Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Bahasa indonesia masuk australia

Australia, negara berbahasa inggris yang sangat berminat pada bahasa indonesia. sudah dipelajari sejak sd. asc menyediakan dana untuk riset.diharap kan dukungan dari pemerintah indonesia.

17 November 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LISA Drummond 11 tahun, tampak malu-malu maj~u ke depan. Gadis berambut pirang bermata biru itu tampil membacakan sebuah karangan dalam bahasa Indonesia. "Say~a senang sekali belajar bahasa Indonesia. Dan saya bangga bisa bertemu Bapak Fuad Hassan hari ini ...," ucapny~a terpotong-potong. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesi~a Fuad Hassan dan Menteri Tenaga Kerja, Pendidikan, dan Latihan Australia J.S. Dawkins yang menyaksikanny~a langsung, tersenyum manggut-manggut. "Tingkatkan kemam I~uanmu berbahasa Indonesia," kata Fuad sambil menyalaminya. Murid kelas 6 Orbost North Primary School itu termasuk salah satu dari tujuh murid SD, SMP, dan SMA di Australia yang hari itu menerima hadiah A$ 3.000 dari Myer Foundation yan~g diserahkan Dawkins. Kegiatan itu merupakan rangkaian acara Asian Studies Conference yang berlangsung di Council of Adult Education Building, Melbourne, Australia, Rabu pekan lalu. Agaknya, pemerintah Australia serius mendukung pengembangan Asian Studies, khususnya studi mengenai Indonesia. "Targetnya, mulai 1992, 5% oran~ Australia bisa berbicara salah satu bahasa Asia," kata Dawkins. Tentang bahasa Indonesia, mereka juga serius. "Sebab, kami ingin membina hubungan ekonomi dengan Indonesia," katanya. Menurut Roger Peacock, Direktur Eksekutif Asian Studies Council (ASC), sejak 1988 studi tentang Indonesia termasuk prioritas pertama, selain Jepang dan Cina. Bahasa Asia itu dipelajari di SD, SMP, dan SMA. "Indonesia adalah negara besar dan tetangga terdekat Australia," katanya. Dari segi peminat, dalam catatan Departemen Statistik, sampai 1989, bahasa Indonesia menduduki peringkat ketiga, setelah bahasa Jepang dan Cina. Jepang di urutan pertama dengan 2.110 siswa, menyusul Cina 2.063 orang, dan Indonesia 1.439 orang. Tahun ini, kata Peacock, peminat bahasa Indonesia merangkak naik 3 persen. Untuk perkembangan Indonesian Studies, ASC menyediakan dana A$ 61.750 kepada Northern Territory University (NTU). Dana itu untuk riset pelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing di Australia. ASC juga menyokong A$ 750.000 untuk memasukkan pelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum SD, SMP,dan SMA pada tahun 1991. Semula, kata Dr. David Reeve, Ketua Jurusan Indonesia, Cina, dan Yunani Universitas New South Wales (UNSW), orang Australia menganggap sudah cukup berba hasa Inggris. Namun, mulai 1960 bahasaIndonesia dikenal. Tapi minat itu pelanpelan surut sejak 1980. Konon, karena ada beberapa ganjalan hubungan kedua negara, seperti kematian lima wartawan Negeri Kanguru itu di Timor Timur, dan kemudian tulisan David Jenkins. "Berita itu yang membuat para orangtua tak suka anaknya belajar Indonesia," katanya. Agaknya setelah hubungan kedua negara mesra lagi sejak 1989, pelajaran bahasa Indonesia mulai diminati lagi. Menurut Jonathan Steinbeck, mahasiswa semester tiga jurusan Indonesia di UNSW, Indonesia menarik karena negara besar dan sangat dekat dengan Australia. Itulah yang membuat dia sudah merancang cita-citanya. "Saya bisa bekerja di biro perjalanan atau menjadi diplomat," katanya bangga. Metode pengajaran bahasa Indonesia di UNSW, kata Reeve, lebih menekankan segi mendengar dan berbicara. Ini lebih menarik daripada sekadar membaca dan menulis. Itu sebabnya, Reeve sering menyodorkan topik-topik dialog dalam pelajaran. "Mereka sangat antusias bicara kalau topiknya menyangkut politik dan seks," katanya sambil tertawa. Di UNSW juga ditawarkan kursus singkat berbahasa Indonesia untuk summer course. Malah di Darmalan College, bahasa Indonesia sudah diperkenalkan sejak kelas 6 SD. Saat ini murid yang memilih bahasa Indonesia ada 150 orang. Mereka adalah murid dari kelas 6 sampai 12. Yolanda Albina, alumni IKIP Bandung yang sudah mengajar bahasa Indonesia sejak 15 tahun lalu di sekolah itu, mencoba agar bahasa Indonesia tetap menarik. Ia menciptakan metode CALL (ComputerAided Language Learning). "Jadi, sambil belajar mereka juga bermain. Ini yang membuat mereka tertarik," kata Yola. Dalam kunjungannya ke Avilla College di Melbourne, Fuad Hassan sempat terharu menyaksikan murid-murid SD kelas 6-9 membaca karan~an dalam bahasa Indone sia. "Mereka baru belajar satu tahun. Tapi ucapannya sudah baik," katanya. Begitu senangnya melihat kemajuan para murid, Fuad lantas menulis nomor telepon rumah dan kantornya di papan tulis. "Kalau kalian datang, jangan malu untuk menelepon saya," katanya. Fuad juga secara spontan menyerahkan 50 buku peribahasa dan satu kamus bahasa Indonesia untuk sekolah ini. Namun, Dr. George Quinn, dosen bahasa Indonesia di Universitas Sydney, sungguh menyayangkan kalau Indonesia tak memanfaatkan minat siswa Australia itu. Quinn menunjuk, Jerman memiliki Goethe Institut, Prancis punya Alian~e Francais. "Tapi Indonesia menyediakan bahanbahan saja belum mampu," katanya. Keluhan itu memang didengar Fuad Hassan. Pengadaan bahan itu, menurut Fuad, memang penting. "Jadi, mesti dilayani kebutuhan itu," katanya di Melbourne setelah selesai acara pertemuan dengan masyarakat Indonesia. Maksudnya, jangan sampai semangat berbahasa Indonesia itu menjadi dingin lagi. Sebab, katanya, Australia satu-satunya negara berbahasa Inggris yang sangat berminat. Bahasa Indonesia dipelajari sejak SD. "Saya kira bukan hal yang bisa diabaikan begitu saja. Ini harus dihargai," kata Fuad. Tambahan lagi, jurusan bahasa Indonesia sudah ada sejak 1959. Sayang, tak ada dukungan dari Indonesia. "Dulu dan kini kan situasinya berbeda," katanya. Sri ~Pudyastuti R. ~(M~elbourn~e) ~dan Gatot Tr~iyan~to (J~akar~ta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus