Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Diego Maradona, Franz Beckenbauer, dan Lev Yashin merupakan beberapa nama legenda dari dunia sepak bola. Namun, Brasil juga memilikinya, Pele yang menjadi The Living Legend panggung sepakbola. Tidak bisa dipungkiri, pemain yang memiliki nama asli Edson Arantes do Nascimento ini sudah mencentak lebih dari 1000 gol sepanjang karirnya—baik di klub maupun negara.
Edson Arantes do Nascimento atau Pele lahir pada 23 Oktober 1940 di Três Corações, Minas Gerais, Brasil ini pernah bergabung dengan klub lokal, Bauru pada 1952. 4 tahun setelah bergabung dengan klub tersebut, pada 1956 ia sempat mendaftar di klub sepakbola São Paulo, namun ditolak. Hal tersebutlah yang membuatnya berlabuh ke tim Santos dan bermain sebagai penyerang kiri.
Tidak hanya Pele, ayahnya juga merupakan seorang pesepak bola profesional yang bermain untuk klub Fluminense. Selain itu, masih banyak lagi fakta menarik perihal Pele. Berikut beberapa kisah menarik mengenai sang legenda.
Dia Dinamai Thomas Edison.
Seperti yang dijelaskan Pelé dalam tweet September 2014, ayahnya João Ramos, seorang pemain sepak bola yang juga dikenal sebagai Dondinho, dan ibunya Dona Celeste menamainya Edson, setelah Thomas Edison.
“Listrik baru saja diperkenalkan ke kampung halaman saya di Brasil ketika saya lahir,” tulis penduduk asli Três Corações. Pertama kali dijuluki "Dico" oleh keluarganya, Pelé kemudian menjelaskan bahwa julukan yang dia gunakan saat ini di seluruh dunia "benar-benar menyadapnya" pada awalnya.
Sebelum dipanggil Pele, ia dipanggil dengan nama Dico. Nama Pele sendiri merujuk pada nama kiper Vasco da Gama yang merupakan idolanya, Bilé. “Jadi, ketika seseorang berkata, “Hei, Pelé,” saya akan balas berteriak dan marah. Pada satu kesempatan saya meninju teman sekelas karena itu dan mendapat skorsing dua hari,” ujarnya dalam The Guardian pada 2006 silam. "Sekarang saya menyukai nama itu - tetapi saat itu saya tidak pernah berhenti," tambahnya.
Pele yang Bertelanjang Kaki.
Tumbuh dalam kemiskinan, Pelé melatih keterampilan menggiring bola dengan kaus kaki yang diisi dengan kain compang-camping ketika keluarganya tidak mampu membelikannya bola yang sebenarnya.
Ketika dia berusia 6 tahun, keluarganya pindah ke kota yang lebih besar di Brasil selatan, di mana dia menyemir sepatu dan menjual kacang panggang di luar bioskop untuk mendapatkan uang demi membeli bola sepak.
Karena tidak mampu membeli sepatu sendiri, ia juga sering bermain tanpa alas kaki, dan teman-temannya akhirnya membentuk tim bernama The Shoeless Ones. Belakangan, permainan bertelanjang kaki yang dimainkan di lahan kosong dikenal sebagai “pelada”, yang diyakini menjadi nama Pele.
Memegang Dua Guinness World Records.
Pada akhir karirnya, Pelé telah memenangkan tiga Piala Dunia FIFA bersama Brasil (pada tahun 1958, 1962 dan 1970), membuatnya mendapatkan kemenangan terbanyak oleh pemain mana pun. Tentu saja, itu hanyalah salah satu dari banyak rekor yang ia pecahkan di lapangan sepak bola. Empat gol yang dicetak Pelé dalam debut profesionalnya pada tahun 1956 hanya membuat panggung untuk total 1.283 gol yang dia raih selama bertahun-tahun.
Berdasarkan biography.com, ada beberapa perdebatan mengenai jumlah total Guinness, bagaimanapun, karena beberapa outlet melaporkan bahwa ia mencetak lebih dari 500 gol dalam "pertandingan persahabatan dan tur tidak resmi," daripada dalam kompetisi profesional.
Menghentikan Perang.
Berdasarkan artikel Time pada 1999 lalu, bahwa kedua belah pihak dalam perang saudara Nigeria menyerukan gencatan senjata 48 jam pada 1967, sehingga Pelé dapat memainkan pertandingan eksibisi di ibu kota Lagos. Situs web Santos menjelaskan bahwa gubernur militer wilayah itu Samuel Ogbemudia mengumumkan hari libur dan membuka jembatan sehingga kedua belah pihak bisa menyaksikan kemenangan 2-1 Brasil yang diperkuat Pelé atas Nigeria.
“Kami diminta untuk memainkan pertandingan persahabatan di Benin City, di tengah Perang Saudara, tetapi Santos sangat dicintai sehingga mereka menyetujui gencatan senjata pada hari pertandingan. Hari itu dikenal sebagai hari 'Santos menghentikan perang,'” tweet Pelé pada tahun 2020.
Pele kemudian menyatakan berhenti dari sepak bola pada 1 Oktober 1977. Kabar terakhir dari putranya, Edinho, saat ini Pele mengalami masalah pinggul selama bertahun-tahun dan untuk mobilitasnya ia menggunakan kursi roda. "Dia (Pele) sangat rapuh. Dia menjalani penggantian tulang pinggul dan tidak mendapatkan rehabilitasi yang memadai dan ideal," ujar Edinho.
GERIN RIO PRANATA
Baca: Pele akan Dipindahkan dari Perawatan Intensif Pekan ini Usai Operasi Tumor
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini