SARI Bumi Raya (SBR), klub Galatama kelahiran Bandung (1978),
sudah sejak September 1980 memilih Yogya sebagai markasnya. Tapi
baru saja ia merasakan Yogya itu home (rumah sendiri).
"Mula-mula Yogya itu rasanya away (jauh dari rumah) saja," tutur
Joenarsono, boss SBR.
Penampilan klub itu dalam kompetisi Galatama sejak Oktober lalu
memang selalu buruk. "Pulang saja ke Bandung! Memalukan Yogya
saja!" Begitu antara lain makian penonton. Kebetulan alamat SBR
sampai dua bulan lalu masih di Bandung. Cuma bila jadi tuan
rumah kompetisi, mereka datang ke Yogya. Sebelum bertanding,
pemain sudah berkemas untuk pulang. "Jelas itu mengurangi
konsentrasi pemain," kata Suwanda Sacim, kapten SBR.
Alasan SBR pindah ke Yogya akhirnya karena pengamanan stadion di
Bandung tidak rapi. penonton di Bandung cukup banyak, tapi "tak
sampai 50% yang membeli karcis," kata Joemarsono. Tapi kurang
sekali usahanya menarik simpati publik Yogya. Baru pada suatu
pertandingan persahabatan dengan kesebelasan bond PSIM
(Persatuan Sepakbola Indonesia Mataram) Yogya, mata pengurus
SBR terbuka.
Tak Betah.
Penonton April itu jauh lebih banyak dibanding dalam
pertandingan kompetisi Galatama. Maka Mei lalu asrama SBR
benar-benar dipindahkan ke Jl. Godean, Yogyakarta. Akibatnya, 7
pemain teras, termasuk kapten Suwanda Sacim yang masih kuliah di
Unpar Bandung mengundurkan diri. "Mereka tak betah di Yogya,"
kata Joenarsono .
Krisis pemain itu segera dapat diatasi SBR. Sejumlah 12 pemain
bond Yogya dari 5 klub amatir ramai-ramai pindah ke klub bayaran
itu. Tapi hampir semua masih kuliah. Kalau pemain pro asal
Bandung itu menerima Rp 125.000-Rp 150.000 sebulan, pemain eks
PSIM ini puas dengan honor Rp 75.000 - Rp 100.000, asal tetap
diberi kesempatan kuliah terus. Bahkan bekas pelatih klub Tidar
Sakti dan bond PSIM, Drs. Sudjono (42 tahun), begitu pula bekas
pengurus PSIM' Hadiatmadja ikut masuk SBR.
"Masuk klub Galatama, suatu jalan pintas ke Senayan," kata
kapten baru, Haryanto, mahasiswa tingkat terakhir Fakultas
Ekonomi UGM. Sejak 1975, bond PSJM yang diketuai bekas walikota
Yogya, Soedjono Adjie, selalu dibendung bond Ja-Teng, PSIS
Semarang. Tentu saja ada pengurus PSlM yang merasa dirugikan
SBR. Tapi menurut Joenarsono, SBR telah memberi ganti rugi
pembinaan kepada 5 klub asal 12 pemain Yogya itu.
Diperkuat oleh pemain asli asal Yogya, penonton semakin banyak
setiap SBR jadi tuan rumah kompetisi Galatama. "Kami tak pernah
rugi lagi. Minimum pada pertandingan terakhir lawan Makasar
Utama kami untung bersih Rp 2 juta," tutur Joenarsono sambil
tertawa. Malah lawan Arseto, katanya, untung Rp 7 juta.
Tapi Joenarsono, putra bekas Ketua Umum PSSI, Bardosono, masih
prihatin. Dari 17 perundingan kompetisi 198081, SBR baru
menduduki tempat ketiga dari bawah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini