PELABUHAN Jambi di Sungai Batang Hari itu semakin hidup. Bukan
saja karena kondisi jalan/jembatan di propinsi itu semakin
mulus, juga karena suasana perdagangan di sana mulai sibuk
akhir-akhir ini. Dengan demikian tak heran jika lalu-lintas
barang juga semakin meningkat. Catatan BPP Jambi menunjukkan,
sebanyak 210.379 ton barang di tahun 1971, dalam tahun lalu
telah menjadi 870.113 ton. Jika di tahun 1971 hanya tercatat
2.040 buah kapal yang merapat, tahun lalu angka menjadi 3.112
buah kapal. "Sebelum tahun 1980 diharapkan volume barang melalui
pelabuhan Jambi akan mencapai 1 juta ton" setahun kata Sunarjo,
Adpel Jambi.
Tapi semua itu bukan berarti pelabuhan yang terletak sekitar 90
mil dari pantai timur Sumatera itu samasekali tak punya
kesulitan lagi. Misalnya saja, alur pelayaran Sungai Batang Hari
yang memanjang dari Muara Sabak sampai ke kota Jambi sudah
sangat dangkal dan sempit. Tercatat umpamanya 4 bagian yang
terkenal dangkal, di kawasan pelabuhan sendiri, Tanjung Johor,
Muara Jambi dan Sungai Kelemak. Sehingga dalam keadaan kemarau
seperti belakangan ini kapal-kapal dengan bobot mati di atas 800
dwt sulit untuk memasuki pelabuhan. Pengerukan yang dilakukan
secara periodik oleh pihak Ditjen Perhubungan Laut, agaknya tak
begitu menolong keadaan serupa itu.
4-5 Bulan
Namun dari segi lain, dengan semakin meningkatnya kesibukan,
areal pelahuhan yang ada dirasakan semakin sempit pula.
Penambahan fasilitas misalnya pernah dilakukan tahun 1971. Tapi
hanya dalam bentuk membuat kantor BPP yang baru, menambah
dermaga kayu, nlendirikan gudang ponton untuk bongkar muat serta
sejumlah peralatan pembantu lainnya. Dan dermaga itu sendiri,
sayangnya hanya mampu disandari kapal antara 4 hingga 5 bulan
dalam setahlln, yaitu pada waktu air Sugai Batang Hari meluap.
Selebihnya bongkar-muat harus dilakukan di tengah sungai melalui
tongkang atau kapal-kapal kecil.
Keluhan tentang pelabuhan itu bukan saja karena ruang gerak yang
semakin dirasakan menyempit, tapi juga-sebagian dari akibatnya
-- kesibukan pelabuhan akhir-akhir ini sudah sulit dibedakan
dengan kegiatan-kegiatan dalam kota. Jalan raya yang selahi
ramai oleh lalu-lintas barang dan manu sia pelabuhan, telah
menyatu dengan jalan protokol kota. Belum lagi di beberapa
bagian jalan itu disesaki oleh mobil-mobil umum dan truk-truk
yang parkir rnenunggu muatan. Sedangkan usaha pihak Kotamadya
Jambi untuk melebarkan jalan di kawasan itu tampaknya
tersendat-sendat -- sementara dari pihak penguasa pelabuhan
masih tenang-tenang saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini