Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Dangkal Dan Sempit

Pelabuhan jambi di sungai batanghari sudah dangkal dan sempit. pengerukan dilakukan ditjen perhubungan laut tidak banyak membantu. pihak kodya jambi berusaha mengatur dengan melebarkan jalan kota.

15 Oktober 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PELABUHAN Jambi di Sungai Batang Hari itu semakin hidup. Bukan saja karena kondisi jalan/jembatan di propinsi itu semakin mulus, juga karena suasana perdagangan di sana mulai sibuk akhir-akhir ini. Dengan demikian tak heran jika lalu-lintas barang juga semakin meningkat. Catatan BPP Jambi menunjukkan, sebanyak 210.379 ton barang di tahun 1971, dalam tahun lalu telah menjadi 870.113 ton. Jika di tahun 1971 hanya tercatat 2.040 buah kapal yang merapat, tahun lalu angka menjadi 3.112 buah kapal. "Sebelum tahun 1980 diharapkan volume barang melalui pelabuhan Jambi akan mencapai 1 juta ton" setahun kata Sunarjo, Adpel Jambi. Tapi semua itu bukan berarti pelabuhan yang terletak sekitar 90 mil dari pantai timur Sumatera itu samasekali tak punya kesulitan lagi. Misalnya saja, alur pelayaran Sungai Batang Hari yang memanjang dari Muara Sabak sampai ke kota Jambi sudah sangat dangkal dan sempit. Tercatat umpamanya 4 bagian yang terkenal dangkal, di kawasan pelabuhan sendiri, Tanjung Johor, Muara Jambi dan Sungai Kelemak. Sehingga dalam keadaan kemarau seperti belakangan ini kapal-kapal dengan bobot mati di atas 800 dwt sulit untuk memasuki pelabuhan. Pengerukan yang dilakukan secara periodik oleh pihak Ditjen Perhubungan Laut, agaknya tak begitu menolong keadaan serupa itu. 4-5 Bulan Namun dari segi lain, dengan semakin meningkatnya kesibukan, areal pelahuhan yang ada dirasakan semakin sempit pula. Penambahan fasilitas misalnya pernah dilakukan tahun 1971. Tapi hanya dalam bentuk membuat kantor BPP yang baru, menambah dermaga kayu, nlendirikan gudang ponton untuk bongkar muat serta sejumlah peralatan pembantu lainnya. Dan dermaga itu sendiri, sayangnya hanya mampu disandari kapal antara 4 hingga 5 bulan dalam setahlln, yaitu pada waktu air Sugai Batang Hari meluap. Selebihnya bongkar-muat harus dilakukan di tengah sungai melalui tongkang atau kapal-kapal kecil. Keluhan tentang pelabuhan itu bukan saja karena ruang gerak yang semakin dirasakan menyempit, tapi juga-sebagian dari akibatnya -- kesibukan pelabuhan akhir-akhir ini sudah sulit dibedakan dengan kegiatan-kegiatan dalam kota. Jalan raya yang selahi ramai oleh lalu-lintas barang dan manu sia pelabuhan, telah menyatu dengan jalan protokol kota. Belum lagi di beberapa bagian jalan itu disesaki oleh mobil-mobil umum dan truk-truk yang parkir rnenunggu muatan. Sedangkan usaha pihak Kotamadya Jambi untuk melebarkan jalan di kawasan itu tampaknya tersendat-sendat -- sementara dari pihak penguasa pelabuhan masih tenang-tenang saja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus