Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Laporan lembaga pemikir Australia pada Rabu menyimpulkan kebijakan koersif Cina di Xinjiang telah menyebabkan penurunan tajam angka kelahiran etnis Uighur dan minoritas lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Laporan Australian Strategic Policy Institute (ASPI), yang mengutip data resmi Cina, mengatakan telah terjadi penurunan tajam angka kelahiran resmi yang belum pernah terjadi sebelumnya di Xinjiang sejak 2017, ketika Cina memulai kampanye untuk mengontrol angka kelahiran di wilayah tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tingkat kelahiran Xinjiang turun hampir setengah dari 2017 hingga 2019, dan wilayah-wilayah di mana populasinya didominasi Uighur atau kelompok minoritas lainnya mengalami penurunan yang jauh lebih tajam daripada wilayah lain, kata lembaga yang didanai pemerintah Australia, dikutip dari Reuters, 13 Mei 2021.
Cina menyatakan bahwa perubahan tingkat kelahiran terkait dengan perbaikan kesehatan dan kebijakan ekonomi dan menolak tuduhan genosida.
"ASPI memalsukan data dan mendistorsi fakta," kata Hua Chunying, juru bicara kementerian luar negeri Cina, dalam jumpa pers harian di Beijing, Kamis.
Populasi Uighur Xinjiang tumbuh lebih cepat daripada Han antara 2010 dan 2018, dan kebijakan pengendalian kelahiran Xinjiang tidak menargetkan satu pun kelompok etnis minoritas, kata Hua Chunying.
Orang-orang berbaur di kota tua Kashgar, Daerah Otonomi Uighur Xinjiang, Cina, 22 Maret 2017. [REUTERS / Thomas Peter]
Analisis ASPI didasarkan pada data pemerintah Cina, termasuk angka populasi regional yang dirilis pada Maret.
"Analisis kami didasarkan pada pekerjaan sebelumnya dan memberikan bukti kuat bahwa kebijakan pemerintah Cina di Xinjiang mungkin merupakan tindakan genosida," katanya.
Laporan ASPI mengatakan tingkat kelahiran di wilayah-wilayah dengan populasi penduduk asli 90 persen atau lebih menurun rata-rata 56,5 persen dari 2017 hingga 2018, jauh lebih banyak daripada daerah lain di Xinjiang dan Cina selama periode yang sama.
Denda, pengasingan, atau ancaman pengasingan, adalah di antara metode yang digunakan oleh pihak berwenang untuk mencegah kelahiran, katanya.
Ada seruan di antara beberapa negara barat untuk penyelidikan apakah tindakan Beijing di Xinjiang merupakan genosida.
Pemerintah Amerika Serikat dan parlemen di negara-negara Barat termasuk Inggris dan Kanada menggambarkan kebijakan Cina di Xinjiang sebagai genosida.
Menurut Konvensi Genosida PBB tahun 1948, perlu ada bukti niat Beijing untuk menghancurkan populasi etnis untuk sampai pada kesimpulan itu.
Kelompok hak asasi manusia, peneliti, mantan penduduk dan beberapa anggota parlemen barat, mengatakan pihak berwenang Xinjiang telah secara sewenang-wenang menahan sekitar satu juta orang Uighur dan minoritas Muslim lainnya di jaringan kamp sejak 2016.
Pemerintah Cina awalnya membantah kamp penahanan Uighur itu ada tetapi sejak itu mengatakan bahwa itu adalah pusat pelatihan kejuruan yang dirancang untuk memerangi ekstremisme agama, dan bahwa semua orang di pusat tersebut telah "lulus".
REUTERS