Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) menargetkan 10 ribu unit bus listrik yang akan dioperasikan pada 2030 mendatang. Langkah tersebut diambil untuk menyambut era elektrifikasi transportasi publik masa depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama TransJakarta Mohamad Indrayana dalam diskusi Solusi Polusi Udara Kota. Dirinya berharap adanya rencana tersebut dapat membuat transportasi publik berbasis listrik berkembang cepat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Coba bayangkan pada 2030 dengan mempertimbangkan pertumbuhan dan sebagainya armada sudah menyediakan kurang lebih 10.047 armada listrik," kata dia seperti dikutip dari Antara hari ini, Senin, 16 Oktober 2023.
Lebih lanjut Indrayana menjelaskan bahwa Transjakarta akan menargetkan sebanyak 50 persen armadanya sudah bertenaga listrik. Kemudian, tambah dia, pada 2030 sudah memakai bus listrik secara 100 persen.
"Angka itu terkesan ambisius, tapi kalau dijalankan secara biasa, kita tak pernah capai tujuan. Maka perlu ada terobosan bagaimana kita capai target itu," ujar Indrayana menjelaskan.
Menurut dia, penyediaan armada bus listrik tersebut juga membutuhkan biaya 13 persen lebih mahal dibandingkan dengan kendaraan konvensional berbahan bakar minyak. Namun, hal ini bisa berjalan dengan diimbanginya operator berpengalaman yang memiliki kapasitas keuangan lebih.
"Menuju 2030 selain jumlah armada bertambah, ini biaya awalnya juga lebih tinggi, sehingga tantangan juga untuk operator," tegas dia.
Transportasi sendiri berencana menambah 190 bus listrik pada 2023 untuk mendukung kualitas udara Ibu Kota lebih ramah lingkungan. Dengan tambahan tersebut, maka totalnya menjadi sebanyak 220 unit bus listrik. Saat ini baru ada 30 unit bus listrik yang sudah mengaspal di Jakarta.
Saat ini Transjakarta masih memprioritaskan bus listrik untuk melayani di jalur non bus rapid transit (non BRT) atau non koridor. Karena menurut Indrayana, bus bertenaga listrik membutuhkan pengisian daya semalaman (overnight charging) atau bisa ditambah pengisian lagi saat angkutan tidak terlalu padat penumpang.
"Kita juga masih mengikuti studi untuk yang koridor (BRT), saat ini BRT yang layak 'overnight charging' hanya koridor satu dan 13," tutup dia.
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto