Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, menilai sinyal perpecahan di internal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang menjagokan Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden (capres) makin nyata. Apa dasar alasannya?
Sinyal perpecahan kian nyata
Dilansir Tempo, Jumat, 21 Juli 2022, Jamiluddin menilai tindakan kader PDIP Budiman Sudjatmiko yang bertemu dengan bakal capres dari Partai Gerindra Prabowo Subianto pada Selasa malam, 18 Juli 2023 lalu, semakin menguatkan sinyal adanya perpecahan di internal partai banteng bermoncong putih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya diketahui, ada kader PDIP Effendi Simbolon yang bersua dengan Menteri Pertahanan tersebut.
Tunjukan perbedaan sikap
“Kader Senior PDIP semakin berani menunjukkan sikap berbeda dengan capres yang diputuskan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri,” kata Jamiluddin, seperti dikutip dari Tempo, Jumat, 21 Juli 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jamiluddin mengatakan sikap terbuka kader PDIP tersebut bisa jadi disebabkan dua hal. Pertama, kata dia, sebagian kader senior sudah tidak lagi patuh pada Megawati. Mereka sudah keluar dari belenggu superior Megawati.
Oleh sebab itu, Jamiluddin menyebut kader senior itu bisa melihat keputusan Mega dengan lebih jernih dan kritis. “Akibatnya, mereka tidak lagi mengaminkan semua keputusan Megawati, termasuk keputusan Ganjar Pranowo sebagai capres,” kata dia.
Matahari kembar
Selain itu, Jamiluddin menyebut muncul matahari kembar di PDIP, yakni Megawati dan Presiden Joko Widodo alias Jokowi. Dia mengatakan ada kader PDIP yang loyal kepada Megawati, pun kepada Jokowi.
“Bisa jadi, kader PDIP yang tidak mendukung Ganjar lebih loyal ke Jokowi. Mereka lebih menunggu arahan Jokowi daripada mengikuti keputusan Megawati,” kata Jamiluddin.
Selanjutnya: Matahari kembar ini bakal melemahkan…
Dia menjelaskan, matahari kembar ini bakal melemahkan kepemimpinan Mega di internal partai. Pasalnya, tidak semua kader tegak lurus kepada Presiden RI kelima tersebut.
“Kalau hal itu benar terjadi, maka peluang Ganjar menang pada Pilpres 2024 akan kecil. Keinginan PDIP hattrick bisa jadi hanya tinggal mimpi,” ujar Jamiluddin.
Sebelumnya, Budiman menyambangi kediaman Prabowo untuk urusan personal. Dalam kesempatan tersebut, Budiman secara pribadi menyatakan dukungannya kepada Prabowo untuk maju dalam Pilpres 2024.
"Ketika sekarang situasi sudah lebih baik bagi bangsa, saling dewasa, bicara perbedaan, maka kita mengenang masa lalu sebagai masa lalu. Kita beri dukungan agar orang-orang baik bangsa ini seperti Pak Prabowo tidak terus diganduli masa lalu," katanya usai pertemuan.
Pertemuan dengan Prabowo itu berbuntut pada rencana pemanggilannya oleh DPP PDIP terhadap Budiman. Ketua DPP PDIP Bidang Kehormatan Komarudin Watubun mengatakan urusan personal tidak bisa dijadikan alasan untuk membenarkan pertemuan tersebut.
“Tidak bisa dibilang ‘wah ini saya pribadi’, itu tidak bisa. Dan orang sekelas Budiman Sudjatmiko masa tidak tahu berorganisasi, gimana sih?" ujar Komarudin saat dikonfirmasi, Rabu, 19 Juli 2023. "Iya pasti kita panggil, saya pulang dari reses dipanggil."
Sementara itu, Budiman menyatakan siap dipanggil pengurus pusat partai soal pertemuannya dengan Prabowo. Budiman mengaku dirinya memang kerap diskusi dengan PDIP. Ia menyatakan tetap berkomunikasi baik dengan partainya.
“Nggak ada masalah. Saya kira diskusi dengan partai gapapa, dipanggil. Saya kan juga ngobrol-ngobrol juga dengan yang lain,” kata Budiman saat dihubungi, Kamis, 20 Juli 2023.
Budiman menjelaskan, dirinya sering berdiskusi dengan banyak tokoh dan kalangan. Menurut dia, kegiatan itu merupakan hal biasa.
“Nanti tinggal kita lihat saja pemanggilannya kapan. Saya its okay, nggak ada masalah. Biasa saja,” kata Budiman.
Pilihan Editor: Budiman Beri Sinyal Dukung Prabowo, Pengamat Sebut Perpecahan di Internal PDIP Makin Nyata
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.