Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
FILM
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Film Conclave: Detektif dan Kuda Hitam di Kapel Sistina
Film Conclave, yang mengantongi delapan nominasi Piala Oscar, mengangkat isu dari dalam gereja Katolik. Film ini menyajikan cerita misteri di balik pemilihan Paus baru setelah Sri Paus meninggal mendadak akibat serangan jantung. Conclave mengisahkan skandal yang terungkap satu per satu di tengah persaingan para kardinal untuk menjadi penerus Takhta Suci. Lapisan misteri terkuat saat para kardinal bersaing.
Film garapan sutradara Edward Berger yang berkisah perebutan kekuasaan di balik dinding marmer Vatikan yang megah, dingin, dan sepi itu ditulis oleh Peter Straughan berdasarkan novel karya Robert Harris. Film ini cukup mendebarkan sebagai drama eksistensi yang menggali pertanyaan tentang kekuasaan, iman, dan moralitas. Bagaimana ketegangan film ini?
Baca selengkapnya di sini
FILM
Paus dan Vatikan dalam Sinema
Proses konklaf yang tertutup dan penuh rahasia sering kali digambarkan secara dramatis dalam film. Benarkah?
Baca selengkapnya di sini
ESAI
Jalan Sunyi Puisi Sufi
Setelah Abdul Hadi W.M. meninggal setahun lalu, banyak pengamat sastra bertanya-tanya, siapa penerus tradisi puisi sufistik di Indonesia? Siapa pelanjut gagasan-gagasan besar tentang sastra sufistik? Abdul Hadi seperti meninggalkan ruang kosong: mata rantai tradisi puisi sufistik yang terputus. Pernah muncul puisi-puisi sufistik dari sejumlah penyair, tapi mereka kemudian tidak lagi menulis puisi tema itu setelah muncul kritik bahwa mereka pengekor Abdul Hadi.
Sebagai pelopor puisi sufistik, Abdul Hadi adalah pelanjut Hamzah Fansuri, dan mata rantainya dapat dirujukkan kepada Jalaluddin Rumi serta Ibnu Arabi. Antara Abdul Hadi dan Hamzah Fansuri, ada nama penyair religius yang tidak bisa dilupakan, yakni Amir Hamzah. Pada era Abdul Hadi juga ada sastrawan sufistik semacam Kuntowijoyo, Danarto, dan Mustafa Bisri. Jika kita cermati, sebagian besar puisi Sutardji Calzoum Bachri sebenarnya juga sangat sufistik.
Namun bagaimana puisi sufistik setelah Abdul Hadi W.M.?
Baca selengkapnya di sini
SASTRA
Algoritma Kesepian Helvy Tiana Rosa dan Puisi Mardi Luhung
Solace merupakan AI generasi baru. Ia tidak hanya generatif, tapi juga sudah mampu melakukan olah akal (reasoning) yang kompleks. Solace bukan hanya memahami pola pikir manusia, tapi juga mengerti nuansanya. Jadi, terasa bisa memahami emosi manusia dengan lebih dalam. Pertanyaan kenapa dijawab jeli dengan nuansa yang terasa personal. Dengan kamera, mikrofon, dan pengeras suara, Solace berinteraksi layaknya manusia yang ada di depan mata. Bagaimana lika-liku interaksi manusia dengan aplikasi kecerdasan buatan dalam cerpen karya Helvy Tiana Rosa itu?
Selain cerpen, Tempo menghadirkan dua puisi karya Mardi Luhung, penyair asal Gresik, Jawa Timur, berjudul Varian Hikayat Kroman dan Nomor Antrian. Mardi adalah penulis buku puisi Tiga Kuda di Bulan Tiga dan Lampirannya (2022), buku puisi Gerbang Banda (2023), serta buku kumpulan cerpen Jembatan Tak Kembali (2022). Pada 2010, buku puisi Buwun mendapat anugerah Khatulistiwa Literary Award—sekarang bernama Kusala Sastra Khatulistiwa.
Baca selengkapnya di bawah ini: