Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) harus menyusun ulang program latihan dan persiapan atlet menuju Olimpiade 2020 setelah event itu ditunda penyelenggaraannya. Komite Olimpiade Internasional (IOC) telah resmi mengumumkan waktunya mundur satu tahun, yang semula dijadwalkan 24 Juli - 9 Agustus 2020 menjadi 23 Juli - 8 Agustus 2021 lantaran pandemi virus corona atau Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain soal program latihan, PP PBSI juga bakal mengubah rencana dan kuota pengiriman pemain ke turnaman, serta penentuan jadwal turnamen internasional dan nasional. Sekretaris Jenderal PP PBSI, Achmad Budiharto menjelaskan mundurnya sejumlah turnamen tak menutup kemungkinan bahwa jadwal pertandingan akan menjadi sangat padat setelah pertengahan tahun 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pasti akan ada penyesuaian, dengan situasi seperti ini, kami akan menentukan mana yang menjadi skala prioritas," kata Budiharto melalui keterangan tertulis, Selasa, 31 Maret 2020.
PP PBSI hingga saat ini masih menunggu pengumuman resmi dari Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) mengenai kepastian proses kualifikasi olimpiade, sistem rangking Race to Tokyo, hingga pengaturan ulang jadwal turnamen yang ditunda, termasuk turnamen-turnamen internasional yang akan diselenggarakan di Indonesia seperti Blibli Indonesia Open 2020 BWF World Tour Super 1000, Indonesia Masters 2020 BWF World Tour Super 100 dan sebagainya.
"Semua tergantung dari masa darurat Covid-19, PP PBSI baru bisa memutuskan setelah kondisi darurat telah selesai," kata Budiharto.
Dia menambahkan, penyusunan jadwal turnamen internasional dan nasional PBSI harus menunggu konfirmasi jadwal turnamen internasional dari BWF. "Karena jadwal turnamen nasional juga harus diatur dan disesuaikan dengan turnamen internasional yang diselenggarakan di Indonesia," katanya.
PP PBSI mencoba menyikapi penundaan Olimpiade Tokyo secara positif. Rentang waktu yang ada dimanfaatkan untuk memoles performa para pemain dan mengevaluasi kekurangan yang ada.
"Ini kan force majeur yang tidak bisa dihindari, jadi tidak ada untung dan rugi. Positifnya, kami bisa mempersiapkan diri lebih baik menuju olimpiade tahun depan. Misalnya, kalau dilihat dari hasil terakhir di All England 2020, pemain andalan di ganda putra masih ada kesulitan, dan kami sebetulnya berharap banyak dari sektor tunggal putra, namun kedua sektor ini masih belum bisa memenuhi harapan," Budiharto menjelaskan.
Saat tampil di All England 2020, gelar juara di nomor ganda putra disabet oleh pemain Jepang, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe. Endo/Watanabe menyingkirkan pasangan Indonesia, Hendra Setiawan/Mohamad Ahsan di perempat final. Kemudian, di babak final, mereka mengalahkan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon yang merupakan pemain peringkat satu dunia.
Pada nomor tunggal putra, dua pemain bulu tangkis andalan Indonesia, yaitu Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie tersingkir di babak awal turnamen level Super 1000 itu.
IRSYAN HASYIM