Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
EKONOMI DAN BISNIS
28 Juli 2022
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seberapa Serius Transisi Energi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Transisi energi tak bisa ditunda lagi. Saat cadangan minyak dan gas kian menipis dan harganya semakin melambung. Tak ada pilihan lain selain menemukan sumber-sumber energi baru yang terbarukan. Sebab, tak hanya energi harus baru, energi masa depan juga mesti terbarukan agar selaras dengan kebijakan mitigasi iklim.
Pemerintah sudah menyusun peta jalan transisi menuju energi bersih. Dalam program yang disusun oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, porsi energi baru dan energi terbarukan (EBT) dalam bauran energi primer nasional akan terus ditingkatkan. Pada 2021-2025, porsi EBT naik dari 13,7 persen menjadi 23 persen. Pada 2030 pemerintah hanya akan membangun pembangkit listrik dengan EBT dan bahkan pada 2049 ada rencana untuk memakai energi nuklir.
Peta jalan ini adalah bagian dari upaya Indonesia untuk memenuhi komitmen penurunan emisi karbon, seperti yang diamanatkan dalam Perjanjian Paris. Mulai 2021 hingga 2025, penurunan emisi harus mencapai 198 juta ton CO2. Pada 2030 emisi karbon harus diturunkan 314 juta ton hingga 2060. Untuk mencapai net-zero emission itu, Indonesia harus menurunkan emisi hingga 1.526 juta ton CO2.
Jalan untuk mencapai rencana ini tak mudah, juga tak murah. Dalam perhitungan pemerintah, kebutuhan untuk transisi energi mencapai US$ 5,7 miliar atau sekitar Rp 85 triliun per tahun. Selain untuk membangun pembangkit listrik EBT, pemerintah juga butuh dana untuk mengalihkan sumber daya dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil yang akan segera dipensiunkan. Dana yang cukup besar juga diperlukan untuk transisi energi di sektor transportasi hingga industri.
Anggaran negara tak cukup untuk memenuhi kebutuhan ini. Kini pemerintah mencari sumber-sumber pembiayaan baru untuk transisi energi, mulai dari kredit lembaga keuangan internasional, merancang pembiayaan kreatif, hingga memanfaatkan hibah dan dana dari para filantropi yang berkepentingan untuk memiliki sumber energi lestari.
Seriuskah pemerintah menggapai transisi energi? Sebab, jika hanya di atas kertas, waktu kita terbatas. Para ahli di PBB sudah memprediksi, tanpa keseriusan dari semua negara, bumi akan terpanggang akibat pemanasan global pada 2030. Transisi energi adalah harapan utama kita terhindar dari malapetaka itu.
Kami menyajikan ulasan transisi energi dalam edisi khusus pekan ini. Selamat membaca
Fery Firmansyah
Redaktur Utama
EKONOMI
Menjaring Pundi-pundi Transisi Energi
Bagaimana pemerintah mencari pembiayaan untuk transisi energi dan buat apa saja?
Maju Mundur Pajak Karbon
Satu instrument menurunkan emisi adalah pajak karbon. Tapi perdagangan karbon tak kunjung jelas, pajaknya pun diundur terus.
Seret Langkah Pembiayaan Hijau
Industri tak akan jalan tanpa pembiayaan. Cara lain menyetop industri yang merusak lingkungan adalah bank menyetop pembiayaan untuk mereka. Alihkan ke bisnis hijau.
Mau Transisi Ogah Rugi
Sebagai perusahaan negara yang memonopoli listrik, PLN juga harus bersedia ikut serta dalam transisi energi. Keengganan mereka akan menghambat mitigasi iklim.
Tatkala Bus Kota Berganti Daya
Transportasi adalah sektor penting dalam transisi energi. Bagaimana sektor ini bersiap ke sana?
Wawancara Kementerian ESDM
Mengapa transisi energi di Indonesia tergopoh-gopoh. Karena harga energi bersih mahal. Benarkah?
Menanti Listrik Tenaga Angin dan Matahari
Salah satu energi baru—meski sudah banyak yang memakai—tapi terbarukan adalah angin dan matahari. Bagaimana agar PLTS dan PLTB bisa segera menggantikan batu bara?
OPINI
Kendala Transisi Energi
Kendala terbesar transisi energi adalah niat politik. Seberapa besar kita punya?