Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ulang Tahun Calon Raksasa

Wawancara tempo dengan menmud koperasi bustanil arifin, tentang masalah koperasi di indonesia. diramalkan, koperasi sekali waktu akan menjelma sebagai bisnis raksasa.

18 Juli 1981 | 00.00 WIB

Ulang Tahun Calon Raksasa
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
MENGENAKAN stelan safari berwarna biru langit, Menteri Muda Urusan Koperasi Bustanil Arifin membanggakan bajunya siang itu. "Ini, saya sengaja pakai baju baru karena akan diinterpiu oleh wartawan," katanya kepada Fikri Jufri dan Saur Hutabarat dari TEMPO. Agaknya ada lagi yang baru pada Menmud Bustanil: Ia mulai menyukai koperasi dan beranggapan bentuk usaha itulah yang merupakan kunci sukses bagi orang banyak. "Sekarang setelah tahu tentang koperasi saya yakin betul," katanya. Didampingi beberapa staf ahli, Bustanil Arifin banyak bicara tentang bidang yang belum lama digumulinya itu, persis sehari sebelum hari ulang tahun Koperasi, 12 Juli. Beberapa petikan dari wawancara tersebut. Kalau koperasi bisa disebutkan salah satu sektor ekonomi, maka di Indonesia ini ada sektor Pemerintah, Swasta dan Koperasi. Adalah maksud pemerintah untuk mensejajarkan ketiga sektor ini. Bagaimana caranya agar koperasi itu bisa mengejar sektor yang lain, misalnya swasta? Tak ada maksud kejar-mengejar. Memang yang sekarang terbelakang itu adalah usaha koperasi. Karena itulah dalam Pelita II - ini pemerintah meningkatkan kegiatan-kegiatan koperasi. Dulu pemerintah sibuk dengan stabilisasi dan pertumbuhan. Sekarang sibuk dengan pemerataan. Kami di koperasi berpendapat, tak ada jalan lain untuk mencapai pemerataan selain dengan koperasi. Apa pengertian pemerataan itu sendiri menurut bapak? Apakah itu berarti meningkatkan taraf hidup yang miskin dengan mengurangi porsi dari mereka yang lebih kaya? Atau bagaimana? Saya kira yang sudah berada di atas tak perlu dikebawahkan. Itu tak berarti bahwa yang kaya dibiarkan menjadi kaya raya, dan yang masih miskin dibantu untuk mengejar yang sudah kaya. Tapi setiap kali ada kesempatan yang bisa diberikan kepada yang miskin, ya diberikan. Ambil contoh pabrik susu PMA di Jakarta. Bagi mereka tentu lebih murah mengimpor susu bubuk dari luar daripada membeli susu perah. Nah, di sini muncul peranan pemerintah untuk membantu "si miskin": meminta pabrik-pabrik itu membeli dari para petani susu. Harganya memang lebih tinggi dibandingkan susu bubuk impor. Tapi itu bukan karena kita sengaja membuat harga yang tinggi. Di situ ada bahaya hidup, ada unsur pengembalian kredit, ada pula unsur biaya makanan ternak. Nah, di sini kelihatan bahwa keuntungan pabrik sedikit dikurangi, untuk memperkecil jurang antara kaya-miskin. Citra koperasi sampai sekarang masih merupakan usaha dari kaum lemah. Sedang PN dan PT itu kesannya bermodal kuat. Apakah tujuan pemerintah ingin membuat koperasi itu sekuat misalnya PT Garuda atau PT Timah misalnya atau setaraf dengan swasta yang kuat? Atau membatasi taraf peningkatan itu sampai waktu tingkat tertentu. Koperasi merupan kunci utama untuk melepaskan rakyat dari kemiskinan. Jadi, seperti kata Presiden Soeharto, koperasi sama sekali tak ingin meIihat para anggotanya miskin terus. Nyatanya kini banyak sudah koperasi yang maju, dengan omset jutaan sampai milyaran rupiah. Jadi tak perlu dikhawatirkan kalau koperasi itu sekali waktu tampil menjadi usaha-usaha raksasa. Cukupkah dukungan dari departemen dan instansi lain? Untuk itu sudah ada Inpres No. 2 tahun 1978: agar departemen lain memberi dukungan dan partisipasi. Misalnya Departemen Keuangan, yang memberikan jamminan kredit lewat Lembaga Jaminan Kredit Koperasi. Lembaga tersebut nantinya akan menjadi Petum Pengembangan Keuangan Koperasi. Itulah yang mem-back semua kredit koperasi. Apakah dengan begitu kredit yang akan mengalir ke koperasi-koperasi itu sama besarnya dengan yang setiap tahun dinikmati usaha-usaha Bimas itu? Itu betul. Kredit kepada koperasi akan sangat meningkat. Sebab, berbeda dengan sistem Bimas, maka penyaluran kredit itu nanti tak melalui perorangan. Tapi disalurkan kepada koperasi, dalam hal ini Koperasi, Unit Desa (KUD) Bisa dibayangkan lagi usaha KUD itu akan terlibat dengan urusan kredit yang puluhan milyar rupiah. Berapa besar beras Bulog yang disalurkan lewat koperasi? Antara 15 - 20%. Bagian yang terbesar masih tetap disalurkan melalui swasta. Tapi jumlah penyadur swasta itu tak akan bertambah. Jadi kalau ada tambahan permintaan, agaknya akan kita salurkan melalui koperasi. Bapak mengatakan lebih banyak KUD yang sukses dibandingkan dengan yang gagal. Bahkan KUD Nugraha, yang menang No. 1 tahun lalu, sudah beromset sampai Rp 8 milyar. Tapi omong-omong, apakah anggota KUD itu ikut merasakan hasilnya sehingga lebih baik rumahtangganya? Atau rezeki itu lebih banyak dinikmati para pengurusnya? Coba saja saudara periksa sendiri. Beberapa waktu setelah koperasi masuk desa biasanya tak ada lagi rumah gubuk. Padahal image rumah di desa itu kan gubuk. Ambil contoh di Pengalengan, Jawa Barat. Tiga tahun itu rumah-rumah penduduk di sana berhimpitan dengan kandang-kandang ternak. Sekarang di daerah koperasi susu itu rumah-rumah sudah jauh lebih bagus. Banyak yang menggunakan tripleks sebagai pelapis dindingnya. Dan itu kandang-kandang sudah dipindahkan, berjejer di tepi danau Cileunca. Jadi bapak ini benar-benar sudah sreg dengan koperasi, rupanya. Ya, begitulah. Dulu, sebelum menjadi Menteri Muda Koperasi, saya memang skeptis terhadap koperasi. Setiap ada yang datang minta jatah untuk koperasi, selalu saya tolak dengan berbagai alasan. Tapi sekarang, rasanya semuanya ingin saya salurkan lewat koperasi. Bukankah efeknya jauh lebih besar kalau saya berikan kepada KUD dibandingkan dengan pribadi-pribadi?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus