Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Ahli kacamata, tanpa gelar ahli kacamata tanpa gelar

Akademi optik surabaya (aos) diresmikan tanggal 9 september. Mahasiswanya separoh dari berbagai toko optik. (pdk)

24 September 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BARU sekitar 20 tahun kemudian, setelah usaha Prof. Isak Salim, ahli mata, di tahun 1960-an gagal, Indonesia punya akademi optik. Tanggal 9 September yang lalu Akademi optik Surabaya (AOS) baru diresmikan berdirinya, meski sudah berjalan sejak Januari lalu. AOS, yang langsung di bawah Departemen Kesehatan, agaknya memang dianggap penting. Dua rumah sakit di Surabaya -- RS Mata Udaan dan RS-AL Wonocolo -- langsung memberikan tempat praktikum. Juga sejumlah toko optik di Surabaya menawarkan peralatan untuk praktek cuma-cuma. Semua ini mungkin berkaitan dengan SK Menteri Kesehatan, 1979, yang mengharuskan tiap toko optik punya seorang refraksionis optisien, ahli optik, yang punya rekomendasi Departemen Kesehatan. Bagi lulusan AOS, tentu rekomendasi itu langsung bisa diperoleh. Bisa dipahami kalau dari 33 mahasiswa AOS, lebih dari separuhnya datang dari berbagai toko optik. Lebih dari kursus-kursus ahli optik yang diselenggarakan Departemen Kesehatan dan Lembaga Pendidikan Refraksionis Optisien Indonesia (Leprindo) di Jakarta -- yang selama ini melahirkan ahli optik Indonesia -- AOS memang punya kurikulum lebih mantap. Juga ada syarat bahwa calon mahasiswa harus lulusan SMA jurusan IPA. Mata kuliah utama menyangkut pengetahuan tentang mata dan alat-alat optik. Berikut tambahan kuliah tentang Fisika, Kimia, Kesehatan Masyarakat, Administrasi dan Manajemen. Tak ketinggalan Pendidikan Moral Pancasila dan Bahasa Inggris. Itu semua membutuhkan waktu kuliah tiga tahun sedangkan Leprindo cuma 1« tahun, dan kursus cuma beberapa bulan. Begitu pentingkah seorang ahli optik? "Lho, soal kaca mata bukan sekadar soal lensa, tapi menyangkut kesehatan mata," kata Sardi Sastrowardojo, direktur AOS. Maka, 10 dosen AOS semuanya terhitung ahli di bidangnya: para dokter dari Unair, ahli teknik dari ITS. Cuma, bagi yang mau mengejar gelar, AOS tak memberikan itu. Yang dijanjikan Sardi ialah lapangan kerja yang masih luas. Untuk 150 juta penduduk, kini cuma ada 490 ahli optik. Padahal, di Singapura ada sekitar 300 ahli optik untuk cuma 2,5 juta penduduk.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus