Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Beragam Versi Kematian Jenderal Mallaby, Pemicu Perang 10 November di Surabaya

Kematian Jenderal Mallaby di Surabaya membuat marah Inggris dan terjadi perang 10 Niovember. Kematian Mallaby itu punya berbagai versi.

2 November 2021 | 06.59 WIB

Jenderal Mallaby. Wikipedia
Perbesar
Jenderal Mallaby. Wikipedia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 10 November 1945, terjadi puncak perang antara warga Surabaya dan Inggris. Perang tersebut dipicu kematian Jenderal Mallaby di Surabaya saat ia hendak mengunjungi Gedung Internatio pada  30 Oktober 1945, dan ketidaksetujuan rakyat terhadap kedatangan pasukan Inggris di Surabaya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Brigadir Aubertin Walter Sothern Mallaby CIE OBE (12 Desember 1899 – 30 Oktober 1945) adalah seorang perwira Angkatan Darat India-Inggris yang tewas karena baku tembak selama Pertempuran Surabaya. Pada saat kematiannya, Mallaby merupakan seorang Komandan (CO) Brigade Infanteri India ke-49.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengutip dari BALL OF FIRE The Fifth Indian Division in the Second World War, Kematian Mallaby menjadi peristiwa besar permusuhan di Surabaya setelah kemerdekaan Indonesia yang memicu aksi militer pembalasan oleh pasukan Inggris di Kota Pahlawan yang diserukan oleh Divisi India ke-5.

Namun kematian Jenderal Mallaby masih menjadi misteri karena terdapat banyak versi akan kematian Sang Komandan tersebut.

Melansir dari LPM Manunggal, dalam film Sang Kiai karya Rako Prijanto yang tayang pada 2013 menceritakan kerusuhan yang terjadi karena perselisihan antara massa dengan tentara Inggris berujung bentrokan. Supir dan ajudannya lalu pergi ke Gedung Internatio untuk menyampaikan pesan sang jenderal dan meninggalkan komandan yang tengah mengamati kerusuhan massa dari dalam mobil sendirian.

Namun tiba-tiba mobil didatangi oleh seorang pemuda yang merupakan seorang santri Pondok Pesantren Tebuireng bernama Harun. Jenderal Mallaby lalu menoleh ke Harun setelah Harun mengetuk jendela mobilnya. Pintu depan terbuka dan Harun langsung menembak sang Jenderal Mallaby. Supir dan ajudannya yang melihat kejadian itu pun berusaha menolong sang Jenderal, namun seorang diantara mereka juga turut terkena terkena tembakan dari Harun.

Orang-orang yang selamat lalu melempar granat ke arah mobil dan sukses membunuh Harun serta Jenderal Mallaby yang terluka di dalamnya. 

Tetapi apa yang ditayangkan dalam film Sang Kiai tidak sejalan dengan karya ilmiah yang ditulis J. G. A. Parrott dengan judul Who Killed Brigiader Mallaby. Dalam artikel ini, ditulis melalui perspektif Kapten R.C. Smith. Ia mengatakan bahwa seseorang yang masih berusia muda menembak Mallaby dari kaca pintu depan mobil dengan pistol.

Dalam artikel itu juga ada kesaksian Dr. Ruslan Abdulgani, dimana ia mendengar kabar dari beberapa pemuda bahwa mobil sang jenderal meledak. Sesaat sebelum meledak, mobil yang ditumpangi Jenderal Mallaby dihujani peluru oleh orang dari pihak Indonesia. Dr Ruslan pun terkejut dan memerintahkan untuk tutup mulut perihal masalah ini lantaran dapat membawa dampak negatif bagi masyarakat Surabaya.

Versi lainnya yaitu dikatakan oleh Tom Driberg yang merupakan anggota Parlemen Inggris dari Partai Buruh Inggris (Labour Party). Perdebatan yang terjadi di House of Commons atau Parleman Inggris, Tom mengatakan bahwa Mallaby tewas karena kesalahpahaman 20 tentara pasukan India pimpinan Mallaby yang memulai baku tembak dengan pejuang Indonesia. Padahal kala itu masa gencatan senjata masih berlaku. Peristiwa tersebut terjadi karena ada komunikasi yang terputus dari pasukan India.

Des Alwi juga menulis versi lain dalam bukunya yang berjudul Pertempuran Surabaya, November 1945. Dalam buku yang ia tulis, Mallaby tewas karena peluru yang salah sasaran (friendly fire) dari tentara Inggris sendiri. Versi tersebut berdasarkan pengakuan Muhammad, seorang tokoh pemuda yang masuk ke Gedung Internatio untuk mendinginkan suasana.

Di dalam Gedung Internatio, Muhammad mengatakan kepada Des Alw bahwa ia melihat tentara Inggris menyiapkan mortir yang diarahkan ke kerumunan massa yang mengelilingi mobil Mallaby. 

Pengganti Jenderal Mallaby, Mayor Jenderal E.C. Mansergh pun menerbitkan ultimatum kepada pasukan Indonesia di Surabaya agar pada 9 November 1945, paling lambat pukul 18.00 untuk menyerahkan senjata tanpa syarat. Pejuang Surabaya menolak, dan melakukan perlawanan sengit pada keesokan harinya, terjadilah pertempuran 10 November yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.

VALMAI ALZEA KARLA 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus