Wajah kalangan hukum murung. Kamis sore pekan lalu, ahli sosiologi hukum terkemuka, yang juga guru besar FH UI, Prof. Soerjono Soekanto, wafat tatkala istirahat tidur di kediamannya di Jalan Prapatan, Jakarta. Keesokan harinya, segenap kerabat, baik dari lingkungan perguruan tinggi, bekas mahasiswa, maupun praktisi hukum, ikut mengantarkan kepergian almarhum ke Pemakaman Umum Menteng Pulo, Jakarta. Tak jelas penyakit yang diderita almarhum menjelang wafatnya karena, sehari sebelumnya, Soerjono sempat menghadiri promosi B.I.T. Tamba, yang meraih gelar doktor di bidang hukum kedokteran di FH UI. Memang, dua tahun lalu, Soerjono pernah menderita kekurangan oksigen pada otak akibat penyumbatan pembuluh darah. Penyakit itu sempat membuat Soerjono lumpuh dan kehilangan daya ingat. Baru beberapa bulan kemudian kesehatannya pulih. Soerjono, anak tunggal keluarga guru besar sejarah dan hukum adat FS UI, Prof. Soekanto, dilahirkan di Jakarta, 30 Januari 1942. Ia punya bakat di bidang seni dan keilmuan, seperti kedua orangtuanya. Pada masa mudanya ia sempat menjadi anggota Orkes Keroncong Tetap Segar. Namun, perjalanan hidupnya kemudian membawa Soerjono ke dunia ilmiah, sebagaimana juga ayahnya. Ia lulus dari FH UI pada 1965, dan meraih gelar doktor pada 1977. Karier ilmiahnya menanjak cepat setelah menjadi dosen di almamaternya itu. Bagi mahasiswanya, Soerjono dikenal sangat disiplin dan selalu berbicara terbuka. Sedangkan sejawatnya menilai Soerjono sebagai pendidik yang senang musik klasik dan jazz. Ia hidup sederhana bersama iteri dan empat anaknya di sebuah gang kecil, Jalan Prapatan III/29, Jakarta. Di lingkungan akademis, Soerjono juga dinilai amat menguasai bidang metodologi penelitian. Maka pada 1982-1983, ia pernah menjabat Pembantu Dekan FHUI di bidang Penelitian dan Pengabdian. Ia juga menjadi dosen pada beberapa perguruan tinggi swasta di dalam dan di luar Jakarta. Soerjono bukan hanya aktif mengajar. Ia juga sangat produktif menulis. Sudah 100 judul buku tentang sosiologi ataupun hukum ditulisnya. Belum lagi artikelnya di berbagai media massa. Salah satu buku karyanya, yang dipergunakan di banyak perguruan tinggi, adalah Pengantar Sosoilogi. Buku inilah pintu pertama bagi mahasiswa untuk memahami ilmu sosial. Kini, Soerjono memang telah pergi. Namun bekas-bekas langkahnya masih terukir tinta emas. Ia berhasil membuat sarjana hukum yang sosiologis. "Sarjana hukum UI sekarang lebih sosiolog daripada juris", kata seorang bekas mahasiswanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini