Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

500 petani nakal

500 orang petani penunggak kredit bimas di kab. lombok timur. bupati r roesdi menindak mereka, bila kredit tidak dikembalikan. pernah mendapat parasamya purnakarya nugraha, termasuk daerah kritis. (nas)

3 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK kurang dari 500 orang petani dipanggil dan dikumpulkan di hadapan kantor Kabupaten Lombok Timur. Ini terjadi bulan lalu. Maka Bupati R. Roesdi pun dengan setengah berang angkat bicara. "Sebagai orang yang cukup mengerti, saudara-saudara seharusnya memberi contoh yang baik kepada masyarakat," ucap Bupati. Sebab, sambungnya dengan nada lebih tinggi, yang rajin mengembalikan kredit bimas justru petani awam. Nah, siapakah petani tak awam yang malas mencicil kredit bimas itu? Ternyata sekitar 500 orang petani itu terdiri dari para pegawai negeri, pamong desa serta guru-guru. Tunggakan mereka seluruhnya mencapai jumlah Rp 146 juta, terhitung sejak musim tanam 1971/1972 hingga 1976/1977 ini. Untuk jangka waktu itu seluruh kredit bimas yang dilepas ke tangan para petani berjumlah Rp 974 juta. Dari jumlah ini yang tertunggak tercatat hampir seperduanya. Mendengar hentakan Bupati Roesdi tentu saja para petani intelek itu tak banyak berkutik. Namun ada juga yang mengeluh kepada TM 10 bahwa penunggakan itu karena "hasil sawah mereka dalam beberapa tahun terakhir ini sering di bawah target." Alasan mereka hampir senada, "musim kemarau panjang dan serangan hama." Roesdi diam-diam mengakui ada benarnya alasan itu. Tapi, katanya, ada beberapa dari penunggak kredit itu yang tergolong petani nakal. Maksudnya, kredit mereka terima namun tidak untuk sawahnya. Melainkan diberikan kepada orang lain, tentu dengan imbalan yang lebih menguntungkan. Ada juga sebaliknya. Yaitu menggunakan kredit orang lain untuk menggarap sawahnya. Terhadap para penunggak itu Roesdi mengancam akan menindak mereka jika tak melunasinya dalam waktu dekat. Di samping rnereka tak akan mendapat kesempatan dalam penyaluran kredit-kredit selanjutnya. Tanah Membatu Kabupaten Lombok Timur di Propinsi Nusa Tenggara Barat itu memiliki 10 buah kecamatan dengan penduduk hampir 700.000 jiwa. Di sini terdapat 18.014 ha sawah herpengairan teknis 8.103 ha setengah teknis, 8.000 ha berpengairan sederhana dan 1.700 ha tanah sawah tadah hujan. Areal terakhir ini umumnya terdapat di 3 kecamatan kritis yang terkenal dengan prcdikat daerali Lombok Selatan. Memasuki musim kemarau sekarang ini di kawasan 3 kecamatan kritis itu sudah mulai terlihat tanda-tanda tak menyenangkan. Tanah-tanah pertanian telah keras seperti batu sehingga tak mungkin menumbuhkan tanaman apapun. Untung berdasar pengalaman tahun-tahun lampau yang hampir selalu melaparkan penduduk, di sekitar wilayah itu telah diadakan proyek-proyek padat karya. Terutama proyek-proyek bangunan, pembuatan jalan dan sebagainya. Sehingga selama tanah membatu itu para petani mengubah profesi masing-masing menjadi buruh kasar. Menurut Bupati Roesdi usaha untuk menormalisir daerah kritis itu sudah dimulai sejak 1967. Sarana irigasi, perhubungan dan kesehatan serta pendidikan telah dibuat. Namun, kata sang bupati, kesulitan yang tetap belum terpecahkan bagi kabupaten yang pernah mendapat Parasamya Purnakarya Nugraha ini tetap sama, yaitu ketiadaan sumber air yang mantap. "Oleh karena itu, saya berpendapat bahwa masalah itu perlu ditangani secara nasional baik dengan dana internasional," kata Roesdi kepada Oka Sunandi dari TEMPO. Sebab, tambahnya lagi, mengatur, menyalurkan dan memanfaatkan air untuk daerah selatan itu secara memadai dapat diatasi dalam waktu 5 atau 10 tahun lagi. Tapi, lanjut Roesdi, mengadakan air yang akan disalurkan ke wilayah itu, bukan saja akan menelan biaya dan tenaga, tapi juga waktu yang lebih lama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus