Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Balai Konservasi Borobudur telah bersiaga menyiapkan mantel untuk membungkus candi dari terpaan hujan abu vulkanik letusan Gunung Merapi. Mantel atau tarpaulin yang didatangkan dari Jerman ini berfungsi melindungi candi dari kerusakan akibat abu Merapi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Seksi Konservasi Balai Konservasi Borobudur Iskandar M. Siregar mengatakan tarpaulin akan digunakan bila hujan abu turun dalam jumlah besar. "Kami siaga dan telah menyiapkan tarpaulin yang lama karena masih bisa digunakan," katanya ketika dihubungi Tempo, Kamis, 24 Mei 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kualitas mantel pembungkus candi lebih baik ketimbang plastik biasa. Tarpaulin itu mengandung poliester, tahan air, dan tidak mudah sobek.
Namun hingga saat ini tarpaulin belum digunakan karena hasil pengkajian cepat tim Balai Konservasi menunjukkan terpaan abu masih sangat tipis mengenai seluruh permukaan candi. Tim Balai Konservasi membersihkan abu tipis itu menggunakan sapu dan tanpa air.
Balai konservasi memiliki 72 tarpaulin untuk menutup stupa teras dan satu tarpaulin untuk membungkus stupa induk. Mantel ini telah diletakkan di dekat candi untuk mengantisipasi bila sewaktu-waktu terjadi kondisi darurat.
Untuk menutup stupa induk berukuran besar, butuh tarpaulin seberat lebih dari 700 kilogram. Stupa induk itu berdiameter 16 meter dan tinggi 8 meter. Sedangkan stupa teras berdiameter 3,5 meter dan tinggi 4 meter.
Iskandar mengatakan abu vulkanik Gunung Merapi memiliki sifat asam yang tinggi sehingga dapat mempercepat proses pelapukan batu candi. Sedangkan batu andesit candi berusia ratusan tahun.
Candi Borobudur pernah dikerudungi tarpaulin ketika terjadi erupsi Gunung Merapi pada 2010 dan erupsi Gunung Kelud, Jawa Timur, pada 2014.
Adapun sampel abu Merapi telah diteliti di laboratorium Balai Konservasi Borobudur. Gunung Merapi kembali meletus pukul 02.56 berdurasi 4 menit pada Kamis, 24 Mei 2018.
Letusan Merapi terjadi dengan tinggi kolom 6.000 meter ke arah barat dan terdengar dari pos pengamatan Gunung Merapi Ngepos, Kecamatan Srumbung, Magelang, Jawa Tengah. Sebagian wilayah di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, diselimuti abu akibat letusan itu.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Magelang menyebutkan wilayah terdampak hujan abu Gunung Merapi akibat letusan itu. Wilayah tersebut antara lain Desa Tegalrandu, Sumber, Dukun, Ngadipuro, Banyubiru, Muntilan, Kota Mungkid, Menayu, Kalibening, Salaman, Tempuran, Sedayu, Sawangan, dan Mungkid. Letusan Merapi pada pukul 02.56 dengan tinggi kolom 6.000 meter ke arah barat selama 4 menit tersebut terdengar dari semua pos pengamatan. Status Merapi saat ini masih waspada.