Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menyatakan, pemerintah terus berupaya penduduk tumbuh seimbang. Hal itu diimbau karena disebut-sebut Indonesia sedang mengalami penurunan angka kelahiran. "Karena kalau anaknya dua lebih dikit, maka hampir dipastikan satu perempuan akan melahirkan anak satu perempuan," ujar Hasto kepada wartawan pada Kamis 27 Juni 2024.
Angka kelahiran atau Total Fertility Rate (TFR) adalah salah satu indikator yang mempengaruhi jumlah penduduk. Jika angka kelahiran di suatu negara terus menurun, apalagi lebih rendah dari angka kematian, maka suatu negara berpotensi mengalami penurunan populasi.
Kekurangan penduduk merupakan masalah yang dianggap berbahaya bagi suatu negara. Jika penduduk kurang, negara tersebut bisa melemah. Alhasil masalah penurunan populasi menjadi isu yang diantisipasi. Sejumlah negara telah mengalaminya dan melakukan berbagai langkah antisipasi. Negara mana saja?
1. Korea Selatan
Dilansir dari Antara, Korea Selatan terus bergulat dengan tingkat kelahiran yang sangat rendah. Pada Februari 2024, hanya ada 19.362 bayi yang lahir di Korea Selatan. Jumlah itu merupakan yang terendah sepanjang Februari sejak badan statistik mulai mengumpulkan data pada 1981.
Institut Populasi Semenanjung Korea untuk Masa Depan Korea Selatan menyampaikan bahwa total populasi negara itu diperkirakan sebesar 51,71 juta pada 2023 dan akan turun menjadi 39,69 juta pada 2065.
Karena itu Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengatakan bahwa ia akan membentuk kementerian baru untuk mengatasi rendahnya angka kelahiran di negaranya.
“Untuk mengatasi rendahnya angka kelahiran yang dapat dianggap sebagai darurat nasional, kami akan mengerahkan seluruh kemampuan negara,” katanya dalam pidato ulang tahun kedua masa kepresidenannya pada Kamis, 9 Mei 2024.
Kepala kementerian baru yang untuk sementara disebut sebagai Kementerian Perencanaan Tanggap Kelahiran Rendah, akan merangkap sebagai Wakil Menteri Urusan Sosial dan menyusun kebijakan di sektor pendidikan, ketenagakerjaan dan kesejahteraan yang akan menjadi agenda nasional, katanya.
Jepang
Sejak lama, Jepang memang telah dikenal sebagai negara dengan krisis pertumbuhan penduduk. Banyaknya orang tua yang enggan memiliki anak menyebabkan jumlah kelahiran berbanding jauh dengan angka kematian.
Mengutip dari laman channelnewsasia.com, pada Senin 23 Januari 2023 lalu, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida berjanji untuk mengambil langkah-langkah mendesak guna mengatasi tingkat kelahiran yang menurun di negara itu.
Dalam beberapa tahun terakhir, Jepang telah mencoba mendorong rakyatnya untuk memiliki lebih banyak anak dengan janji bonus uang tunai dan manfaat yang lebih baik.
Selain itu Kishida mengatakan akan mengajukan rencana untuk menggandakan anggaran untuk kebijakan terkait anak pada bulan Juni, dan bahwa badan pemerintah Anak dan Keluarga baru untuk mengawasi masalah tersebut.
Singapura
Dikutip dari International Monetary Fund, pemerintah Singapura telah bergulat dengan tren penurunan kesuburan yang tak henti-hentinya sejak tahun 1980-an. Setelah kampanye publik dan program-program terbatas gagal membuahkan hasil, pemerintah lantas membuat sebuah paket insentif pronatalis diperkenalkan pada 2001 dan dilakukan selama bertahun-tahun.
Pemerintah memberikan tunjangan untuk warga yang ingin memiliki anak. Saat ini, paket tersebut mencakup cuti melahirkan berbayar, subsidi pengasuhan anak, keringanan dan potongan pajak, hadiah uang tunai satu kali, dan hibah untuk perusahaan yang menerapkan pengaturan kerja yang fleksibel.
YOLANDA AGNE | DANAR TRIVASYA FIKRI
Pilihan Editor: Penyebab Penurunan Tingkat Kelahiran di Berbagai Negara
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini