Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Batman dari Tulungagung

Komikus Jawa Timur berhasil menembus penerbit Amerika untuk menggambar tokoh Batman, Superman, dan lain-lain. Coretan sehalaman harganya jutaan rupiah.

5 Mei 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Siapa tak kenal Batman, karakter komik pahlawan super yang dikeluarkan penerbit DC Comics, Amerika Serikat? Kostumnya khas: topeng berkuping kelelawar menutupi sebagian besar wajah, logo kelelawar di dada, plus jubah yang membentuk sayap kelelawar. Jika ada masalah di Kota Gotham, polisi setempat akan menyalakan lampu suar yang memancarkan siluet kelelawar. Begitu Bat-Signal menyala dan menembus kegelapan malam, Batman pasti segera tahu dan siap beraksi.

Identitas asli Batman adalah Bruce Wayne, pemilik Wayne Enterprises di Gotham. Meski wilayah kekuasaan Batman-termasuk tempat beraksi menghadapi musuh-musuhnya-adalah Amerika, siapa menyangka sebagian gambar karakternya diciptakan di sebuah kampung terpencil di Tulungagung. Di sini, tepatnya di Desa Tenggur, Kecamatan Rejotangan, sekitar 27 kilometer dari pusat Kota Tulungagung, berdiamlah komikus Ardian Syaf, yang digandeng DC Comics sejak 2009. Salah satu kreasinya, itu tadi, komik Batman.

"Saya bisa menggambar 10 jam dalam sehari," kata Aan-panggilan akrab Ardian Syaf-saat ditemui Tempo di rumahnya yang jembar, Selasa pekan lalu.

Siang itu, di ruang kerjanya di samping ruang tamu, pria 34 tahun ini sedang mengguratkan pensil di atas kertas ukuran A3. Tokoh yang digambar adalah Batman. Laiknya buku komik, ada 5-6 panel dalam setiap halaman. Aan menuangkan gambar pensil berdasarkan naskah yang dikirim DC Comics. Lantaran pekerjaannya adalah menggoreskan pensil, Aan lazim disebut sebagai penciller, kredit yang terpampang di situs resmi DC Comics, www.dccomics.com. Setelah penciller, komik akan digarap pemberi warna dan teks.

Kontrak eksklusif dari DC Comics yang masih berlaku sampai saat ini telah mengubah nasib Aan. Ia bisa merampungkan rumahnya yang berdiri di atas lahan 2.100 meter persegi. Rumah berukuran 13 x 22 meter itu paling mentereng di desanya. Di halaman ada lapangan badminton yang biasa dia pakai untuk main tepok bulu bersama tetangga. Menurut Aan, pembangunan rumahnya menghabiskan duit lebih dari semiliar rupiah. Dari profesinya ini, ia juga bisa membeli sebuah Daihatsu Xenia.

Dengan tongkrongan magrong-magrong seperti itu, tak aneh jika rumah Aan sangat diingat warga setempat, yang mayoritas bekerja di peternakan ayam. "Aan yang tukang gambar? Oh, itu rumahnya yang paling apik," begitulah kata mereka saat Tempo mencari tahu rumah Ardian Syaf. "Banyak tetangga yang bertanya bagaimana saya membangun rumah, padahal tidak punya kandang ayam," ujar Aan sembari tertawa.

Selama Aan menjadi tukang gambar untuk DC Comics, 11 karya sudah lahir dari tangannya. Selain menggambar Batman, dia menggarap komik Superman dan Green Lantern. Selain di DC Comics, suami Erfi Retnowati ini pernah menggambar untuk Marvel, juga penerbit ternama asal Amerika. Salah satunya menggarap komik X-Men.

Aan mulai suka menggambar komik sejak di bangku sekolah dasar. Ia tak ingat persis tokoh apa yang digambarnya kala itu. Yang jelas, referensi komiknya adalah produk Barat, seperti Lucky Luke, Tintin, dan Donald Duck.

Keahlian Aan menggambar mendapat apresiasi dari ayahnya, Tamsir A.S., penulis dan pengarang cerita anak-anak pada 1980-an. Ia melibatkan Aan sebagai ilustrator di setiap buku karangannya. Tamsir kemudian menjadi redaktur pelaksana tabloid Jawa Anyar, media sisipan yang diterbitkan Jawa Pos. Ia memberikan ruang yang lebih luas kepada Aan. Sisipan berbahasa Jawa yang memiliki rubrik Wacan Bocah itu menjadi lahan bagi Aan untuk menuangkan gambarnya. Tamsil memberi honor Rp 6.000 untuk setiap ilustrasi yang dimuat.

Selain di Jawa Anyar, alumnus Fakultas Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri Malang ini pernah menjadi ilustrator Mentari, majalah anak-anak milik Jawa Pos. Untuk menyambung hidup, Aan membuka lapak menggambar potret di pinggir jalan. Keahliannya menggambar realis atau menyerupai wajah asli si empunya foto membuat lapaknya lumayan ramai. Satu lukisan pensil cukup ditebus Rp 5.000. Tak hanya itu, ia juga melayani permintaan untuk melukis di tembok atau mural. Salah satu order datang dari sekolah taman kanak-kanak tempat istrinya mengajar. Honor lukisannya Rp 25 ribu per meter persegi.

Ketekunannya dalam dunia lukis, ditambah pergaulannya yang kian luas, membuat Aan bertemu dengan para komikus Indonesia senior. Di antara mereka ada yang karyanya sudah diterbikan oleh penerbit Amerika. Aan pun tertarik mengikuti jejak itu dan rajin mengirimkan karya komiknya ke sejumlah penerbit di Amerika. Setelah penolakan dari sana-sini, ia bisa nyanthol ke Marvel dan DC Comics.

Perjalanan nasib menjadi pelukis mural dan ilustrator buku juga dialami Daniel Indro, komikus yang kini tinggal di Pondok Candra Indah, Waru, Sidoarjo. Pria kelahiran Tulungagung pada 9 Oktober 1981 ini pernah mencoba peruntungan di Yogyakarta. Selain menjadi ilustrator, selama enam tahun pada 2002-2008 Daniel belajar desain digital dan bergabung dengan forum-forum desain grafis. Sesekali dia mengunggah karakter fiksi yang digambarnya di blog.

Sekitar 2008, penerbit kecil asal Amerika, Digital Webbing, menghubunginya melalui surat elektronik. Ia diminta menggambar karakter Weapon dan Armory untuk komik berjudul Dark 48. Tokoh fiksinya mirip Robocop, plus senjata jenis rifle. "Saya kaget juga membagi waktu antara kerja kantoran di penerbit dan bikin komik," kata Daniel, Selasa pekan lalu.

Ia menerima tawaran itu. Ia dipercaya menjadi penciller yang bertugas membuat sketsa ilustrasi cerita secara keseluruhan. Beberapa gambar hasil imajinasinya untuk karakter Weapon dan Armory sempat tak disetujui. Tapi usaha keduanya membuahkan hasil. Penerbit setuju. Daniel pun diminta membuat ilustrasi untuk dua buku komik. Satu buku bisa 22-24 halaman. Bayarannya sangat lumayan. "US$ 25 per lembar. Lumayan waktu itu," ujar anak kedua dari empat bersaudara ini.

Proyek Dark 48 beres, Daniel semakin rajin mempromosikan diri ke agen-agen komik Amerika. Tak gampang menembus penerbit Amerika. Maklum, mereka tak mudah percaya kepada pihak lain. Karena itu, agen selalu menjadi perantara. Ia beruntung sebuah agen menghubungkannya dengan penerbit Dynamite Entertainment. Daniel dikontrak untuk pembuatan komik Sherlock Holmes, Flash Gordon, dan Green Hornet. Masing-masing delapan seri komik. Satu seri terdiri atas 22 halaman. Untuk satu halaman, dia dibayar US$ 130, sekitar Rp 1,3 juta dengan kurs Rp 10 ribu per satu dolar.

Komikus lain yang menikmati gurihnya dolar Amerika adalah Admiranto Wijayadi, yang kini tinggal di Malang. Saat ini, ia masih mendapat kontrak dari Marvel dan DC Comics. Dari tangannya, tokoh Batman, Batgirl, dan Joker dari DC Comics lahir. Dari Marvel, antara lain, ia menggambar pensil tokoh Captain America. Honor per halaman komik bisa mencapai US$ 300. Selain duit masuk kantong, namanya tercantum di komik. Jika tidak di halaman sampul, pasti ada di halaman dalam.

"Jika tak dicantumkan, bisa kita tuntut," kata Admiranto, yang kini mengelola Admira Concept Design Course. Lembaga kursus yang berlokasi di rumah toko di Jalan Kalpataru, Malang, ini didirikan untuk mencari bakat dan mendidik ilustrator muda di kotanya.

Jika ingin menembus penerbit di luar negeri, termasuk Amerika, Admiranto menyarankan ilustrator pemula membuat portofolio ilustrasi dengan tokoh-tokoh karakter dari perusahaan komik yang dituju. Misalnya karakter Iron Man, Spider-Man, Hulk, dan X Men jika menawarkan ke Marvel. Sebaliknya, jika menawarkan ke DC Comics, portofolionya, ya, tokoh seperti Batman, Superman, dan Batgirl.

Dwi Wiyana, Hari Tri Wasono, Agita S. Listyanti, Eko Widianto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus