Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENJELANG asar, perempuan berkerudung ungu itu pamit mundur, 9 Februari lalu. Belasan ketua rukun tetangga dan rukun warga mengikutinya keluar ruang pemasaran Perumahan Payung Mas, Kelurahan Cipayung, Ciputat, Tangerang Selatan.
Senyum yang ditebar Airin Rachmi Diany sekejap berubah kecut. Di parkiran telah berdiri Ketua Panitia Pengawas Kecamatan Ciputat Yudi Ardianto. Yudi langsung mempertanyakan maksud pertemuan itu.
Tergugup-gugup, Airin menyalami Yudi. ”Silaturahmi saja, Pak,” kata calon Wali Kota Tangerang Selatan itu, sebelum menaiki mobil Toyota Innova hitamnya. Sumber Tempo mengatakan pertemuan hampir dua jam itu merupakan persiapan menghadapi pemungutan suara ulang, dua pekan berikutnya.
Airin, kata sumber ini, sempat menyampaikan visi dan misi, serta menjanjikan perlengkapan seperti pengeras suara dan handy-talky. Yudi Ardianto menyatakan sudah memanggil para pengurus RT dan RW yang hadir. Tapi mereka membangkang.
Open Effendi, ketua RT yang mengikuti pertemuan, menilai pertemuan itu bukan kampanye. ”Airin tidak menyinggung soal pemilihan,” katanya. ”Tak ada janji apa pun.” Airin juga membantah memobilisasi pengurus RT/RW. ”Kami tidak akan melakukan kesalahan yang sama,” kata adik ipar Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah itu.
Airin, yang berpasangan dengan Benyamin Davnie, berhasil menang dalam pemilihan yang diselenggarakan pada November lalu. Dalam pemilihan yang diikuti empat pasang calon itu, perolehan suara Airin mencapai 46,4 persen, unggul 0,2 persen dari pasangan Arsyid-Andreas Taulany.
Belakangan, Mahkamah Konstitusi memerintahkan pemungutan suara ulang karena menemukan pelanggaran terstruktur, masif, dan sistematis. Misalnya, keterlibatan aparatur pemerintah dari camat hingga perangkat RT guna memenangkan Airin.
Nyatanya, tiga hari sebelum pemilihan ulang, Agus, warga Kampung Baru, Serpong Utara, menerima uang dan beras 5 kilogram dari sejumlah orang. Uang yang dibagikan kepada warga setempat Rp 20-50 ribu. Pembagi paket menyebut nama Airin sebagai pemberi bantuan. ”Tolong dibantu, yah,” kata Agus menirukan ucapan ”petugas” itu.
Indra, warga Pondok Cabe, Pamulang, mendapat Rp 25 ribu dari orang yang mengaku tim Airin. Pesannya sama: ”Tolong, bantu Bu Airin.” Tapi ketua tim kampanye Airin, Ivan Aji, menganggap tuduhan itu fitnah. ”Kalau tim kami seperti itu, tangkap saja,” Ivan menantang.
Kubu Arsyid bukannya pula tanpa cela. Ketua Panitia Pengawas Tangerang Selatan Sarono Budihardjo telah melimpahkan kasus pembagian mi instan di Kecamatan Setu yang mengatasnamakan tim Arsyid ke Sentra Penegakan Hukum Terpadu. Namun ketua tim kampanye Arsyid, Suryadi Niam, menyatakan, ”Kami tak pernah memakai cara kotor.”
Toh, Komisi Pemilihan Umum Tangerang Selatan menetapkan Airin-Benyamin sebagai pemenang, Kamis pekan lalu. Persentase suara Airin meningkat menjadi 53,67, sementara Arsyid-Andre menyusut jadi 44,1 persen. Suryadi Niam memastikan menggugat lagi hasil pemilihan itu ke Mahkamah Konstitusi.
Hakim Mahkamah, Ahmad Fadlil, mengatakan gugatan Arsyid akan jadi pertimbangan sebelum pengambilan keputusan. Jika ditemukan pelanggaran yang masif, terstruktur, dan sistematis lagi, bisa saja ada penghitungan, rekapitulasi, atau pemungutan suara ulang. Tapi Fadlil mengingatkan, ”Belum pernah ada pengulangan hingga dua kali.”
Pramono, Joniansyah (Tangerang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo