Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Fase Meriah Bulan Merah

Tiga fenomena berkaitan dengan bulan berlangsung bersamaan di malam pengujung Januari 2018. Bisa dinikmati dari semua kawasan Indonesia.

28 Januari 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AVIVAH Yamani telah lama mengincar purnama pada 31 Januari 2018 malam. Bagi penggemar astronomi di komunitas Langit Selatan, Bandung, ini, bulan purnama bakal berbeda pada malam itu. Terang bulan akan meredup karena mengalami gerhana total. Ia berharap cuaca bagus tanpa awan agar dapat mengamati perubahan fase bulan sepanjang gerhana. "Langit harus cerah atau bulannya tak terlihat," ujar Avivah, Jumat tiga pekan lalu.

Proses gerhana bulan total bisa diamati setelah matahari terbenam. Peristiwa yang berlangsung sekitar tiga jam ini bisa diamati dari semua wilayah Indonesia. Di kawasan Indonesia bagian barat, misalnya, seluruh proses gerhana rampung pada pukul 23.08. "Pengamatan jadi enak karena tidak harus begadang," kata Avivah.

Pertunjukan bukan cuma gerhana bulan total. Malam itu ada dua peristiwa lain yang dialami bulan secara simultan, yakni purnama kedua dalam sebulan dan posisinya lebih dekat dengan bumi sehingga ia tampak lebih besar dari biasanya. Kombinasi ketiganya kerap dijuluki super blue blood-moon. "Itu suatu kebetulan yang jarang terjadi," ucap Direktur Observatorium Bosscha, Mahasena Putra.

Purnama pada 31 Januari adalah yang kedua dalam sebulan ini dan populer dengan sebutan blue moon. Purnama pertama terjadi pada 2 Januari lalu. "Umumnya purnama hanya sekali dalam satu bulan," ujar astronom Institut Teknologi Bandung, Hakim L. Malasan.

Hakim mengatakan fenomena blue moon berkaitan dengan durasi bulan mengelilingi bumi. Periode yang berlangsung selama 29,5 hari ini juga menjadi siklus bulan dari purnama ke purnama. Walhasil, akan ada 12 kali purnama dalam 354 hari. Tersisa 11 hari ekstra dalam satu tahun kalender yang tak mungkin dilengkapi purnama.

Proyeksi kemunculan blue moon atau purnama ke-13 didapat dengan mengakumulasi sisa 11 hari tersebut. Bulan biru ini bisa datang setiap 2,7 tahun. "Biasanya purnama ini muncul di awal dan akhir bulan yang sama," kata Hakim.

Berdasarkan perhitungan hari, bulan biru juga muncul pada Maret nanti. Hal ini lantaran hanya ada 28 hari selama Februari sehingga tidak mendapat jatah purnama. "Kondisi ini dikenal juga sebagai bulan hitam," kata Endang Soegiartini, lektor astronomi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung.

Gerhana bulan total saat blue moon menjadi yang perdana bisa disaksikan di langit Indonesia setelah sempat dua tahun absen. Adapun sepanjang 2018, ada dua gerhana bulan dan gerhana matahari sebagian. Gerhana bulan total kedua yang akan terjadi pada 28 Juli nanti juga bisa disaksikan dari wilayah Indonesia.

Gerhana bulan total berlangsung ketika posisi matahari, bumi, dan bulan berada pada satu bidang sejajar. Gerhana ini bisa terjadi kala purnama berlangsung. Tapi tidak setiap purnama mengalami gerhana total karena posisi orbit bulan terhadap bumi miring sekitar lima derajat. Dengan kondisi ini, ada kalanya bulan berada di atas atau di bawah ekliptika alias bidang orbit bumi mengelilingi matahari. "Dalam posisi ini tidak ada gerhana, kita hanya melihat purnama biasa," ujar Endang.

Saat gerhana total, fase ketika bulan masuk ke bayangan bumi, tidak lantas ia tak tampak di langit malam. Bulan masih memantulkan cahaya matahari tapi terlihat lebih redup. Atmosfer bumi menyaring dan menyebarkan cahaya matahari pada panjang hijau hingga ungu. Purnama tampak memerah karena bulan memantulkan cahaya merah yang lolos dari atmosfer. "Berwarna merah bata dan ada sebagian orang menganggapnya seperti darah," kata Avivah Yamani. Dari sinilah muncul istilah blood moon.

Fenomena gerhana kali ini terjadi bersamaan dengan posisi bulan yang masih berada di dekat bumi (perigee). Penampakan purnama dalam posisi ini akan lebih besar sampai ia dijuluki bulan super (supermoon). Fase serupa yang lebih besar pernah terjadi pada purnama 2 Januari lalu ketika bulan berjarak 356 ribu kilometer dari bumi. Pada bulan biru kali ini, jaraknya sudah menjauh dari bumi sekitar 3.000 kilometer.

Kondisi bulan super tercipta karena lintasan orbit bulan berbentuk elips sehingga ada masa ia bisa berada di posisi terjauh dan terdekat dengan bumi. Saat bulan berada di lintasan dekat bumi, piringan purnama tampak lebih besar hingga 14 persen. "Perbedaan ukuran ini sebenarnya kecil sekali dan mata biasa tak bisa membedakannya," ujar Endang. "Perlu peralatan khusus dan bulannya dipotret untuk dibandingkan."

Meski merupakan peristiwa alam yang normal, peluang terjadinya kombinasi tiga fenomena ini tergolong langka. Pertunjukan langit seperti ini terakhir kali terjadi pada 31 Maret 1866 atau 152 tahun lalu. Secara fisika, kata Hakim Malasan, fenomena alam ini tergolong biasa. Namun ada kemungkinan gaya tarik-menarik antara bulan dan bumi meningkat karena posisinya lebih dekat. "Yang terkena dampak mungkin ketinggian pasang-surut muka laut meski tak besar," ucapnya.

Gerhana matahari total hanya bisa diamati dari tempat-tempat tertentu yang masuk di jalur lintasan jatuhnya bayangan bulan. Adapun gerhana bulan total bisa disaksikan dari berbagai wilayah di malam hari. Orang-orang dari kawasan Asia Tengah, Timur, dan Tenggara, termasuk Indonesia, juga Selandia Baru dan Australia, bisa mengamati fenomena ini dengan lebih jelas.

Di Indonesia, menurut Hakim, posisi paling pas untuk menikmati fenomena bulan ini adalah di kawasan timur karena posisi bulan sudah lebih tinggi. Adapun penduduk di kawasan Aceh cukup sulit melihat purnama karena posisinya masih rendah. Namun, ketika puncak gerhana berlangsung, semua penduduk Indonesia seharusnya bisa menikmati. "Tergantung cuaca selama tidak mendung dan hujan," katanya. Gabriel Wahyu Titiyoga,

Anwar Siswadi (bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus