Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PETUGAS Direktorat Reserse Narkoba Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya meringkus artis Jennifer Dunn karena memiliki narkotik jenis sabu di rumahnya di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Ahad dua pekan lalu. Ini penangkapan ketiga kalinya bagi Jennifer. Dia terbelit masalah serupa pada 2005 dan 2009. "Aku nyesel, udah itu aja," kata Jennifer di Polda Metro Jaya, Selasa dua pekan lalu.
Kasus Jennifer bagai menabalkan maraknya peredaran narkotik di kalangan artis. Sebelumnya, pada 19 Desember 2017, aktor Tio Pakusadewo ditangkap polisi di kawasan Ampera, Jakarta Selatan, karena memiliki 1,06 gram sabu. Awal Agustus tahun lalu, aktor Tora Sudiro dan istrinya, Mieke Amalia, juga ditahan karena kasus narkotik. Sepekan kemudian, karena menyimpan ganja, giliran penyanyi Marcello Tahitoe alias Ello ditangkap.
Maraknya artis terjerat kasus narkotik pernah diulas majalah Tempo edisi 29 Januari 1994. Tulisan berjudul "Obat Bius Mendongkrak Nama Tenar" muncul setelah kematian Rivaldi Sukarno alias Aldi, diduga akibat overdosis, di rumah artis Chandra Ariati Dewi Irawan atau Ria Irawan pada akhir 1993.
Isu kaitan Ria Irawan dengan obat bius makin gencar. Namun Ria tetap membisu seribu bahasa. Bahkan, kepada polisi yang memeriksanya berulang-ulang, Ria masih memberikan keterangan yang serba remang. Baru belakangan tersingkap sedikit, pada malam sebelum Aldi tewas, Ria mengaku dirinya fly alias teler.
Rahasia ini tersibak karena polisi menemukan empat kapsul obat terlarang yang tak beredar di Indonesia. Harganya ditaksir Rp 90 ribu per butir, jenisnya masih diteliti. Dari sebuah sumber, diperoleh gambaran bahwa obat itu adalah ekstasi, yang populer di kalangan jetset.
Urusan obat bius di kalangan artis bukan cerita baru. Rocker kondang asal Bandung, Deddy Stanzah, 45 tahun, mengakuinya. Kalau mau jujur, menurut dia, kebiasaan itu bukan hanya milik artis. "Cuma, karena artis menjadi public figure, pers ramai memberitakannya," kata ayah dua anak yang sudah insaf dari teler ini.
Dulu, di zaman gila-gilaan, sehari dia tidak ngeboat (mengkonsumsi narkotik), seluruh badannya terasa lemas dan pegal. Deddy pernah menukar sekoper baju manggung-nya yang kerlap-kerlip dengan heroin. Deddy akhirnya sehat kembali dan dapat menjelaskan motif artis main obat bius. "Ya, untuk meraih ketenaran, terutama bagi para pemula."
Selain penyanyi dan bintang film, ternyata pelukis ada yang akrab dengan obat bius. "Untuk merangsang imajinasi," kata Kuseindra Hadi di Bali. Dengan bantuan heroin, pelukis surealis ini merasa alam bawah sadarnya jadi mencuat. Sekian lama aman-aman saja, sampai pada suatu siang ia ditangkap polisi di Kuta, Bali. Musababnya, Kuseindra naik sepeda motor tanpa helm. Ketika STNK-nya diperiksa, eh, di situ terselip 6 gram heroin. Ia tak berkutik. Ganjarannya penjara 2 tahun 6 bulan.
Profesor Kusumanto Setyonegoro, Ketua Yayasan Sanatorium Dharmawangsa- melayani pasien ketergantungan obat- tidak membantah sinyalemen banyaknya artis memakai obat terlarang. Umumnya mereka memakai obat stimulan alias perangsang. "Mereka perlu stimulan ini untuk membuat cerah pemikiran, kaya imajinasi," tuturnya.
Apa boleh buat. Mengejar nama tenar dan melangkah lebih jauh dari orang lain ada kalanya mengakibatkan orang salah tingkah dan salah langkah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo