan

Benarkah Menyesatkan, Konten Pernyataan Peneliti BRIN Syafuan Rozy Terkait OPM?

Dalam sebulan terakhir tagar #TumpasOPM atau #DukungPenumpasanOPM ramai digunakan di platform X (dulunya Twitter) yang diklaim menyertakan peneliti BRIN. Tagar itu muncul tak lama setelah Panglima Militer mengubah terminologi Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua menjadi Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada 5 April 2024. Beberapa isi konten yang menggunakan tagar tersebut, memuat klaim bahwa peneliti BRIN Badan Riset dan Inovasi Nasional, Syafuan Rozi menyatakan: “Tindakan tegas perlu dilakukan terhadap gerakan OPM memang diperlukan mengingat eskalasi konflik Papua yang terus meninggi”.

| Hasil Pemeriksaan fakta

Berdasarkan penelusuran Tempo, Syafuan Rozi merupakan seorang peneliti yang banyak mempublikasikan riset tentang konflik di Indonesia. Ia juga menulis beberapa buku di antaranya Kekerasan Komunal: Anatomi dan Resolusi Konflik di Indonesia; Merentas Jalan Panjang Perdamaian: Negara & masyarakat dalam resolusi konflik; dan Hubungan Negara & Masyarakat dalam Resolusi Konflik di Indonesia: Kasus Sulawesi Tengah, Maluku, dan Maluku Utara. Tempo menghubungi Syafuan Rozi melalui telepon untuk mengkonfirmasi mengenai konten di X tersebut.

Waktunya Trivia!

Benarkah Covid-19 adalah Kebohongan Berkedok Ilmuwan dan Flu Burung Disiapkan sebagai Pandemi Berikutnya?

Sebuah akun Instagram membagikan video dengan klaim bahwa Covid-19 adalah kebohongan berkedok ilmuwan yang saat ini terbongkar di Amerika Serikat. Klaim itu dihubungkan dengan cuitan pemilik X, Elon Musk yang mendesak penuntutan terhadap Fauci dengan membagi pemberitaan New York Post edisi 16 Mei 2024 berjudul “Sick Lies: After Year Falsehoods, health official admits US funded dangerous virus research at China’s Covid Lab”. 

Ada Apa Pekan Ini?

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki beragam isu. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

Facebook

Twitter

Instagram 

Telegram

Inge Klara Safitri

Inge Klara Safitri

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus