Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Beruntung dengan

Perpindahan markas sari bumi raya (sbr) dari bandung ke yogya menyebabkan 7 pemain terasnya mengundurkan diri. krisis pemain ini segera dapat diatasi dengan menarik 12 pemain bond yogya.

18 Juli 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SARI Bumi Raya (SBR), klub Galatama kelahiran Bandung (1978), sudah sejak September 1980 memilih Yogya sebagai markasnya. Tapi baru saja ia merasakan Yogya itu home (rumah sendiri). "Mula-mula Yogya itu rasanya away (jauh dari rumah) saja," tutur Joenarsono, boss SBR. Penampilan klub itu dalam kompetisi Galatama sejak Oktober lalu memang selalu buruk. "Pulang saja ke Bandung! Memalukan Yogya saja!" Begitu antara lain makian penonton. Kebetulan alamat SBR sampai dua bulan lalu masih di Bandung. Cuma bila jadi tuan rumah kompetisi, mereka datang ke Yogya. Sebelum bertanding, pemain sudah berkemas untuk pulang. "Jelas itu mengurangi konsentrasi pemain," kata Suwanda Sacim, kapten SBR. Alasan SBR pindah ke Yogya akhirnya karena pengamanan stadion di Bandung tidak rapi. penonton di Bandung cukup banyak, tapi "tak sampai 50% yang membeli karcis," kata Joemarsono. Tapi kurang sekali usahanya menarik simpati publik Yogya. Baru pada suatu pertandingan persahabatan dengan kesebelasan bond PSIM (Persatuan Sepakbola Indonesia Mataram) Yogya, mata pengurus SBR terbuka. Tak Betah. Penonton April itu jauh lebih banyak dibanding dalam pertandingan kompetisi Galatama. Maka Mei lalu asrama SBR benar-benar dipindahkan ke Jl. Godean, Yogyakarta. Akibatnya, 7 pemain teras, termasuk kapten Suwanda Sacim yang masih kuliah di Unpar Bandung mengundurkan diri. "Mereka tak betah di Yogya," kata Joenarsono . Krisis pemain itu segera dapat diatasi SBR. Sejumlah 12 pemain bond Yogya dari 5 klub amatir ramai-ramai pindah ke klub bayaran itu. Tapi hampir semua masih kuliah. Kalau pemain pro asal Bandung itu menerima Rp 125.000-Rp 150.000 sebulan, pemain eks PSIM ini puas dengan honor Rp 75.000 - Rp 100.000, asal tetap diberi kesempatan kuliah terus. Bahkan bekas pelatih klub Tidar Sakti dan bond PSIM, Drs. Sudjono (42 tahun), begitu pula bekas pengurus PSIM' Hadiatmadja ikut masuk SBR. "Masuk klub Galatama, suatu jalan pintas ke Senayan," kata kapten baru, Haryanto, mahasiswa tingkat terakhir Fakultas Ekonomi UGM. Sejak 1975, bond PSJM yang diketuai bekas walikota Yogya, Soedjono Adjie, selalu dibendung bond Ja-Teng, PSIS Semarang. Tentu saja ada pengurus PSlM yang merasa dirugikan SBR. Tapi menurut Joenarsono, SBR telah memberi ganti rugi pembinaan kepada 5 klub asal 12 pemain Yogya itu. Diperkuat oleh pemain asli asal Yogya, penonton semakin banyak setiap SBR jadi tuan rumah kompetisi Galatama. "Kami tak pernah rugi lagi. Minimum pada pertandingan terakhir lawan Makasar Utama kami untung bersih Rp 2 juta," tutur Joenarsono sambil tertawa. Malah lawan Arseto, katanya, untung Rp 7 juta. Tapi Joenarsono, putra bekas Ketua Umum PSSI, Bardosono, masih prihatin. Dari 17 perundingan kompetisi 198081, SBR baru menduduki tempat ketiga dari bawah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus