Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MUHAMMAD Iqbal Tanjung masih belum melek betul ketika seorang anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian Indonesia mengetuk perlahan pintu kamarnya, Kamis siang pekan lalu. Sang polisi, bersama satu regu aparat lainnya, meminta Iqbal dan penghuni lain menyingkir segera dari kamar sewaan milik Haji Jarnah itu. Tak ada yang berpakaian lengkap ketika polisi mengevakuasi mereka ke luar rumah kos berbilik 20 itu.
Beruntung Iqbal, mahasiswa semester ketujuh Jurusan Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, berkaus dan bercelana pendek. ”Teman saya telanjang dada, habis mandi,” kata Iqbal. Hampir semua penghuni kos tak beralas kaki. Hanya kamar nomor 15 yang tak diketuk polisi. Di situlah diduga tersangka terorisme Syaifudin Zuhri dan adiknya, Mohammad Syahrir, menginap empat hari terakhir. Keduanya buron polisi setelah diduga terlibat dalam pengeboman Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton pada Juli lalu. Sebelum ditemukan di Ciputat, Zuhri berencana bertemu dengan Noor Din M. Top di Solo, Jawa Tengah. Namun, lantaran Noor Din tewas, dia kembali ke Bogor, Jawa Barat, sebelum akhirnya ”terdampar” di Ciputat.
Tak sampai seratus meter berlari menyusuri gang senggol, Iqbal mendengar rentetan tembakan. Kemudian, bum, suara ledakan. Menurut sumber Tempo, itu suara bom pipa yang dilempar Zuhri alias Jaelani ke arah pintu. Tembakan kembali terdengar, lalu bum kembali menggelegar.
Sejam kemudian, tak ada lagi ledakan balasan. Pasukan penyerbu menduga keduanya sudah tak berdaya. Pukul 12.30, seusai salat Jumat, polisi memeriksa kamar dan mendapati kakak-adik itu tewas. Di kamar mandi, polisi mendapati lubang lima sentimeter berdiameter sekitar 20 sentimeter yang diduga bekas ledakan bom berkekuatan rendah. Polisi juga menemukan lima bom pipa dan dua bom lain yang tampak pernah disulut. Bom itu, kata Kepala Divisi Humas Markas Besar Kepolisian Inspektur Jenderal Nanan Soekarna, ”Seperti yang ditemukan di Ambon.” Ditemukan juga tablet antidiabetes.
SUDAH sejak Kamis malam warga Jalan Semanggi RT 02/03, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur, Kabupaten Tangerang, terganggu oleh banyaknya orang asing lalu-lalang. ”Kok, banyak orang. Saya pikir mereka mau maling,” kata Yan Gebeng, penjaga proyek bangunan Pendidikan dan Pelatihan Departemen Agama di kelurahan itu. Ada pula mobil Avanza hitam dan silver hilir-mudik di lapangan di depan proyek. Juga tukang koran yang tidak biasanya berkeliling. Jumat siang, menjelang salat Jumat, Yan mendapat jawaban ketika sang loper koran memegang senapan serbu.
Baik Iqbal maupun Yan tak pernah melihat Zuhri dan Syahrir ke luar kamar. Iqbal hanya pernah melihat Soni—penyewa kamar yang ditempati Zuhri dan Syahrir. Sedangkan Yan pernah mendapati seseorang berperawakan sedang dan klimis ke luar kamar untuk membeli sabun mandi dan makanan. ”Mereka orang baru di kos-kosan itu,” kata Yan.
Soni sendiri pulang kampung ke Padang sejak terjadi gempa. Kunci kamarnya dititipkan kepada temannya di kamar 14. Zuhri dan Syahrir diduga sudah pernah datang ke kamar Soni sebelumnya. Belum jelas apa hubungan antara Soni dan kedua tersangka teroris itu.
Jejak Zuhri dan Syahrir dapat diendus setelah polisi menangkap seseorang bernama Fajar Firdaus—keponakan dua bersaudara itu—Kamis sore pekan lalu. Fajar, yang diduga menjadi kurir Zuhri dan Syahrir, ditangkap di Perumahan Margahayu, Bekasi. Fajar diintai sejak di Jatiasih, Bekasi—persembunyian komplotan teroris yang sebelumnya sudah digerebek polisi.
Polisi belum mau memastikan korban mereka sebagai Zuhri dan Syahrir. Nanan hanya menyebutkan keduanya buron pengebom Ritz-Carlton dan JW Marriott. Polisi akan memastikan keduanya setelah pemeriksaan forensik selesai Senin pekan ini.
Yophiandi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo