Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Makin banyak hal-hal aneh dan Ajaib akhir-akhir ini. Yang terbaru adalah teror sepasukan anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror kepada kantor Kejaksaan Agung. Mereka mendatangi kantor jaksa dengan membunyikan sirene, memaksa masuk, dan menerbangkan drone. Ada juga dua anggota Densus 88 yang menguntit Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Febrie Adriansyah. Tindakan terorisme apa yang sudah dilakukan para jaksa?
Tak ada kejelasan. Para petinggi dua lembaga bungkam setelah peristiwa menghebohkan itu. Kami coba telusuri apa yang ada di balik perseteruan itu. Soalnya, teror pasukan antiteror itu terjadi ketika Kejaksaan Agung sedang menangani kasus-kasus besar. Salah satunya dugaan korupsi timah di Bangka Belitung. Bukan hanya nilai kerugian lingkungan yang sangat besar, mencapai Rp 271 triliun, tapi tokoh-tokoh di baliknya.
Ada nama Robert Bonosusatya yang sudah diperiksa kejaksaan karena diduga terafiliasi dengan perusahaan pengerukan timah di Bangka Belitung. Robert adalah pengusaha yang dekat dengan kepolisian. Di kalangan pengusaha ia terkenal sebagai pebisnis yang punya pengaruh terhadap para jenderal polisi. Apakah karena jaksa menyelidiki kasus itu berbuah teror dari Densus 88 Polri?
Tidak ada asap jika tidak ada api. Gesekan polisi dan jaksa bukan kali ini terjadi. Dalam banyak kasus besar, kedua penegak hukum ini juga acap berselisih. Dalam perkara kebakaran gedung Kejaksaan Agung, pemeriksa dari polisi juga memendam penyebab sesungguhnya kebakaran hebat itu. Benarkah hanya karena puntung rokok pekerja bangunan yang sedang merenovasi gedung Kejaksaan?
Ada banyak tanda tanya, ada banyak kejanggalan, meruapkan sehimpun kecurigaan. Yang jelas perselisihan kedua institusi hukum ini dampak dari pelemahan keduanya. Para aktor politik acap menyeret petinggi dua institusi ke dalam kepentingan politik yang kotor. Para jaksa terkesan melayani kepentingan politik ketika memeriksa sebuah perkara.
Kita ingat pemeriksaan Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto dalam dugaan korupsi distribusi minyak goreng. Pemeriksaan Ketua Umum Golkar ini berhenti ketika Airlangga sigap menyatakan dukungan kepada Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dalam pemilihan presiden 2024. Padahal, waktu itu Golkar Tengah menjajaki koalisi dengan PDI Perjuangan.
Juga dalam kasus korupsi penyediaan Internet di Kementerian Komunikasi dan Informatika. Dalam hal penyidikan korupsi timah, Kejaksaan Agung juga lelet menyeret nama besar yang diduga terlibat kasus ini. Mereka yang sudah menjadi tersangka hanya para pelaku lapis kedua. Akankah jaksa jeri mengusut kasus ini setelah mendapat teror Densus 88?
Edisi pekan ini coba mengupas apa yang terjadi di balik teror pasukan antiteror. Selamat membaca.
Bagja Hidayat
Wakil Pemimpin Redaksi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini