Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Jakarta terpilih Pramono Anung menceritakan pengalamannya ketika menolak perintah dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri untuk maju sebagai calon Gubernur Jakarta. Dia menyatakan telah berkali-kali menolak penugasan dari orang nomor satu di partainya tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya berkali-kali menolak kepada Ibu Mega. Saya tidak mau," katanya ketika menghadiri perayaan Natal dan Tahun Baru di GPIB Immanuel, Jakarta pada Jumat malam, 10 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pramono mengungkap alasan menolak perintah lantaran sedari awal tidak pernah berpikir untuk menjadi gubernur. Terlebih lagi, ujarnya, ia sudah menjadi pejabat negara selama 25 tahun.
Pramono sempat menilai bahwa keputusan Megawati mencalonkannya di Pilkada Jakarta tidak adil baginya. Hal itu, katanya, juga telah disampaikan langsung kepada putri Soekarno tersebut.
"Saya bilang ke Bu Mega. Mbak enggak fair sama saya," ucapnya.
Sebab, menurut Pramono, dia telah membantu Megawati selama 27 tahun baik saat menjadi sekretaris jenderal di PDIP hingga menjadi Sekretaris Kabinet di era pemerintahan Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri.
Namun, Pramono menilai bahwa penugasan itu telah menjadi bagian rencana dari Tuhan. Terlebih lagi, dia bercerita kerap tersentuh hatinya saat berkampanye menemui warga-warga Jakarta.
Dia mengatakan baru melihat realitas kehidupan Jakarta setelah turun ke lapangan menemui masyarakat. "Ketika saya keliling dua minggu, persoalan di Jakarta adalah perbedaan kaya dan miskin itu luar biasa," ujarnya.
Melihat ketimpangan itu, Pramono berambisi untuk terpilih menjadi pemimpin Jakarta agar bisa menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut. Adapun Pramono Anung dan Rano Karno, pasangan calon yang diusung PDI Perjuangan telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum atau KPU Jakarta sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih pada Kamis, 9 Januari 2025.
Cerita di balik penunjukan mantan Sekretaris Kabinet ini juga disampaikan oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Dia mengatakan, gubernur terpilih Jakarta itu awalnya menolak perintahnya.
“Saat saya minta ke Pramono, langsung, (wajah) dia merah dulu, dia bilang ‘saya enggak mau’,” kata Mega dalam acara HUT PDI-P di Jakarta Selatan pada Jumat, 10 Januari 2025.
Sambil berkelakar, Mega menuturkan, Pramono hampir menangis kala dia menegaskan permintaannya agar Pramono mencalonkan diri adalah perintah partai. Mega bercerita, Pramono akhirnya bersedia menerima penugasan partai untuk maju di Pilkada Jakarta usai menelepon istrinya, Endang Nugrahani.
Saat itu, istri Pramono mengatakan bahwa jika permintaan itu dari Mega maka Pramono harus menurutinya. “Saat itu istrinya Pram bilang ‘kalau itu perintah ibu kamu harus nurut.' Hore, jadi itu barang,” kata dia bersemangat.
Lebih lanjut, Mega juga menceritakan saat dia meminta Rano Karno untuk mendampingi Pramono. Dia mengatakan, Rano Karno cukup terkejut tetapi tidak menolaknya.
"Dia (Rano Karno) bilang 'Bener, Bu?' Kata saya 'Masak gue bohong'," ujar Mega.
Oyuk Ivani berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Menilik Program 100 Hari Pertama Gubernur-Wakil Gubernur Jakarta Pramono-Rano