Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Berburu Air

Banjar kesulitan mendapat air bersih. Pernah dibuatkan penadah air hujan, lalu diganti sumur pompa namun belum berhasil. Akhirnya datang tim survey sumur artesis yang melakukan pengeboran. (dh)

24 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MESKIPUN tidak segawat kodya Banjarmasin beberapa bagian kecamatan kabupaten Banjar tak kurang digoda langkanya air minum nan bersih. Hal ini tentu karena daerah ini belum sempat menikmati sejuknya air ledeng. Bahkan kecamatan Sungai Tabuk tempat asal Saluran Air Minum Banjarmasin", hanyalah kelaluan pipanya saja, sedangkan kami tak pernah menikmatinya", seperti keluh beberapa penduduk daerah itu kepada TEMPO. Kalau pun air asin di Banjarmasin sudah merambat sampai ke sini, penduduk pun terpaksa merogoh koceknya buat mencicipi air tawar yang dijajakan tongkang-tongkang air. Gambut si lumbung padi kabupaten Banjar, lain lagi ceriteranya. Selama setahun ia bersumur di langit alias semata-mata menadah air hujan. Bila langit lagi mogok, penduduk pun tertatih-tatih dengan ember menunggu mobil tangki yang menyedot air sungai dekat Jembatan Takara Bashi atau sumur sentral di kota Martapura si ibukota kabupaten. Tentu saja dengan membeli. Di Gambut air tak pernah kering memang, namun coklatnya nauzubillah, kelat dan masam. Celakanya, di musim kemarau adalah saatnya diperlukan sekali air minum untuk daerah Gambut, Kertak Hanyar dan Aluh-Aluh. Sebab waktu itu beribu penuai musiman dari Hulu Sungai mengalir ke sana untuk mengambil upah menuai padi. Seharian berjemur di terik matahari, tenggorokan ingin juga disantuni air sejuk. Nah, problim pengadaan air minum yang hegenis semakin mengelucak. Pemerintah daerah amat mafhum ihwal begini. Tahun lalu menjelang musim kemarau PAH alias penadah air hujan dibuat di Gambut dan Aluh-Aluh. (TEMPO, 17-5-75). Tapi dianggap tidak sesuai dengan selera Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar yang lebih cenderung pembuatan sumur pompa. Pokok fikiran kepala dinas disetujui bupati Soeindiyo yang menuangkannya dalam DIP sektor kesehatan. Lewat Inpres No.7 tahun 1975 kabupaten Banjar yang belakangan ini makin membenahi diri, kecipratan 15 buah sumur pompa dengan anggaran sebesar Rp 900.000. Namun biaya sekian dirasakan amat minim untuk mencapai sasaran, sebagaimana dikatakan oleh Abd. Galib pelaksana pemborong yang ditunjuk bupati. Team Survey Selesai 10 buah, masih belum rampung 5 buah, tampaknya Galib mengalami keseretan kerja karena kurang lancarnya uang dari kas daerah plus peralatan yang diniainya sendiri "masih peralatan primitif. Maksimum bisa menembus tanah 24 meter. Sementara itu untuk sumur pompa -- di kecamatan Simpang empat dan Banjarbaru Galib menemui kesulitan tanahnya sukar ditembus karena berbatu keras sedang yang di Aluh-Aluh karena dekat muara Barito nan laut dikirakan bersumber air asin. Sedangkan 3 buah sumur pompa Inpres yang telah rampung di desa Malintang dengan kedalaman 18 meter, di Tambak Sirang (18 m) dan di Kabuau (24 m) menurut camat Gambut A. Syarani Sani BA macet. Memang masih macet itu cuma kesalahan teknis jawab Galib. Apa itu? Penduduk seharusnya terus-terusan memompanya sampai beberapa kubik air sehingga dasar sumur cukup meluas karena tarikan isapan pompa. Nyatanya tidak. Mungkin agak malas. Tapi tak apa, kita akan segera memperbaiki dan memberikan bimbingan. Toh masih belum diserahterimakan". Tengah pemda masih getol-getolnya membenahi sumur pompa dikabupaten ini, akhir Nopember kemarin datang team survey sumur artesis dari Direktorat Geologi Departemen Pertambangan. Dengan peralatan pemboran yang mekanis, pasang kemah, mengadakan penelitian/pemetaan air, lapisan tanah dan batu-batuan. Jenis-jenis tanah dan batu-batuan serta data-data pemetaan dikirim ke Bandung. Itu di dua tempat muka mesjid Gambut dan dekat gedung DPRD kabupaten di komplek Antasari Martapura. Di Gambut pada kedalaman 31-42 meter sudah muncrat air tawar, namun terus dibor hingga kedalaman 83 meter sebagai sumber cadangan di musim kemarau. Selesai survey oleh ir. Hartono kepala Kantor Wilayah Departemen Pertambangan Kalimantan eks lubang boran itu diserahkan kepada pemda untuk dimanfaatkan buat sekalian sebagai sumur pompa. Begitu pula pengeboran di kompleks Antasari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus