Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengatakan bahwa baterai jenis Lithium Ferro-Phosphate (LFP) bisa didaur ulang. Hanya saja, untuk mendaur ulang baterai jenis ini dibutuhkan biaya yang tidak murah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Secara teknis, baterai LFP yang benar-benar rusak atau mencapai akhir umur pakainya tidak ekonomis untuk didaur ulang, mengingat bahwa proses ini membutuhkan biaya dalam bentuk tenaga kerja, energi, dan peralatan khusus dengan biaya sangat tinggi," kata Yannes kepada Tempo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kemudian, Yannes juga mengungkapkan bahwa harga bahan baku yang digunakan dalam produksi baterai sebenarnya murah, di luar lithium yang sekitar 5 persen hingga 6 persen dari berat total baterai.
"Di samping itu, proses produksinya relatif lebih rendah serta tidak membutuhkan teknologi yang terlalu kompleks dibanding mendaur ulang," ujarnya.
Pernyataan ini dikeluarkan Yannes dalam menanggapi pendapat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan, yang mengatakan bahwa baterai LFP tidak bisa didaur ulang.
Sebelumnya, dalam sebuah video yang diunggah Luhut di akun Instagram pribadinya, dia mengatakan bahwa baterai LFP tidak bisa didaur ulang. Video ini dibuat untuk menjawab pernyataan Co-Captain Tim Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Amin), Tom Lembong yang menyebut Tesla sudah tidak lagi menggunakan baterai berbahan baku nikel.
“Baterai litium itu bisa didaur ulang , sedangkan yang LFP tadi tidak bisa didaur ulang sampai hari ini,” ujar Luhut dalam video tersebut.
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di membership.tempo.co/komunitas pilih grup GoOto