Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

"Saya Lebih Percaya Kepada ..."

Wawancara tempo dengan pramudya ananta toer, novelis yang ditahan di pulau buru tentang kegiatannya selama dalam tahanan dan tentang penulisan novel. pramudya belum dibebaskan. (nas)

31 Desember 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PRAMUDYA Ananta Toer, penulis sejurnlah novel terkenal (antara lain Keluarga Gerilya) yang pernah ditahan Belanda dan kini telah 1 tahun di tahan di P. Buru, termasuk di antara mereka yang belum dibebaskan. Kabarnya ia ditahan bukan karena kegiatannya sebagai novelis, tapi sebagai pemimpin rubrik Lentera dalam Binta/Timur, yang beberapa belas tahun yang silam galak berkampanye membersihkan mereka yang tak satu pendirian dengan "sastra revolusioner" yang dianutnya. Nama Pram selama dalam tahanan selalu dibela oleh Amnesti Internasional. Pram sendiri konon pernah menyerang Amnesti, ketika organisasi ini di pertengahan 60-an mengritik pemerintah Indonesia (aman Bung Karno) yang menahan Mochtar Lubis. Di P. Buru dua pekan yang silam, wartawan Far Eastern Economic Review David Jenkins menanyainya tentang benar atau tidaknya cerita itu. Pram katanya tak langsung menjawab . Ia keluar sebentar, kemudian datang mengatakan: "Setiap orang bisa melakukan kesalahan." Di bawah ini adalah wawancara wartawan TEMPO Salim Said dengan penulis itu, di hari ketika 1.500 "war~ga" Inrehab (Instalasi Rehabilitasi) P. Buru dibebaskan. Berlainan dengan potretnya ~ahun 1971, Pram kini nampak tegap dan berkulit bersih. Wawancara ini berlangsung dalam kamar (untuk kerja dan tidur sekaligus~) yang berukuran 2 x 1,5 MÿFD. Pram satu-satunya tahanan yang dapat keistimewaan punya kamar seperti itu. "Ini dibangun oleh teman-teman saya," katanya menjelaskan. Kabarnya anda menulis novel dalam masa penahanan ini. Berapa novel yang telah anda tulis? 7 yang sudah selesai, 1 yang sedang dalam penyelesaian. Sejak kapan anda mulai menulis? Sejak akhir 73. Mesin ketik yang anda pakai dari mana diperoleh? Ini dari barang yang tidak bisa dipakai. Kami perbaiki lalu saya pergunakan. Dulu ada kabar bung Pram bakal dikirimi mesin ketik oleh Presiden. Apa betul cerita itu? Tidak betul. Apa anda mendapat kebebasan untuk menulis? Dalam menulis, kebebasan itu harus saya bikin. Waktu untuk menulis itu diberikan atau tidak? Ya, ada. Sementara teman-teman anda melakukan pekerjaan kasar, apakah anda boleh tetap menulis? Boleh. Ini ada semacam pembagian tugas. Saya ini hanya menulis. Hidup saya ditanggung oleh teman-teman. Cuma air mandi yang saya peroleh sendiri. Lalu setelah karang,an itu selesai, naskah itu anda serahkan ke mana? Dibawa oleh petugas ke Jakarta. Tentang apa saja karangan-karangan itu? Suatu rangkaian roman tentang oeriode kebangkitan nasional dari tahun 1898, kebangkitan di Manila, perang Jepang-Rusia sampai berdirinya Volksraad. Itu te,rdiri atas 4 jilid. Ini sebenarnya merupakan ide lama, ketika dulu saya mengumpulkan bahan sejarah dari periode itu. Kesukaran apa yang terutama anda hadapi untuk menulis novel itu? Kesukaran saya ialah karena saya tidak bisa membaca arsif dan dokumen dari Arsip Nasional. Ini bisa mengakibatkan karangan itu tidak mempunyai bumi untuk berpijak. Pijakannya rapuh dan saya bisa dituduh memutar-balik sejarah, meski saya sebenarnya membikin roman, bukan sejarah. Bagaimana komentar pihak yang berwajib terhadap karangan-karangan anda itu? Betulkah ada naskah anda yang akan diterbitkan oleh Ajip Rosidi (penerbit Pustaka Jaya)? Sejauh yang saya dengar, belum ada komentar dari yang berwajib. Naskah saya yang ke Jakarta hanya ke Bapreru, tidak ada yang ke Ajip. Kapan anda bisa menyelesaikan novel-novel itu sebelum pada akhirnya diterbitkan? Ya setelah saya bebas, akan segera saya selesaikan. Kapan kira-kira pembebasan itu? Saya tidak tahu. Tapi kebebasan itu bukan keinginan saya, melainkan hak saya. Apa sebenarnya arti masa penahanan ini bagi diri anda? Untuk saya, ini merupakan masa agregasi untuk menulis yang lebih baik. Adakah masa ini mengubah ide atau pikiran yang anda biasa tuangkan dalam karangan anda sebelumnya? Saya menjadi lebih percaya kepada kemanusiaan. Tadinya saya pernah ragu-ragu, sekarang saya lebih percaya pada hari depan kemanusiaam Karena saya tahu bahwa apa yang saya derita kan sekarang ini tidak perlu diderita oleh orang lain sesudah saya. Apakah anda merasakan adanya perubahan keyakinan, atau perubahan mental setelah mengalami pembinaan mental di tempat tahanan ini? Saya dididik secara tradisionil, seperti orang Indonesia umumnya, untuk erbuat baik dan percaya pada Tuhan. Saya kira saya seperti dulu saja, tidak berubah. Dari muda saya didik untuk samadi, meski saya berasal dari keluarga Islam. Dan samadi itu saya lakukan hingga sekarang. Terutama di masa-masa sulit. Bagaimana perasaan anda terhadap perlakuan yang anda terima sebagai seorang tahanan? Saya anggap itu semua sebagai proses nasional di mana saya ditempatkan dalam tahanan. Bagaimana dengan tuduhan bahwa anda dulu memberi angin kepada politik PKI? Itu terserah yang menuduh. Toh hingga kini tidak pernah dibuktikan di pengadilan. Jadi anda tidak punya ikatan organisasi? Saya diangkat sebagai pengurus Lekra, tapi saya tidak tahu organisasi. Lalu kapan tepatnya Lekra mulai mendekati anda? Tahun 1956. Di tahun 1958 saya diundang ke kongres Lekra di Solo. Di sana saya diminta memberi sambutan dan pada akhir kongres ternyata saya diangkat jadi pengurus. Tidak hanya dalam kegiatan kebudayaan itu terjadi, sebab juga dalam konperensi perdamaian saya diajak dan diangkat jadi pengurus. Berapa jauh anda merasa bahwa Lekra bisa membawa atau melaksanakan ide-ide anda? Sejauh yang saya ketahui tidak ada. Saya ini kan tidak tahu organisasi. Saya orang penyendiri. Anda mengasuh rubrik Lenter di koran Bintang Timur. Kata-kata keras dipakai di sana, sementara anda sebagai pimpinannya, merasa berjuang untuk kemanusiaan. Bagaimana ini? Itu semua karena saya kecewa terhadap hasil revolusi. Dalam menulis sastra, saya berhadapan dengan diri saya sendiri, dalam menulis artikel saya berhadapan dengan dunia. Berbeda. Saya mengharapkan yang lebih baik dan lebih cepat kepada dunia ini. Mungkin itu yangmenyebabkan bahasanya jadi kasar. Bagaimana komentar anda terhadap perkembangan kebudayaan sekarang ini? Saya mendengar banyak lagu lewat pita-pita rekaman. Rasanya kita ini makin jauh dari bumi kita sendiri. Mengenai kesusasteraan, saya tidak bisa baca. Jika nanti anda bebas dan berkesempatan aktif kembali dalam kegiatan kebudayaan, apakah penggunaan kata-kata keras dalam artikel anda masih akan terjadi? Tidak lagi. Soalnya saya makin tua. Sekarang ini saya sudah 52 tahun. Ketika saya ditangkap usia saya 40 tahun. Padahal dulu saya pernah bercita-cita bahwa jika usia 40 saya akan kembali menulis karya sastra.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus