Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio, menilai perubahan sistem hingga diberhentikannya sejumlah peneliti Eijkman cukup mengganggu jalannya riset yang sedang dilakukan. “Sangat terganggu di masalah penganggaran dan kerja sama dengan pihak-pihak lain misalnya,” kata Amin kepada Tempo, Ahad, 2 Januari 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sebanyak 71 staf peneliti Eijkman diberhentikan karena berstatus honorer. Pemberhentian itu merupakan dampak penggabungan Eijkman ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Salah satu syarat agar mereka bisa kembali menjadi peneliti di Eijkman adalah dengan mengikuti seleksi CPNS atau PPPK, atau melanjutkan studi dengan skema by-research dan RA (research assistantship).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Amin yang masih terlibat dalam riset vaksin Merah Putih ini mengungkapkan, perubahan sistem membuat pihak swasta kurang tertarik untuk melakukan kerja sama dalam mendukung vaksin Merah Putih. Pihak swasta, menurut dia, khawatir dengan bergabungnya Eijkman di bawah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan terkendala birokrasi, termasuk pembagian royalti.
“Itu masih dalam pembicaraan, tapi informasi awal ya mengindikasikan ada kebijakan yang agak kurang mendukung. Tapi mudah-mudahan masih bisa dinegosiasikan,” katanya.
Selain itu, dengan hilangnya sejumlah peneliti, Amin mengatakan bahwa beberapa pekerjaan terpaksa dihentikan. Salah satunya diagnosis PCR Covid-19 dan pengurutan keseluruhan genom atau whole genome sequencing (WGS). Pasalnya, alat untuk diagnosis tersebut digabungkan dan dipindahkan ke Cibinong. Padahal, kapasitas diagnosis di Eijkman jauh lebih besar.
“Besarnya sama dengan Litbangkes, bahkan sebelumnya Eijkman adalah kontributor terbesar WGS. Tapi kemudian dihentikan atau dikurangi, kami jadi lambat dan akhirnya sudah diputuskan tidak boleh melakukan lagi di Eijkman,” ujarnya.
Karena kegiatan tersebut dihentikan, Amin mengatakan bahwa Eijkman tidak bisa lagi mendukung upaya pemerintah dalam pengendalian Covid-19.
Amin mengaku tak mempermasalahkan reorganisasi Eijkman di bawah BRIN. Namun ia berharap Eijkman selalu didukung agar bisa menjadi lebih besar, kuat, dan mandiri apapun perubahannya. “Karena lembaga Eijkman selama ini lembaga yang melakukan berbagai penelitian strategis yang mendukung kebijakan pemerintah, fungsi-fungsi lain,” katanya.
FRISKI RIANA