Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa 12 sampai 15 Mei 1998 di Jakarta lebih dikenal Kerusuhan Mei 1998 menjadi pengiring kemunduran Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia (RI) pada 21 Mei 1998 silam. Namun, sebelum Soeharto berhasil dilengserkan, serangkaian peristiwa pemantik kemarahan rakyat Indonesia lebih dulu terjadi, berikut lima di antaranya.
1. Krisis moneter
Imbas krisis moneter atau krismon 1997 yang melanda Indonesia sekaligus jadi titik awal gerakan reformasi. Pada masa itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melambung tinggi dari Rp 2 ribu per dolar AS pada Juni 1997, menjadi di atas Rp 16 ribu per dolar AS pada Juni 1998. Akibatnya, terjadi kenaikan tingkat pengangguran, dari 4,68 juta penduduk pada 1997 menjadi 5,46 juta pada 1998.
2. Demonstrasi dan Kematian Empat Mahasiswa Trisakti
Awal 1998 perekonomian Indonesia mulai goyah, akibat krisis finansial Asia sejak Juni 1997. Tekanan ini memantik kemarahan mahasiswa di berbagai daerah di Indonesia. Puncaknya, pada 12 Mei 1998 mahasiswa di berbagai daerah di Indonesia melakukan demonstrasi besar-besaran, tak terkecuali Mahasiswa Universitas Trisakti.
Tetapi, Mahasiswa Trisakti kala itu dipukul mundur oleh aparat keamanan yang menembaki masa aksi. Na'asnya, pukul 20.00 dipastikan empat orang Mahasiswa Trisakti tewas tertembak dan satu orang dalam keadaan kritis. Mereka yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie.
Keempatnya tertembak di dalam kampus, akibat peluru tajam mengenai tempat-tempat vital seperti kepala, tenggorokan, dan dada. Peristiwa penembakan empat mahasiswa Universitas Trisakti ini turut digambarkan dengan detail dan akurat oleh seorang penulis sastra dan jurnalis, Anggie D. Widowati dalam karyanya berjudul Langit Merah Jakarta.
3. Kerusuhan Mei 1998
Kematian empat mahasiswa Universitas Trisakti memicu kemarahan dan amukan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Mulai 13 Mei 1998, berbagai daerah gencar melakukan demonstrasi menuntut keadilan.
Tetapi, mengutip Komnas Hak Asasi Manusia Republik Indonesia di laman resmi komnasham.go.id, kemarahan publik atas tindakan represif aparat keamanan terhadap mahasiswa Trisakti dialihkan menjadi sentimen atas etnis Tionghoa.
Contohnya di Sidotopo, Surabaya, pada 14 Mei 1998, para perusuh menargetkan toko dan rumah milik orang Tionghoa, menjarah harta benda dan membakar properti mereka. Akibatnya, sampai 15 Mei 1998 terjadi berbagai tindak kejahatan di Jakarta dan kota besar lain di Indonesia, ribuan toko, gedung maupun rumah-rumah dibakar dan dihancurkan, khususnya pada mereka yang beretnis Tionghoa.
Atas kejadian tersebut, pemerintah membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang merampungkan laporannya pada 23 Oktober 1998. TGPF menemukan fakta bahwa kerusuhan Mei 1998 diduga mengakibatkan lebih dari seribu orang meninggal karena terjebak dalam bangunan yang terbakar atau dibakar, ratusan orang luka-luka, penculikan terhadap beberapa orang, pemerkosaan atau pelecehan seksual terhadap puluhan perempuan yang sebagian besar dari etnis tertentu, serta ribuan bangunan dibakar.
4. Harmoko Desak Presiden Soeharto Mundur
Harmoko merupakan Menteri Penerangan era Orde Baru dari tahun 1983 - 1997. Setelahnya, ia menjabat sebagai Ketua DPR/MPR periode 1997 - 1999. Harmoko menyampaikan pidato pada 18 Mei 1998, mengharapkan Presiden Soeharto mengundurkan diri secara arif dan bijaksana. Namun pukul 23.00, Menhankam/Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto menyebut bahwa pernyataan Harmoko tersebut merupakan sikap dan pendapat individual, karena tidak dilakukan melalui mekanisme rapat DPR.
5. 14 Menteri Mundur Secara Bersama-sama
Presiden Soeharto mengemukakan akan segera mengadakan reshuffle Kabinet Pembangunan VII, sekaligus mengganti namanya menjadi Kabinet Reformasi. Namun kabar mengejutkan datang dari 14 menteri yang menyatakan untuk mengundurkan diri secara bersama-sama dari jabatan mereka.
Akhirnya, pada Kamis, 21 Mei 1998, peristiwa tragedi Trisakti menjadi salah satu pemicu lahirnya reformasi sekaligus runtuhnya era Orde Baru yang sudah bertahan 32 tahun. Soeharto mengumumkan mengundurkan diri dari tampuk kepresidenan di Istana Merdeka pukul 09.05, dan digantikan oleh BJ. Habibie yang disumpah menjadi Presiden RI ketiga setelah Soekarno dan Soeharto.
DELFI ANA HARAHAP
Baca: Hari ini, 21 Mei Soeharto Mundur sebagai Preside, ini cerita Kilas Baliknya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini