Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PENAMPILAN Bertrand Traore dalam laga antartim usia 18 tahun antara Chelsea dan Arsenal di Emirates Stadium, London, Inggris, pada 23 Oktober 2011 berbuntut panjang. Penyerang asal Burkina Faso, Afrika Barat, itu baru berumur 16 tahun kala memperkuat Chelsea dalam pertandingan tersebut. Akibatnya, Chelsea menjadi sorotan unit pengawas transfer pemain Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) lantaran penampilan Traore tertangkap kamera dan dimuat sejumlah media.
Foto itu diyakini menjadi pemicu FIFA menyelidiki Chelsea. Klub asal Kota London itu diduga melanggar aturan perekrutan pemain asing di bawah usia 18 tahun. Hasil penyelidikan awal, seperti dilaporkan The Guardian dua pekan lalu, mengindikasikan Chelsea melanggar aturan dalam merekrut 25 pemain asing berusia di bawah 18 tahun. Chelsea adalah klub Inggris pertama yang menghadapi tuduhan dan investigasi FIFA atas pelanggaran itu.
Chelsea menyanggah laporan yang menyebutkan mereka menabrak aturan perekrutan pemain asing. "Chelsea menaati statuta dan regulasi FIFA dalam merekrut pemain," ujar seorang pejabat Chelsea, seperti dilaporkan SkySports.
Chelsea seperti tak pernah lepas dari radar FIFA. Pada 2007, klub berjulukan The Blues itu juga pernah diperiksa terkait dengan kasus perekrutan Gael Kakuta, gelandang berusia 16 tahun dari klub Lens, Prancis. Upaya banding yang diajukan Chelsea berhasil mematahkan hukuman larangan ikut dalam dua bursa transfer pada 2009.
Menurut peraturan FIFA, sebuah klub tak diizinkan merekrut pemain asing berusia di bawah 18 tahun. Namun FIFA memberikan sejumlah pengecualian. Pertama, ada bukti orang tua si pemain pindah dari negara asalnya bukan karena alasan yang berkaitan dengan sepak bola. Kedua, lokasi pemain dan klub berada dalam radius 50 kilometer dari garis perbatasan negara.
FIFA masih mengizinkan klub merekrut pemain remaja jika dilakukan di dalam wilayah Uni Eropa atau Kawasan Ekonomi Eropa. Adapun pemain Eropa berusia 16-18 tahun diizinkan meneken kontrak. Perekrutan Traore, pemain yang memulai kariernya di klub Prancis, Auxerre, dinilai tidak memenuhi semua persyaratan soal transfer pemain asing itu.
Traore secara resmi meneken kontrak profesional bersama Chelsea sehari setelah bursa transfer pemain dibuka pada 1 Januari 2014. Alih-alih masuk tim, dia langsung dipinjamkan ke Vitesse Arnhem, klub Belanda yang memiliki relasi dekat dengan Chelsea. Dia menghabiskan 18 bulan di Eredivisieliga sepak bola tertinggi di Belandatermasuk bermain untuk Ajax Amsterdam. Pada Juni 2015, Traore akhirnya mendapatkan izin bekerja di Inggris dan dipanggil kembali ke Chelsea.
Punya talenta ternyata tak menjamin Traore mendapat tempat di tim utama klub elite Liga Primer Inggris itu. Hanya tiga tahun dia bertahan di Stamford Bridge. Selama itu, dia hanya diturunkan dalam 10 pertandingan. Pada Juni tahun lalu, Chelsea melepasnya ke klub Prancis, Olympique Lyon. Chelsea mendapatkan dana 10 juta euro (sekitar Rp 164 miliar) ditambah opsi mendapatkan Traore kembali.
Menyebut Chelsea sebagai tim impian, Traore mengaku kecewa karena tak diberi kesempatan bermain lebih banyak. Menurut pemain yang sudah 42 kali tampil bersama tim nasional Burkina Faso itu, klub seharusnya lebih berfokus mengembangkan talenta pemain muda. Di Lyon, Traore tampil 13 kali dan mengemas tiga gol. "Pergi dari Chelsea adalah keputusan terbaik bagiku," kata Traore, seperti ditulis The Sun.
Laporan penyelidikan pelanggaran perekrutan pemain yang dilakukan Chelsea kini dikabarkan sudah sampai ke meja Komite Disiplin FIFA. Mereka bisa menyelidiki lebih lanjut untuk mencari bukti-bukti hingga ke akademi klub. Komite Disiplin bahkan bisa memeriksa rekam jejak transfer yang dilakukan sebuah klub dalam periode 10 tahun terakhir.
Namun FIFA enggan memberikan konfirmasi ihwal investigasi yang sedang berjalan. "Seiring penyelidikan yang sedang berlangsung, tidak ada komentar lebih lanjut untuk saat ini," kata seorang juru bicara FIFA, seperti dikutip The Telegraph beberapa waktu lalu.
FIFA tampaknya terus berusaha menekan upaya klub-klub elite Eropa mengakali sistem aturan transfer untuk mendapatkan para pemain muda berbakat. Jika terbukti melakukan pelanggaran serius, Chelsea bisa dihukum berat, termasuk larangan mengikuti bursa transfer pemain seperti yang dialami tiga klub raksasa Liga Spanyol, yaitu Real Madrid, Barcelona, dan Atletico Madrid.
Barcelona pernah disetrap FIFA gara-gara merekrut pemain asing di bawah umur. Unit pengawas transfer FIFA melakukan penyelidikan menyusul pemberitaan Barcelona merekrut Lee Seung-woo. Pemain yang dijuluki Lionel Messi dari Korea Selatan itu hijrah ke Camp Nou dari Incheon United pada 2011 saat usianya baru 13 tahun.
Lee adalah pencetak gol terbanyak di Danone Nations Cup 2010, turnamen untuk para pemain berusia muda. Barcelona mengajak Lee, bersama dua rekannya, Jang Gyol-hee dan Paik Seung-ho, bergabung dalam akademi La Masia. Bermain bersama tim junior Barca U-13, Lee membukukan 39 gol dan 18 assist dalam 29 pertandingan. Dia mematahkan rekor Messi, yang membukukan 38 gol di tim.
Hasil pemeriksaan mengungkap adanya 31 kasus pelanggaran dan Barcelona dinyatakan bersalah. Lee dan delapan pemain La Masia ikut kena getahnya tak bisa masuk klub mana pun. Lee bahkan harus pulang ke negerinya. Banding yang diajukan Barcelona dimentahkan FIFA. Klub itu dilarang merekrut pemain baru lagi dalam dua bursa transfer pada 2015.
Pada 2016, Lee baru bisa kembali ke Eropa. Berusia 18 tahun, Lee sudah memenuhi syarat aturan transfer pemain FIFA dan dia memutuskan kembali ke Barcelona, yang tentu saja mendapat dukungan sang manajer Luis Enrique. "Penting bagi pemain muda mendapatkan kesempatan bermain seperti yang ditawarkan Barcelona," ujarnya, seperti ditulis Goal.
Lee digadang-gadang sebagai pemain muda paling berbakat dari Asia. Pamornya di Spanyol menyaingi pemain muda Real Madrid, Martin Odegaard. Toh, Barcelona memutuskan melepasnya pada Agustus tahun lalu ke klub Seri A Italia, Hellas Verona, dengan nilai transfer Rp 24,7 miliar.
Verona sejauh ini sudah enam kali menurunkan pemain bertinggi badan 1,7 meter itu dalam pertandingan. Barcelona sepertinya tak benar-benar melepaskan Lee. Dalam kontrak transfer, Barcelona memiliki opsi utama mendapatkannya kembali sampai 2019.
Penyelidikan dugaan pelanggaran perekrutan pemain muda yang dilakukan Real Madrid dimulai pada 2013. Setidaknya ada 70 kasus yang diperiksa selama tiga tahun. Pada Januari 2016, Los Blancos dinyatakan bersalah melanggar aturan registrasi untuk 39 pemain muda dan dihukum tak boleh merekrut pemain baru dalam dua sesi transfer musim lalu.
Madrid membela diri dengan mengajukan permohonan banding ke pengadilan arbitrase olahraga. Usahanya berhasil. Meski jumlah kasusnya lebih banyak, tingkat pelanggaran Madrid dianggap lebih ringan dibanding Barcelona. Madrid cuma dihukum tak boleh ikut satu kali bursa transfer pada Januari tahun lalu. Hukuman dendanya pun dipotong dari 360 ribu franc Swiss (sekitar Rp 5,12 miliar) menjadi 240 ribu franc Swiss (kurang-lebih Rp 3,4 miliar).
Pelanggaran yang dilakukan Atletico menjadi yang terparah di Spanyol. Pejabat perusahaan properti asal Cinapemilik 20 persen saham Atleticodisebut memiliki hubungan baik dengan sejumlah klub Liga Super Cina. Walhasil, banyak pemain Cina datang ke akademi Atletico.
Ada 183 kasus yang disebut FIFA dalam putusan akhirnya saat menghukum Atletico dengan denda sekitar Rp 12 miliar dan larangan dua kali ikut bursa transfer. Manajemen Atletico menyatakan keberatan. "Putusan ini tidak adil dan menyebabkan kerusakan fatal pada klub kami," demikian pernyataan resmi yang dirilis Atletico menyusul keluarnya putusan FIFA.
Seperti Madrid, Atletico mengajukan upaya banding ke arbitrase pertengahan tahun lalu, tapi gagal. Hakim memutuskan klub itu tetap tak bisa merekrut pemain lokal ataupun internasional dalam dua kali bursa transfer musim 2017/2018. Meski demikian, denda yang harus dibayar Atletico dikurangi menjadi sekitar Rp 7,3 miliar.
Gabriel Wahyu Titiyoga (reuters, Espn, Independent)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo