BISA dimengerti bila Menteri Negara Ristek Dr. B.J. Habibie
beranggapan kinilah saat-saat yang "bersejarah" baginya. Sebab
11 Maret lalu PM Lee Kuan Yew telah memberi dukungan penuh
kepada saya untuk membangun Pulau Batam," katanya.
Apa yang dikemukakan Habibie, Ketua Proyek Otorita Batam itu,
memang diungkapkan orang No. 1 Singapura itu setelah seharian
berhari Minggu di pulau yang terik berdebu, menyusuri
jalan-jalan yang belum juga beraspal dengan jip Landrover.
Ini adalah kunjungan resmi PM Singapura yang pertama kalinya ke
Batam, setelah pada Maret 1975 PM Lee pernah singgah secara
informil di sana. Betapa seriusnya Singapura bisa dilihat dari
para pejabat tinggi top yang dibawa PM Lee. Seperti Dubes
Singapura Othman bin Wok, Menteri Negara dan pembantu utama PM
Singapura Lee Khoon Choy, bekas Dubes Singapura di Jakarta yang
fasih berbahasa Indonesia dan senang melukis itu, Menteri Muda
Keuangan Goh Chok Tong yang baru-baru ini mewakili Singapura
dalam pertemuan MBE-ASEAN di Jakarta dan tiga menteri muda
lainnya. Dari Indonesia Menteri Ristek Habibie, selain
didampingi stafnya, disertai Asintel Hankam/Waka Bakin Mayjen
Benny Murdani dan Dubes RI untuk Singapura Sudjatmiko.
PM Lee, 56 tahun, tampak terkesan sekali oleh Menteri Habibie,
44 tahun. "Konsepnya tentang Batam memungkinkan pembangunan
direalisir di pulau itu," katanya. "Menteri Habibie menginginkan
agar Batam itu menyatu dengan Singapura." Dengan kata lain, agar
Batam itu bisa "sejalan dengan Singapura yang tak banyak campur
tangan dengan lalulintas barang dan manusia."
Pemerintah Indonesia sejak awal tahun ini memang sudah
menyetujui Batam sebagai daerah perdagangan bebas (free trade
zone). Dan menurut Habibie, satu-satunya alasan mengapa
pemerintah menyetujuiLya adalah letak Batam yang strategis:
hanya terpisah 20 km di tenggara Singapura. Tak ayal lagi,
gagasan daerah perdagangan bebas yang diidamkan Singapura bisa
berlaku di ASEAN, disambut cepat, sekalipun itu hanya untuk
Batam. "Singapura sudah mencapai titik jenuh," kata seorang
pembantu dekat Menteri Ristek. "Dia perlu ruang geral agar bisa
bernapas."
Bagi negara kota seluas kurang dari 2 juta MÿFD, berpenduduk
sedikit di bawah 2,4 juta, dengan tenaga kerja sekitar 650.000
orang, Singapura yang padat industri itu merasa pengap un~tuk
menampung lebih banyak industri baru. Dalam usia yang kini 160
tahun, ~Kota Singa yan~g ditemukan Sir Thomas Ratfles pada 1819,
ingin lebih memusatkan dirl dalam industri yang benar-benar
membutuhkan teknologi tinggi. Dan mengembangkan industri
pelayanan jasa-jasanya yang sungguh nomor satu di dunia.
Cuti
Maka Lee Kuan Yew akan merasa senang kalau saja sebagian dari
industri yang padat modal, suatu hari akan pindah ke Batam.
Dengan sendirinya kegiatan di Batam yang berurusan dengan
industri jasa akan diraih Singapura. Berhasil tampil sebagai
kota pelabuhan yang nomor 4 di dunia, sistim perbankan di
Singapura sungguh memudahkan bagi setiap calon investor. "Jika
syarat-syaratnya dipenuhi, dalam dua-tiga hari seseorang sudah
mendapat kredit dari bank," kata seorang pengusaha Indonesia
yang ikut rombongan.
Pengusaha itu kesal karena keputusan Batam sebagai daerah
perdagangan bebas yang dikeluarkan awal Januari lalu itu "hingga
sekarang belum ada keputusan pelaksanaannya," katanya. "Para
pengusaha yang berminat dan sudah punya usaha di sana seperti
kami ini, jadi menunggu-nunggu. "
Batam memang belum bangun benar dari 'cuti besarnya' sejak
krisis Pertamina tempo hari. Pembangunannya di sana, sekalipun
ada, terasa masih loyo. Di Nongsa, daerah tepi pantai yang
rencananya untuk pariwisata, ada kerangka pembangunan hotel
setengah jadi punya perusahaan Tong Brothers. Tak jauh dari sana
ada Bendunan Nongsa yang selesai Nopember lalu. Dibangun sehuah
perusahaan Jepang dengan biaya $ 8,5 juta, bendungan yang
diresmikan Menteri Negara Dr. J.B. Sumarlin semasih menjabat
Ketua Otorita Batam, berkapasitas tampung 770.000 m3 air danbaru
mampu mensuplai 2.400 m3 per air per hari.
Bagi Batam yang luasnya 3/4 Singapura dan rencananya akan dihuni
1 juta manusia -- kini penduduknya baru 16.000 orang --
persediaan air itu jauh dari mencukupi. Ini jika dibandingkan
dengan Singapura yang mampu menyediakan air 600.000 m3 sehari.
Akibatnya selusin perusahaan yang masih bercokol di Batam,
terpaksa harus memasang persediaan air sendiri.
Hal yang sama juga berlaku buat listrik. Di Sekupang, pusat
administrasinya Batam yang sudah memiliki jalan beraspal dan
Wisma Batam yang megah itu, memang sudah dibangun pusat listrik
berkekuatan 2.200 kva. Tapi stasiun itu baru bisa melayani
daerah perkantoran pemerintah di sana dan perumahan para staf.
Berbeda dengan Sekupang yang letaknya di bagian barat, di Batu
Ampar, di belahan utara pulau yang masih padat hutannya itu, tak
tersedia tenaga listrik. Padahal di sanalah boleh dibilang pusat
kegiatan di Batam sekarang. Maka beberapa perusahaan yang
beroperasi di situ, umumnya membuat peralatan untuk industri
minyak dan alat pengeboran lumpur, menggunakan tenaga sendiri.
Termasuk perusahaan semaju PT McDermott, yang juga mensuplai
peralatan bagi industri minyak, dan di Indonesia berkongsi
dengan kelompok pengusaha ter kenal Bob Hasan. Perusahaan kongsi
asing lain yang sudah beroperasi adalah PT Patra Vickers, yang
bergerak di bidang perbengkelan perkapalan, tapi kini tampak
sepi.
Jalan yang paling cepat agar Batam punya tenaga listrik adalah
dengan mengalirkannya dari Singapura. Kalau Indonesia yang
membiayainya, menurut PM Lee, akan menelan S$ 37 juta (sekitar
US$ 5,8 juta) untuk penyambungan kabelnya. Maka Singapura hanya
akan menjual listriknya kepada Batam. Tapi kemungkinan lain yang
sedang digarap bersama adalah Singapura yang diminta untuk
membiayai investasinya. Tapi itu berarti "listrik yang masuk ke
Batam akan jatuh lebih mahal, untuk membiayai kabelnya," kata PM
Lee.
Gila-Gilaan
Tapi siapa saja yang sudah menyatakan minatnya untuk bertaruh
uangnya di Batam? Menteri Habibie sendiri percaya perusahaan
multinasional akan segera memasang matanya, setelah PM Lee
memberi lampu hijau. Sebuah sumber yang dekat dengan Menteri
membenarkan ada beberapa perusahaan Jepang yang tergabung dalam
Batam Developmen Association of Japan kembali menyatakan
minatnya. Mereka antara lain adalah trio raksasa Nissho Iwai,
Taisei dan Marubeni Corporation, yang di pertengahan Pebruari
lalu telah berbincang-bincang dengan para pejabat tinggi
Singapura, lalu singgah selama 5 hari di Jakarta, bertemu dengan
Presiden Soeharto sendiri.
Ada tiga bidang yang, menurut Habibie, terbuka lebar di Batam:
industri mesin seperti peralatan untuk industri minyak tadi,
industri galangan kapaL dan industri pariwisata. Seorang
pengusaha Singapura yang ikut dalam rombongan mengatakan
negerinya ingin melihat Batam muncul sebagai daerah wisata.
Itu bisa dimengerti. Singapura tampaknya ingin membuat para
turis asing itu lebih lama tinggal di sana. Kini, dengan arus
turis yang dua juta setahun, orang rata-rata hanya tinggal dua
hari penuh di Kota Singa yang makin mahal itu. Bak kata beberapa
turis Amerika sehari untuk mencicipi aneka makanan aneh dan
seharian lagi untuk shopping gila-gilaan.
Nah, kalau saja Batam kelak menjelma sebagai daerah wisata,
dengan hotel-hotel yang menjulang di tepi pantai, para turis
diharapkan tergiur untuk lebih lama berkeluyuran di Singapura.
"Setidaknya dengan tidur semalam-dua di Batam, mereka akan lebih
banyak mengeluarkan uangnya untuk berbelanja di Singapura," kata
pengusaha tadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini