Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Wagimin dan buku

Pada hari aksara 8 september perpustakaan desa disebut-sebut, banyak yang tutup isinya cuma buku lama ada 16 juta yang buta huruf. di marengmang petugas perpustakaan digaji Rp 6.500 per bulan. (pdk)

24 September 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KARENA perpustakaan, populasi kambing meningkat. Itu terjadi di Desa Sabdodadi, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. "Tahun lalu, kambing di sini cuma seribu," kata Widodo, 53 tahun, pengurus perpustakaan. "Kini, sudah sekitar 1500." Pasalnya ialah sebuah buku novel Jawa koleksi perpustakaan, Wedhus Dadi Sambungtalining Katresnan (kambing sebagai penghubung cinta), yang ternyata begitu digemari warga desa. Di sela-sela roman dua remaja desa, dituturkan cara memelihara kambing yang baik. Soalnya, diceritakan tokoh perjaka alam cerita itu penggemar kambing. Perpustakaan desa disebut-sebut di Hari Aksara, 8 September yang lalu, oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nugroho Notosusanto. Di Blitar, Jawa Timur, Menteri mengatakan "perpustakaan membantu yang sudah bisa membaca untuk tidak menjadi buta kembali." Di banyak desa memang tak mudah didapatkan bahan bacaan, karena itu perpustakaan desa penting. Sebenarnya ini sudah dimulai 2 tahun lalu, ketika turun Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 25 tahun 1981, yang menganjurkan diusahakannya perpustakaan di balai desa. Hasilnya, sejumlah balai desa kemudian memang punya perpustakaan dengan koleksi buku sebagian besar dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tapi dua tahun kemudian, yang bertahan cuma beberapa. Menurut beberapa pengurus perpustakaan desa yang diwawancarai TEMPO, masalahnya ialah karena tak kunjung ada buku baru, perpustakaan itu dilupakan warga desa. Wagimin, misalnya, petani Desa Kerawon, Blitar, dulu suka mengunjungi perpustakaan desanya, melahap buku-buku pertanian, peternakan, dan perikanan. Ia kini tak datang lagi, karena "tak ada buku baru, pak," katanya kepada TEMPO. Masalahnya memang itu-itu juga: tiadanya dana. Sementara itu, untuk memungut sewa dari peminjam, "wah, mereka mau meminjam saja sudah baik," kata Mala Arni, pengurus perpustakaan Desa Jati Kesuma, 25 km dari Medan. Di sini peran aparat desa memang menentukan nasib perpustakaan itu. Di Desa Marengmang, Kabupaten Subang, Jawa Barat, misalnya, untung ada dana dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa, meski terbatas hanya untuk menggaji pengurus perpustakaan, Rp 6.500 per bulan. Untuk apa sebenarnya pemberantasan tiga buta (buta aksara dan angka, buta bahasa Indonesia, buta pengetahuan dasar), yang menurut sensus BPS kini ada sekitar 16 juta, bila kemudian kepintaran yang diperoleh tak bisa dimanfaatkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus