Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

’King Maker’ 2014

Yudhoyono akan memegang kekuasaan besar setelah Kongres Partai Demokrat. Memimpin majelis tinggi, ia bisa memveto keputusan pengurus dan berhak menentukan calon presiden.

24 Mei 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KONGRES Partai Demokrat baru saja dibuka, satu keputusan telah diambil tanpa pembahasan: Susilo Bambang Yudhoyono ditetapkan sebagai ketua dewan pembina. ”Selama menjadi dewan pembina, sudah terbukti Pak SBY membawa partai ini besar dan menang dalam pemilu,” kata Hadi Utomo, ketua umum periode 2005-2010, pada pidato pembukaan di Sport Center Hotel Mason Pine, Bandung, Jumat malam pekan lalu.

Gemuruh tepuk tangan seribu lebih pengurus partai biru itu terdengar. Ruang sidang yang dominan warna biru dan merah-putih seperti bergetar. Agenda kedua tak kalah penting, kata Hadi, yakni penetapan struktur kepengurusan partai. Di sini, ada satu bilik baru yang diberi nama majelis tinggi.

Menurut Sekretaris Jenderal Amir Syamsuddin, majelis tinggi akan beranggotakan sembilan orang. Mereka adalah ketua, wakil ketua, dan sekretaris dewan pembina. Lalu ketua umum, dua wakil ketua umum, serta sekretaris pengurus harian. Selain itu, ada ketua badan kehormatan atau penasihat partai. ”Ini semacam rapat gabungan agar kerja partai efektif,” kata Amir.

Majelis tinggi bukan sekadar bilik biasa. Mereka akan sangat berperan dalam pengambilan keputusan-keputusan penting partai. Di antaranya, calon presiden dan wakil presiden dari partai itu pada 2014, termasuk menentukan partai yang hendak digandeng sebagai mitra koalisi. Majelis kelak juga menentukan calon gubernur, calon wakil gubernur, dan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

Dengan organ baru, posisi Yudhoyono akan sangat sentral. Apalagi majelis tinggi partai juga bisa membatalkan hasil rapat pleno dewan pimpinan pusat. ”Majelis tinggi punya posisi paling tinggi,” kata Andi Mallarangeng, yang bersaing dengan Anas Urbaningrum dalam perebutan kursi ketua umum.

Meski berkuasa penuh, menurut Andi, Yudhoyono tidak akan seperti Soeharto yang memimpin Dewan Pembina Golkar pada zaman Orde Baru. Menurut Menteri Pemuda dan Olahraga ini, Yudhoyono selalu mendengar suara semua pihak dalam membuat keputusan. Anas Urbaningrum menyetujui Andi. ”Lingkungan politik sudah tidak memungkinkan lagi menghidupkan cara-cara lama yang tidak demokratis,” kata Ketua Fraksi Demokrat DPR ini.

Organ baru ini digagas Yudhoyono sendiri. ”Ini murni dari Pak SBY,” kata anggota Dewan dari partai itu, Achsanul Qosasi. Yudhoyono mengajak sejumlah kader inti Demokrat dalam mendiskusikan pos baru itu, di antaranya Anas Urbaningrum, Andi Mallarangeng, dan Marzuki Alie. Secara resmi, Yudhoyono melontarkan ide membentuk majelis tinggi ini dalam Rapat Koordinasi Nasional di Arena Pekan Raya Jakarta, akhir Maret lalu.

Sumber Tempo mengatakan majelis tinggi ini disiapkan buat menempatkan Yudhoyono setelah turun dari kursi presiden pada 2014. Sepuluh tahun menjadi presiden, para petinggi Partai Demokrat menganggap Yudhoyono harus ditempatkan pada posisi terhormat.

Sumber lain mengatakan sentralnya posisi majelis tinggi ini adalah untuk memberikan kewenangan penuh kepada Yudhoyono dalam menyiapkan pengganti. Salah seorang yang masuk daftar, menurut sejumlah tokoh partai itu, istri ketua dewan pembina sendiri, Nyonya Ani Yudhoyono.

Menurut Andi Mallarangeng, calon presiden partainya adalah orang yang paling siap membawa bendera partai pada 2014. Itu artinya, ketua umum terpilih belum dijamin bakal menjadi kandidat RI-1. ”Calonnya bisa ketua umum, bisa juga bukan,” katanya. Soal Nyonya Ani Yudhoyono, Andi mengatakan, ”Ibu Ani sudah menyatakan tidak mau maju.”

Ahmad Mubarok, wakil ketua umum 2005-2010, menyatakan hingga kini belum ada calon presiden dari partainya. ”Masih jauh. Pada saat yang pas akan muncul kader emas Demokrat,” kata Mubarok.

l l l

DIDIRIKAN sebagai kendaraan politik Yudhoyono pada 2003, Partai Demokrat identik dengan sang pendiri. Perolehan suara partai ini pada Pemilihan Umum 2009 melompat hampir tiga kali lipat dibanding lima tahun sebelumnya. Faktor utama lonjakan itu: Yudhoyono sendiri.

Itu sebabnya, Yudhoyono memegang peran sentral, termasuk dalam kongres di Bandung. Restunya dinanti semua kandidat. Sabtu pekan lalu, persaingan berebut dukungan mengeras setelah Andi Mallarangeng mengklaim mengantongi restu Yudhoyono. Apalagi, sejak awal Edhie Baskoro, putra kedua Yudhoyono, merapat ke Andi.

Klaim Andi membuat kubu lain bereaksi. Ahmad Mubarok, ketua tim pemenangan Anas Urbaningrum, menyebut kubu Andi Mallarangeng berlebihan menerjemahkan bergabungnya Edhi Baskoro. ”Eksploitasi restu membuat banyak pengurus cabang tidak suka pada Andi,” kata Mubarok. Ini dikuatkan Achsanul Qosasi yang bekerja untuk memenangkan Marzuki Alie. ”Pak SBY netral. Beliau tidak pernah mendukung calon tertentu,” katanya.

Di arena kongres sangat terasa persaingan antara Andi Mallarangeng dan Anas Urbaningrum. Andi membuka tenda besar berpenyejuk udara untuk konsolidasi dan berkumpul para pendukungnya. Aneka makanan dan minuman terhidang gratis. Ada juga panggung musik tempat peserta kongres bisa bernyanyi dan berjoget.

Anas membuka tenda di emperan kompleks pertokoan. Tenda Anas lebih sederhana—seratus meter dari tenda Andi. Bandung pun menjadi lautan poster, baliho, dan panel iklan yang didominasi Andi Mallarangeng. Disokong penuh oleh Fox Indonesia, perusahaan konsultan politik milik keluarga Mallarangeng, poster Andi menenggelamkan poster bergambar dua kandidat lainnya.

Yudhoyono tak menunjukkan sikap tegas dalam mendukung salah satu calon. Itu sebabnya, ia memanggil semua kandidat dan tim suksesnya pada Jumat malam pekan lalu, seusai upacara pembukaan. Yudhoyono menginap di Hotel Mason Pine selama kongres berlangsung. Ia menempati kamar paling mewah hotel itu, yang berjarak hanya seratusan meter dari lokasi kongres. ”Presiden berkantor di Bandung selama kongres berlangsung,” kata seorang pembantu dekatnya.

Sumber Tempo yang ikut pertemuan mengatakan Yudhoyono tidak mengintervensi proses pemilihan ketua umum. Ia menyatakan ingin menghormati aspirasi dari pengurus cabang pemilik hak suara. Tapi, ”Kalau sidang tidak bisa membuat keputusan, silakan datang kepada saya,” katanya dalam pembukaan kongres.

Baik Andi Mallarangeng maupun Anas juga dipanggil ke Cikeas sebelum bertarung di Bandung. Andi ke Cikeas pada Rabu malam pekan lalu, sedangkan Anas, Jumat dinihari. Kepada dua calon, Yudhoyono pun menyatakan tidak berpihak kepada salah satu calon.

l l l

SEBELUMNYA ada tudingan Yudhoyono condong ke Andi Mallarangeng. Setidaknya, ini diungkapkan menteri kader Demokrat, Freddy Numberi, saat meluncurkan buku berjudul SBY Roh Partai Demokrat di Hotel Ritz-Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, dua hari sebelum kongres.

Andi Mallarangeng datang di acara itu dan menyampaikan pidato politik. Freddy mengatakan Yudhoyono memberikan dukungan politik kepada Andi dalam sebuah pertemuan tertutup. ”Saya adalah saksi hidup adanya dukungan itu,” kata Freddy. ”Jelas dan transparan, SBY memberikan blessing kepada Andi.”

Sumber Tempo mengatakan pernyataan dukungan Yudhoyono kepada Andi pernah diucapkan pada makan malam dengan semua menteri, gubernur, dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat asal Partai Demokrat di Hotel Royal Ubud, Bali, 21 April lalu. Hadir pula di situ Ketua Dewan Pimpinan Cabang dan Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat Bali. Siangnya, Yudhoyono menutup rapat kerja nasional kedua yang diikuti gubernur dan bupati-wali kota seluruh Indonesia di Istana Tampak Siring.

Malam itu Yudhoyono menyentil soal kader Demokrat yang bersaing untuk menjadi ketua umum. Yudhoyono menyatakan sudah punya calon. ”Kalau saya memilih Andi Mallarangeng, kan boleh-boleh saja, toh,” kata Yudhoyono, seperti diungkapkan sumber yang hadir di acara itu.

Tiga hari sebelum itu, sinyal Cikeas untuk Andi Mallarangeng begitu benderang dilontarkan Edhie Baskoro dalam deklarasi di Surabaya. Andi selalu menggandeng Ibas, panggilan Edhie, jika berkunjung ke pengurus daerah. Ibas pun menyatakan selalu melapor ke ayahnya. ”Apakah itu artinya Bapak merestui, silakan tafsirkan sendiri,” katanya.

Andi Mallarangeng sesungguhnya ingin menggandeng Anas Urbaningrum untuk menjadi sekretaris jenderal. Andi menawarkan posisi ini kepada Anas sekitar pertengahan April lalu. Tapi Anas tidak menyambut tawaran itu. Sebaliknya, Anas juga meminang Andi untuk menjadi sekretaris jenderal. Ditolak Anas, Andi pun menggandeng Ibas sebagai calon sekretaris jenderal.

Peluncuran buku di Ritz-Carlton juga jadi ajang Andi Mallarangeng melakukan konsolidasi dukungan. Bekas Ketua Umum Subur Budhisantoso juga hadir. Ada juga Hayono Isman, bekas kader Golkar yang lompat ke Demokrat. Ramadhan Pohan, sekretaris tim pemenangan Andi, juga hadir. Peluncuran ini juga dihadiri Gubernur sekaligus Ketua Demokrat Bengkulu, Agusrin M. Najamudin, dan Wali Kota Semarang yang juga Ketua Partai Demokrat Jawa Tengah, Sukawi Sutarip.

Pada hari yang sama, Anas meluncurkan buku Revolusi Sunyi di Bandung. Buku ini berisi strategi Demokrat memenangi Pemilu 2009 sehingga mendapatkan 21 persen suara. Buku ini berisi agenda internal partai yang selama ini tidak dipublikasikan. Peluncuran ini sekaligus untuk menjaga keutuhan dan menguatkan dukungan buat Anas.

Marzuki Alie, bekas sekretaris jenderal partai, sebenarnya juga punya dukungan kuat. Tapi ia lebih suka melakukan operasi diam-diam. Tak banyak gembar-gembor, ia rajin mengunjungi pengurus-pengurus cabang partai. Ia baru mendeklarasikan pencalonannya di Ballroom Hotel Bidakara, Jakarta Pusat, sehari sebelum pembukaan. ”Saya ingin mendengar dulu aspirasi dari cabang-cabang, dari semua kader partai,” katanya.

Mobilisasi kelompok pendukung Marzuki Alie dilakukan sejak dulu. Ratusan pendukungnya didatangkan ke Jakarta sepekan sebelum kongres. Mereka diinapkan jauh dari pusat Kota Jakarta—di sejumlah hotel di Anyer dan di Hotel Mercure, Ancol. Karena itulah beredar rumor Marzuki sengaja mengkarantina pendukungnya dan meminta mereka mematikan telepon agar tak bisa dibajak tim sukses kandidat lain.

Tudingan lain menyebutkan tim sukses Marzuki "menculik" rombongan pengurus cabang dari daerah. ”Itu isu tidak benar,” kata Marzuki berang. "Kami tidak pernah menggunakan cara-cara yang tidak beretika," katanya. Menurut Marzuki, isu miring itu sampai ke telinga Yudhoyono. Untuk menjernihkan persoalan, Marzuki perlu mengklarifikasi sendiri soal ini kepada Yudhoyono.

Sunudyantoro, Ahmad Fikri, Alwan Ridha (Bandung), Wahyu Dhyatmika (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus