Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Newsletter

Wajah Orde Baru di Pilkada Kita

Prabowo Subianto mengisyaratkan penghapusan pemilihan kepala daerah langsung dalam pidatonya di HUT Golkar. Para pendukungnya menyiapkan aturannya.

28 Februari 2025 | 22.00 WIB

Wajah Orde Baru di Pilkada Kita
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Disampaikan pada hari ulang tahun Golkar, Kamis, 12 Desember 2024, ide Presiden Prabowo Subianto untuk menghapus pemilihan kepala daerah langsung agaknya bakal terealisasi. Para pendukungnya diam-diam menyiapkan sistem pilkada tidak langsung. Seperti diinginkan Prabowo, kepala daerah bakal dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sepanjang pekan lalu, jurnalis Tempo menemui para pejabat dan orang dekat Prabowo. Dari mereka, kami mendapatkan cerita bahwa Ketua Umum Partai Gerindra itu menginginkan pemerintahan yang kuat dari pusat hingga daerah. Keinginan Prabowo ini sekaligus menunjukkan ia ingin memiliki kontrol yang kuat terhadap pemerintah daerah, seperti pada masa Orde Baru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prabowo telah bertemu dengan sejumlah ketua umum partai politik pendukungnya. Ia berdiskusi soal kemahalan biaya pilkada yang harus ditanggung oleh negara. Pelaksanaan pilkada tahun ini diperkirakan menghabiskan anggaran sekitar Rp 37,43 triliun. Prabowo sudah meminta anak buahnya untuk membuat evaluasi pelaksanaan pilkada.

Beban biaya tinggi tak hanya ditanggung oleh negara, tapi juga para calon kepala daerah. Kepada Tempo, sejumlah calon kepala daerah blak-blakan soal duit yang mereka gelontorkan dalam pilkada 2024. Salah satu komponen biaya yang mahal itu adalah mahar yang harus diberikan calon gubernur, bupati, dan wali kota kepada partai politik agar bisa mendapatkan tiket.

Pemilihan kepala daerah lewat DPRD agaknya bakal gol di DPR. Prabowo didukung suara mayoritas politikus Senayan. Hanya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang keras menolak rencana itu. Adapun Partai Demokrat bersikap mengambang karena terkunci oleh sikap Susilo Bambang Yudhoyono pada 2014.

Pembaca, pilkada lewat DPRD menutup peluang munculnya calon alternatif. Hanya mereka yang didukung oleh partai mayoritas yang bisa menjadi kepala daerah. Itu pun dengan peluang besar terjadinya politik uang, yaitu pemberian mahar kepada anggota DPRD untuk membeli suara. Itu sebabnya, kualitas demokrasi kita diperkirakan akan makin menurun.

Anda bisa membaca artikel soal pilkada lewat DPRD di laporan utama Majalah Tempo pekan ini. Selamat membaca.

Stefanus Teguh Edi Pramono

Stefanus Teguh Edi Pramono

Bekerja di Tempo sejak November 2005, alumni IISIP Jakarta ini menjadi Redaktur Pelaksana Politik dan Hukum. Pernah meliput perang di Suriah dan terlibat dalam sejumlah investigasi lintas negara seperti perdagangan manusia dan Panama Papers. Meraih Kate Webb Prize 2013, penghargaan untuk jurnalis di daerah konflik, serta Adinegoro 2016 dan 2019.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus