Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Agar ABRI lebih mengenal diri

Program ABRI masuk desa dinilai berhasil. menempati gedung balai kota solo, pangab try sutrisno membuka acara evaluasi pelaksanaan program. sejumlah desa telah merasakan manfaat AMD.

3 Juni 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK terasa program AMD (ABRI Masuk Desa) sudah berjalan hampir sepuluh tahun. Program yang dicetuskan oleh Menteri Pertahanan dan Keamanan Jenderal M. Jusuf ini dimulai serentak di seluruh Indonesia pada Agustus 1980. Sejak itu setiap tahun anggota ABRI dikerahkan untuk "menyerbu" desa terutama yang di kawasan terpencil -- untuk bergotong-royong membangun atau memperbaiki berbagai sarana desa. Mulai dari jamban keluarga, jalan, jembatan, saluran irigasi, sampai masjid dan langgar. Selama tiga hari, Selasa sampai Kamis pekan lalu, pelaksanaan program yang sudah berjalan selama ini dievaluasi. Acara itu berlangsung di gedung Balai Kota Solo dibuka oleh Pangab Jenderal Try Sutrisno, dan dihadiri oleh Menhankam L.B. Moerdani, para kepala staf empat angkatan, para pangdam, komandan korem dan kodim seluruh Indonesia. Turut hadir wakil dari departemen-departemen yang terkait dengan proyek AMD. Misalnya, kelihatan hadir Menteri Transmigrasi Soegiarto. Pangab Jenderal Try Sutrisno, ketika membuka rapat itu, menilai bahwa AMD selama ini sudah cukup berhasil dan penting untuk dilanjutkan. Pimpinan ABRI itu mengingatkan, di masa datang AMD agar membantu program koperasi, dengan prioritas pengembangan KUD di desa-desa. Program AMD memang akan diteruskan. Seperti dikatakan KSAD Jenderal Edi Sudrajat, selaku penanggung jawab operasi (PJO) AMD, ketika melaporkan kegiatan AMD di depan forum itu Selasa pekan lalu, "Belumlah ada terlintas dalam pikiran para pimpinan ABRI untuk menghentikan AMD. Selama rakyat masih memerlukannya, ABRI tetap siaga." Jenderal Edi Sudrajat menyebutkan bahwa kegiatan AMD selama ini selalu rampung sesuai dengan target. Sejak 1980, telah dibangun atau diperbaiki hampir enam juta meter jalan di daerah-daerah terpencil. Selain itu, sudah diselesaikan pembangunan dan perbaikan hampir 3.000 jembatan, 167 bendungan, 5.180 jamban keluarga, 3.000 lebih rumah ibadat, 405 gedung sekolah, 572 balai desa, dan 13 ribu lebih rumah penduduk. Selain itu, AMD sudah mencetak 57 unit sawah dan kebun serta menghijaukan lahan kritis dengan lebih dari 800 ribu pepohonan. Dalam melaksanakan program itu, sekitar 1.749 satuan setingkat kompi (SSK) dilibatkan di hampir 6.000 desa yang terserak di daerah terpencil di Indonesia. Memang apa yang dihasilkan AMD bukan proyek-proyek besar. Tapi karena sasaran yang dipilih selalu berkaitan langsung dengan kepentingan masyarakat-- seperti jalan atau jembatan -- maka manfaatnya pun dirasakan langsung oleh rakyat pedesaan. "Banyak permintaan dari masyarakat agar desanya mendapat giliran AMD," ujar Edi Sudrajat. Di Jawa Tengah, misalnya, sudah ada permintaan masyarakat agar ABRI melakukan AMD di Kedunglele, Kecamatan Kemusu, Boyolali, untuk turut membangun permukiman penduduk eks Kedungombo, di bekas lahan Perhutani. Selain itu, AMD bukan cuma membangun sarana fisik. Di pedesaan, para anggota ABRI itu -- biasanya di malam hari -- juga memberikan berbagai ceramah agama, penataran P-4, GBHN, kesadaran bernegara, dan sebagainya. Ketika dimulai sembilan tahun yang lalu, sasaran AMD adalah agar ABRI secara langsung mengenal rakyat, adat istiadat, budaya, dan daerahnya. Sebaliknya, rakyat pun akan lebih mengenal ABRI. Sebab, paling tidak selama tiga pekan satuan ABRI bercampur bersama rakyat, bergotong-royong membangun atau memperbaiki berbagai sarana fisik di desa. Singkat kata, seperti dikatakan Menteri Moerdani, "Dengan AMD, ABRI akan lebih mengenali dirinya sendiri, bahwa ABRI itu lahir dari rakyat." Tentu saja, program ini ditujukan pula untuk mendorong peningkatan perekonomian rakyat, dengan membangun jalan, jembatan, atau saluran irigasi itu. Dan daerah yang dipilih, selain desa-desa terpencil, adalah kawasan rawan seperti desa-desa yang pernah menjadi basis DI/ TII. Sekadar contoh, AMD juga dilancarkan di Pondok Al Mukmin, Ngruki. Pesantren itu tidak terletak di kawasan terpencil, tapi pernah menjadi basis gerakan menentang pemerintah, ketika dikendalikan oleh Abdullah Sungkar, tokoh Usroh yang kini buron itu (lihat Pondok Ngruki dan ABRI).AN, Kastoyo Ramelan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum