PERPECAHAN di PDI bertambah seru. Sementara massa PDI makin
bingung. Semrawutnya pergolakan dalam ubuh PDI membuat orang
sulit untuk melihat "peta bumi PDI" saat ini. Yang hadir di
Munas Pandaan ternyata kemudian hadir juga di "pertemuan rujuk"
Isnaeni-Sanusi. Yang dulu saling mengecam, kini berangkulan dan
berkumpul kembali "di bawah satu atap". Yang dulu mesra kini
malahan bercerai. Dan perang pernyataan -- walau kini yang
berhadapan lain -- terus mengisi halaman koran-koran.
Setelah rujuknya SUSI (Sanusi + Usep dengan Sunawar + Isnaeni
menyusuli Munas Pandaan akhir Pebruari lalu yang dipimpin Ketua
DPD Jawa Timur Marsusi, rupanya pihak SUSI tidak tinggal diam.
Tiga hari sebelum Munas Pandaan, Santoso Donoseputro, anggota
DPR fraksi PDI, datang ke rumah drh Ambio, seorang tokoh PDI
Malang. Santoso membawa surat Sanusi yang menyatakan "ingin
istirahat di Batu sambil ngomong-ngomong dengan senioren PDI
Jawa Timur. Kalau teman-teman Ja-Tim bersedia, supaya segera
diberi kabar." Ambio tidak segera memberikan reaksi. Tapi
kesediaan menerima Sanusi rupanya datang dari Dimmy Haryanto,
Ketua PDI Kodya Malang yang hadir di Jalan Diponegoro Jakarta
ketika SUSI rujuk.
Biarpun pertemuan diadakan hanya 2 hari setelah undangan
diedarkan, ada 21 dari 37 Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Jawa Timur
yang hadir: Malahan ada yang hadir walau tidak menerima undangan
resmi. "Kami hadir di pertemuan Malang hanya berdasar berita
dari mulut ke mulut," kata Ny. Soeradji, Ketua DPC Kodya Madiun.
Dari Jakarta hadir Sanusi, Usep dan Sunawar. "Isnaeni tidak bisa
datang, tapi menulis surat yang isinya mendukung pertemuan
Malang," kata sumber TEMPO yang hadir dalam pertemuan di
Sekretariat PDI Jalan Kawi itu.
Melewati Mayat
Yang pertama bicara malam itu Usep dan ia meninjau Munas Pandaan
dari segi yuridis. Ia menghendaki semua persoalan diselesaikan
secara konstitusionil. Sunawar sebagai pembicara berikutnya
membagi PDI dalam 3 golongan. Pertama: golongan yang mendambakan
kembalinya masa jaya PNI. Golongan kedua yang mempergunakan PDI
untuk keuntungan sekelompok kecil dengan jalan melewati mayat
teman-temannya. Yang terakhir golongan yang masih punya
idealisme.
Lalu Sanusi yang menjadi gongnya. Ia membantah persatuannya
dengan Isnaeni-Sunawar belum tuntas. Ia mengharap DPC-DPC
mendukung DPP karena tidak ada persoalan lagi. Pertemuan itu
tidak menghasilkan kesimpulan tertulis, hanya semacam
gentlemen's agreement. Antara lain bahwa mereka yang mengikuti
Munas Pandaan dianggap sudah "keluar kandang". Kabarnya Sanusi
merencanakan mengadakan pertemuan serupa di Jawa Tengah, Yogya
dan Sumatera Utara yang menjadi sponsor Munas Pandaan.
Apa pendapat Marsusi tentang pertemuan Malang? "Mereka hanya
oknumoknum DPC," katanya. Sebab tidak ada di antara mereka yang
membawa mandat. "Tenang saja, sebenar lagi ijin kongres pasti
keluar." Untuk kelompok Pandaan? "Ya," . Marsusi. Menurut
dia, sebelum kongres harus dibentuk dulu "DPP yang disempurnakan".
Secara bergilir pekan lalu Kepala Bakin Jenderal Yoga Sugama
bertemu dengan para tokoh kelompok Pandaan dan kelompok
Diponegoro Bagaimana penyelesaiannya? Banyak yang menduga
penyelesaiannya mungkin tidak jauh berbeda dengan "penyelesaian
16 Januari 1978" yang juga berlangsung di kantor Bakin. Ketika
itu ada kompromi: menyusun kembali komposisi unsur PNI dalam DPP
PDI.
Kericuhan dalam PDI terutama memang diakibatkan pertentangan
antara unsur eks PNI. Yang menarik adalah sikap unsur eks
Parkindo dan Partai Katolik. Dalam konflik Sanusi-lsnaeni,
tampaknya mereka berpihak pada Sanusi sementara IPKI-Murba di
belakang Isnaeni. Sekarang setelah Sanusi rujuk dengan Isnaeni
(SUSI) menghadapi Hardjantho, ada kesan beberapa tokoh utama
Parkindo-Partai Katolik ada di belakang Hardjantho.
Suami Megawati
Pihak mana yang akan mendapat izin menyelenggarakan Kongres?
Pangkopkamtib Laksamana Sudomo sendiri awal bulan ini mengatakan
rujuk antara SUSl tidak menjamin izin kongres PDI akan segera
keluar. "Rujuk itu memang langkah maju, tapi belum menyelesaikan
persoalan dalam tubuh PDI," kata Sudomo. "Bulatkan dulu, baru
saya beri izin berkongres," katanya. Kalau PDI tidak mampu
memecahkan masalahnya dan minta uluran tangan pemerintah,
pemerintah tentu akan membantu.
Upaya itu yang agaknya kini dilakukan. Tapi dengan adanya
berbagai pertentangan itu, yang buat orang awam tidak jelas
alasan dan juntrungannya, bisakah PDI bulat lai?
Kelompok Pandaan tampaknya sudah siap dengan "DPP yang
disempurnakan." Menurut sumber TEMPO, Hardjantho yang
dicalonkan sebagai ketua umum. Sedang untuk mengisi lowongan 4
tokoh yang dipersilakan mundur, muncul nama-nama: Marsusi,
Panangian Siregar, Gembel Sudijono dan Gde Jaksa. Jatah unsur
PNI dalam DPP PDI sebanyak 9 orang. Lalu siapa 4 orang lainnya?
Notosukardjo dan Sumario yang termasuk pemrakarsa Munas Pandaan
jelas masuk. Yang seorang lagi Bambang Haryanto, tokoh Pemuda
Marhaenis yang dicalonkan sebagai Sekjen. Satu lagi dicadangkan
untuk salah seorang keluarga Bung Karno, sebagai salah satu
ketua DPP.
Tapi ternyata Guntur misalnya, tidak tahu menahu tentang rencana
ini. "Tidak harus Guntur. Bisa saja Rachmawati atau Taufik
Kemas," ujar Marsusi. Taufik adalah bekas tokoh GMNI yang kini
menjadi suami Megawati. Taufik sendiri mengatakan "kita lihat
sajalah . " Tapi Rachmawati lebih tegas. "Kecenderungan mereka
memilih salah satu dari kami ini karena ingin memakai nama kami
saja," katanya pada TEMPO.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini