AKSI jago merah itu seakan menunggu Lebaran usai. Dua hari setelah Idulfitri Pasar Mercu Buana, Medan, yang berlantai empat dan diresmikan pada 1974, nyaris ludes digasak api. Sebanyak 13 mobil pemadam kebakaran tak mampu menyetop apn Bangunan pasar yang bertangga Jalan itu tak punya lorong lebar. Akibatnya, air yang disemprotkan hanya mampu menyiram dinding luar. Tak ayal lagi, para pemilik kios cuma bisa menatap api yang menggasak tempat dan dagangannya. Selama 18 jam api berkobar di bangunan pasar seluas empat hektar, dengan 2.312 kios itu. Kerugian ditaksir sekitar Rp 4 milyar. Api pertama kali muncul di lantai II, diduga karena kortsluiting listrik. Penyebab persisnya masih diteliti tim Labkrim Mabes Polri. Satu sekring yang tidak putus dan setumpuk arang bekas kebakaran dibawa tim tersebut ke Jakarta pekan lalu. Tapi beberapa pihak meragukan aliran pendek listrik sebagai musababnya. Pasalnya, baru April lalu sistem keamanan listrik dinyatakan baik. "Saya curiga," ujar Haber boru Siahaan, yang sudah 15 tahun berdagang di Pusat Pasar Mercu Buana. "Pasar itu sengaja dibakar supaya pedagang korbannya pindah dan membeli kios di pasar yang baru selesai dibangun." Sekitar 200 meter dari lokasi itu memang berdiri bangunan pasar baru yang serupa Orang Medan lebih mengenalnya sebagal Pasar Ikan, yang dibangun oleh mendiang adik kandung Wali Kota Madya Medan, Bahtiar Rangkuti. Pasar ini pun pernah terbakar begitu Pasar Mercu Buana selesai dibangun akibat terbakar tahun 1972. Tapi Wali Kota Madya Medan, Agus Salim Rangkuti, membantah. "Tak ada pikiran kotor seperti itu," katanya tandas. "Kebakaran itu 'kan bencana alam." Tapi, anehnya, pedagang yang kena musibah tak diperkenankan mendirikan kios darurat di sekitar lokasi. "Sebaiknya mereka mencari tempat baru di pasar lain," kata Agus Salim Rangkuti kepada Monaris Simangunsong dari TEMPO. Dua hari setelah musibah di Medan itu, Pasar Anyar Bogor juga dilalap api. Bunga-bunga api muncul di bagian tengah lantai pertama, sekitar pukul 19.45, Selasa pekan lalu. Diduga berasal dari kortsluiting listrik pada panel gardu di Blok I lantai pertama. Sepuluh jam kemudian, barulah api dapat dikuasai. Tapi 3.249 kios, dari jumlah 3372 kios, musnah. Setidaknya 1.294 dari 1.385 pedagang di situ kehilangan tempat usaha. Diperkirakan kerugian mencapai Rp 10 milyar. "Ah, itu 'kan kalau semua barang dagangan terbakar. Kenyataannya, lebih dari 70% bisa diselamatkan pemiliknya," ujar Wali Kota Madya Bogor Muhammad, yang menganggap taksiran itu berlebihan. Pasar Anyar pada 1961 pernah pula diamuk api, lantas dibangun kembali dengan dana sekitar Rp 2 milyar. Tahun 1980, pembangunan Pasar Anyar berlantai dua, dengan luas 1,5 hektar di atas tanah seluas dua hektar, rampung. Namun, di saat Bogor merayakan ulang tahun ke-505, 3 Juni 1987 itu, kembali dilalap api. Upaya penanggulangan dilakukan dengan menyediakan tempat penampungan sementara. Di antaranya ke pasar Jalan Merdeka dan Jalan Pejagalan. Hanya saja, sebagian besar dari mereka tak sabar, segera berdagang lagi di sebelah barat lokasi. Belajar dari musibah itu, kelak bangunan pasar yang baru akan memperhitungkan Jarak lebar antarblok, supaya mobil bisa masuk. Selain itu, blok bagian dalam diusahakan terdiri dari komoditi dagang sejenis. Komoditi yang rawan api akan dikelompokkan di bagian pinggir. Meski lokasi bangunan baru tak berubah, nantinya ditambah satu lantai semidasar. "Lantai bawah harus untuk Pemda, supaya pedagang lama dan pedagang kecil tertampung. Malah, kalau bisa, gratis sewa kiosnya," ujar Muhammad. Happy Sulistyadi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini