Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemberontakan PKI di Madiun 1948 menjadi salah satu peristiwa berdarah dalam sejarah Indonesia, di mana Partai Komunis Indonesia (PKI) mencoba merebut kekuasaan dari pemerintah Republik Indonesia yang baru merdeka. Pemberontakan ini dipimpin oleh sejumlah tokoh utama yang memiliki peran sentral dalam gerakan komunis dan sayap kiri saat itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dipimpin oleh Musso, Amir Sjarifuddin, dan didukung oleh tokoh-tokoh lain seperti Soepono dan Maruto Darusman, pemberontakan ini bertujuan untuk menggulingkan pemerintah dan mendirikan pemerintahan komunis. Namun, gerakan ini berakhir dengan kekalahan dan eksekusi para pemimpinnya, menandai akhir dari salah satu babak penting dalam sejarah konflik politik di Indonesia. Berikut ini adalah beberapa tokoh penting yang terlibat dalam pemberontakan PKI di Madiun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Musso
Musso adalah pemimpin utama pemberontakan PKI di Madiun. Ia kembali ke Indonesia pada Agustus 1948 setelah menghabiskan hampir 12 tahun di Uni Soviet, di mana ia memperdalam paham komunis. Kepulangan Musso membawa semangat baru bagi PKI untuk merebut kekuasaan dari pemerintah pusat. Musso segera mengambil alih kendali PKI dan mengajak Front Demokrasi Rakyat (FDR) untuk mendukung pemberontakan ini.
Musso memiliki visi untuk menggulingkan Kabinet Hatta dan membentuk pemerintahan baru yang berhaluan komunis. Ia mendorong terbentuknya *Kabinet Front Persatuan* yang menggantikan Kabinet Presidensial saat itu. Dengan pengaruhnya yang besar dalam gerakan komunis, Musso dianggap sebagai otak di balik pemberontakan ini. Namun, pergerakan ini berakhir dengan kematiannya pada 31 Oktober 1948. Musso tewas ditembak oleh tentara pemerintah ketika ia berusaha melarikan diri setelah pemberontakan di Madiun gagal.
2. Amir Sjarifuddin
Amir Sjarifuddin adalah salah satu tokoh sayap kiri paling berpengaruh di Indonesia pada masa itu. Ia pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Republik Indonesia, namun jatuh dari jabatannya setelah mosi tidak percaya terkait Perjanjian Renville, yang dianggap merugikan Indonesia. Setelah lengser dari kekuasaan, Amir mendirikan Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada 28 Juni 1948, yang kemudian menjadi salah satu kekuatan utama yang mendukung PKI dalam pemberontakan Madiun.
Amir memainkan peran penting dalam menyatukan berbagai elemen sayap kiri, termasuk komunis dan sosialis, untuk menentang pemerintahan Hatta. Ia bersama Musso melakukan perjalanan propaganda di Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk menyebarkan paham komunis. Setelah pemberontakan gagal, Amir Sjarifuddin ditangkap oleh pemerintah pada Desember 1948 dan dieksekusi pada 19 Desember 1948.
3. DN Aidit
Dipa Nusantara Aidit, atau lebih dikenal sebagai D.N. Aidit, adalah salah satu pemimpin utama PKI yang memiliki peran signifikan dalam gerakan komunis Indonesia. Meskipun Aidit tidak secara langsung terlibat dalam peristiwa Madiun, ia merupakan tokoh penting yang turut mendukung upaya pemberontakan tersebut. Pada saat itu, Aidit masih dalam tahap awal membangun posisinya di PKI, tetapi ia kemudian menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh dalam PKI di tahun-tahun berikutnya, terutama dalam peristiwa G30S pada 1965.
4. Soepono
Soepono adalah salah satu pimpinan lokal PKI di Madiun yang juga terlibat dalam pemberontakan ini. Ia memegang peranan penting dalam mengkoordinasikan gerakan di daerah tersebut. Bersama para tokoh lain, Soepono berusaha mengorganisir kekuatan komunis di Madiun dan sekitarnya. Namun, pemberontakan ini berakhir dengan kegagalan, dan Soepono termasuk di antara banyak tokoh yang ditangkap dan dihukum oleh pemerintah.
5. Maruto Darusman
Maruto Darusman adalah salah satu tokoh penting lainnya dalam pemberontakan Madiun. Ia merupakan tokoh berpengaruh dalam gerakan sayap kiri dan mendukung Musso serta Amir Sjarifuddin dalam upaya menggulingkan pemerintah. Setelah pemberontakan gagal, Maruto ditangkap oleh pasukan pemerintah bersama beberapa tokoh lainnya dan dieksekusi pada Desember 1948.
ANGELINA TIARA PUSPITALOVA | RAHMAT AMIN SIREGAR