Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Anggrek Kim Il-sung, Beringin Hun Sen

13 November 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BUNGA tasbih tengah bersemi di sepanjang Jalan Astrid dalam Kebun Raya Bogor. Bernama Latin Canna hybrida, bunga berwarna merah dan kuning dengan daun kecokelatan itu, ”Melambangkan bendera negara Belgia,” kata Sugiarti, juru bicara Kebun Raya Bogor, kepada Tempo pada Rabu pekan lalu.

Kembang itu ditanam untuk mengenang kunjungan Putri Astrid dan Pangeran Leopold dari Belgia pada 1928. Nama sang Putri juga diabadikan di Kebun Raya. Putri dan Pangeran berkunjung ke kebun botani yang menjadi museum hidup dan tempat penelitian terbaik keenam di dunia itu untuk berbulan madu di Istana Bogor. Sepulang dari Bogor, Putri Astrid tewas dalam sebuah kecelakaan mobil di Austria. Seluruh Belgia berduka oleh tragedi itu. ”Kisahnya dikenang seperti kematian Putri Diana,” kata Sugiarti.

Di bagian lain kebun yang berumur 189 tahun ini terdapat pohon beringin yang ditanam Pangeran Bernard dari Belanda. Pangeran Bernard tak sempat menginap di Istana Bogor ketika datang ke sana pada 1993. Tapi dia menyempatkan berkeliling melihat sebagian dari 3.500 jenis koleksi pohon.

Beringin adalah pohon yang juga dipilih Perdana Menteri Kamboja Hun Sen pada 1988. ”Ditanam dekat kolam, pohon itu sekarang tumbuh subur,” kata Sudjati, Kepala Balai Konservasi Kebun Raya Bogor. Kehadiran Hun Sen di Istana Bogor untuk melakukan perundingan damai bersama tiga pemimpin faksi yang sedang bertikai di Kamboja, yakni Khieu Samphan, Norodom Ranariddh, dan Son Sann.

Hun Sen tampaknya jatuh hati pada Kebun Raya dan keranjingan untuk bertanam. Setiap kali berkunjung ke Indonesia, dia selalu berusaha datang ke Kebun Raya untuk menanam lagi jenis-jenis pohon lain.

Lain lagi cerita bekas Presiden Korea Utara Kim Il-sung ketika tiba di Bogor pada 1965. Saat Kim bersama Presiden Soekarno mengelilingi Kebun Raya, dia tertarik pada tanaman anggrek jenis dendrobium. Seketika itu, Presiden Soekarno memberi nama spesies anggrek tersebut Kimilsungia. Kim kemudian membawa bunga itu pulang ke negaranya. ”Anggrek itu menjadi tanaman nasional di Korea Utara,” Sudjati menjelaskan.

Singkat cerita, sudah belasan jenis pohon yang ditanam tamu negara yang mampir ke Kebun Raya. Pemilihan jenis pohon biasanya dilakukan oleh staf Kebun Raya. Saat ini pengelola Kebun Raya berharap menambah satu lagi koleksi pohon dari tamu negara. Presiden Amerika Serikat George Walker Bush akan datang ke Bogor, Senin pekan depan.

Jika Presiden Bush berminat, pihak Kebun Raya akan menyiapkan pohon aben untuk ditanam. Ini pohon asli Indonesia yang biasa hidup di pantai dan rawa-rawa, dan diharapkan menjadi simbol perdamaian dunia. Namun, hingga Jumat pekan lalu belum ada permintaan dari Kedutaan Besar Amerika Serikat. ”Jangan sampai dia hanya meninggalkan bekas helipad,” kata Sugiarti sembari tersenyum.

Poernomo Gontha Ridho

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus